Perjanjian antara sang Daddy dan Queena, jika dia sudah berusia 18 tahun dia diperbolehkan berpacaran.
"Daddy! Aku sudah