Noda hitam yang sudah mengotori tak akan bisa di hapus oleh waktu. Menikahi perempuan yang pernah di sakiti tidak menjadikannya terobati. Tapi justru dendam akan menjadi bumbu rumah tangga. Tapi kini ia meminta maaf dengan kedatangan dirinya yang telah bertransformasi menjadi ustadz, apakah akan ada ujung dendam?
Simak kisahnya,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma .R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Pilihan yang berat
Mina dengan sekuat tenaga memapah Athar ke kamarnya. Untung masih ada Bi Siti yang membantunya. Akhirnya Athar berhasil dipindahkan ke kamar. Namun kini Mina bingung harus berbuat apa. Ia tak tau bagaimana cara menyadarkan orang yang pingsan.
"Coba nyonya kasih minyak kayu," usul Siti,
"Ya udah tolong kamu ambilkan ya," pinta Mina.
"Baik nyonya," bi Siti bergegas mencari minyak kayu.
Kini Mina menatap Athar dengan dendam, namun di sisi lain hatinya sangat lemah karena tak mampu membalaskan dendamnya.
"Kenapa sulit untuk membalaskan dendam ini, harusnya aku bisa menghancurkan mu Athar," batin Mina sedang air matanya tak berhenti bercucuran. Ia amat menyesali dirinya yang selalu tidak sanggup bertindak kriminal pada Athar.
Tiba-tiba sebuah pesan singkat masuk ke hp Mina.
"Tante kecewa karena kamu kurang berani menghancurkan Athar, jadi Tante harus turun tangan, Tante telah memukulnya sekali, silahkan pukul untuk pukulan kedua ketiga dan seterusnya," pesan singkat dari Tante Maya membuat Mina seolah tak berani melakukan perintah itu.
Ia harus selalu meyakinkan hatinya untuk menghancurkan Athar. Dan membuang rasa belas kasihan di hatinya.
"Ini minyak kayu putihnya nyonya," ucap bi Siti sambil memberikan botol minyak kayu putih pada Mina.
Mina meletakkan botol minyak kayu putih itu tepat ke hidung Athar. Tak lama kemudian Athar pun tersadar. Ia mencoba duduk, meraba punggungnya yang terasa sakit.
Buru-buru Athar memeluk Mina, "Mina..kamu nggak pa pa kan," tanya Athar dengan rasa khawatirnya.
Mina hanya terdiam saat Athar spontan memeluk dirinya. "Kenapa kamu malah nanya aku, kamu yang terpukul, bukan aku," ucap Mina melepas tangan Athar dari pelukannya.
"Untunglah.. aku bersyukur karena aku yang terpukul dan bukan kamu," ucap Athar menatap mata Mina.
Mina tak tau lagi harus berkata apa, ia bingung kenapa Athar mengkhawatirkan dirinya. "Kenapa kamu malah mikirin aku, aku yang hampir memukulmu tadi," batin Mina.
...*******...
Mina tak tau lagi bagaimana cara mengungkapkan emosinya. Ia berjalan menaiki anak tangga. Hingga sampailah di atap rumah. Ia menatap ke langit, melihat bintang yang memenuhi langit malam.
Ia teringat momen ketika sang ibu selalu menasehatinya lima belas tahun lalu.
"Mina sayang, kamu tau kenapa sabar dan memaafkan itu sulit dilakukan?"
"Tidak tau Bu, emangnya kenapa Bu?" tanya Mina balik, ia saat itu masih sangat kecil, tubuhnya mungil serta wajah yang masih polos.
"Karena hadiahnya adalah surga nak,"
"Tapi ibu tidak boleh diam saja saat di lukai oleh orang lain," lanjut Mina.
"Kenapa tidak boleh sayang...Allah Tuhan kita saja maha pengampun, apalah hak kita untuk menghukum seseorang yang salah, kita pun belum sepenuhnya benar, jadi biarkan saja Allah yang memutuskan segala sesuatunya," jelas ibu panjang lebar.
"Jadi kita harus memaafkan Bu, berarti kita bisa masuk surga dong,"
"Iya sayang, makanya hati Mina harus bersih dari dendam,"
Itulah masa lalu yang selalu menghantui Mina. Kini ia bagai berada dalam dua jalan yang membuatnya bingung.
A...
Mina berteriak sekuat tenaga, menepiskan segala kesedihannya. "Andai ibu tau, dulu aku telah banyak menderita, apa ibu juga akan berkata seperti itu, apa ibu masih menyuruhku untuk sabar," batin Mina yang tersungkur di tengah gelapnya malam.
"Maaf ibu, kali ini izinkan Mina membalaskan dendam ini," pada akhirnya Mina tetap meyakinkan diri untuk melanjutkan misinya.
...*****...
Athar terbangun di sepertiga malam, ia menunaikan sholat tahajud yang sudah menjadi rutinitasnya.
Dengan penuh keyakinan, ia memohon pada sang pencipta agar ia dan istrinya selalu dalam perlindungan Allah.
Menjelang subuh, Athar memasuki kamar Mina, ia mencoba membangunkan Mina. "Mina sayang..ayok bangun..bentar lagi subuh,"
Tak butuh waktu lama, Mina pun terbangun, sambil duduk ia mengucek matanya. "Iya..iya..,"
"Mau ikut ke mesjid?" tanya Athar.
"Nggak usah, aku sholat di rumah aja,"
"Ayok lah sayang, nanti ada pengajian lagi loh,"
"Palingan nanti kamu yang ceramah, terus ujung-ujungnya nyindir aku lagi,"
"Nggak lah, aku nggak pernah nyindir kamu, tapi ya udahlah kalau kamu nggak mau, aku pergi dulu ya,"
"Iya.."
"Assalamualaikum," ucap Athar dan bergegas pergi.
...*****...
Kali ini Mina membuat rencana yang amat menarik baginya, ia ingin memberikan bubuk yang bisa menyebabkan kulit Athar gatal gatal.
Ia pun sengaja menaburkan bubuk itu ke baju yang akan Athar pakai bekerja nanti.
"Kali ini pasti berhasil," batin Mina tersenyum sinis.
Pukul 06.30 Athar baru pulang dari mesjid, ia agak lama karena ada pengajian.
Pagi ini punggung Athar masih terasa sakit karena pukulan hebat semalam. Namun ia tetap berusaha beraktivitas seperti biasa. Athar menuju kamarnya untuk mengganti pakaian. Ia tak merasa ada yang aneh. Langsung saja ia memakai baju di atas ranjangnya.
Setelah itu barulah ia ke ruang makan, menyusul Mina yang telah menunggunya sedari tadi.
"Ayok makan..aku yang masak loh," Mina tampak ceria pagi ini,
"Iya sayang, makasih ya,"
"Sudah menjadi kewajiban aku," ucap Mina,
Athar mulai mencicipi sarapan buatan Mina yang ternyata sangat cocok di lidahnya.
"Enak bangat mina, kamu emang paling jago masak," puji Athar pada Mina. Namun kini tiba-tiba tubuhnya terasa gatal.
Perlahan ia menggaruk tangannya, kemudian menggaruk punggungnya,
"Kamu kenapa?" tanya Mina dengan wajah polosnya, padahal dalam hati ia merasa puas dengan apa yang terjadi pada Athar.
"Tiba-tiba tubuh ku gatal," jawab Athar, tangannya tak berhenti menggaruk tubuhnya, ia tak bisa menahan gatal yang semakin menjadi jadi.
"Apa karena makanan ini? padahal aku nggak kasih apa apa loh, ini sama seperti nasi goreng biasanya," tutur Mina seolah dirinya khawatir.
"Nggak kok, ini nggak ada hubungannya sama makanan ini sayang, kamu tenang aja ya," ucap Athar, ia lalu buru-buru ke kamarnya. kemudian membuka bajunya dan menatap di kaca. Ternyata tubuhnya telah memerah.
Sementara Mina merasa rencananya berhasil kali ini. Ia tersenyum lega. Ia menyelinap keluar untuk menelpon Tante Maya.
"Halo Tan,"
"Iya ada apa Mina, apa ada kemajuan?"
" Iya Tante, aku udah buat dia gatal gatal, sekarang dia lagi sibuk menggaruk tubuhnya yang gatal," jelas Mina di telpon.
"HH..jangan puas dulu Mina, masa iya kamu cuma kasih obat gatal, itu hanya akan bertahan sebentar, harusnya kamu buat dia lebih tersiksa lagi dong,"
"Tapi Tan.."
"Pokoknya kamu harus buat dia menderita, dua kali lipat lebih menderita dari pada yang kamu rasakan dulu," ucap Tante Maya memotong perkataan Mina.
Mina mematikan telpon, ia merasa kecewa dengan respon Tante Maya, padahal ia mengira bahwa tante Maya akan memujinya.
Makasih Thor..
aku tunggu karyamu yang lain..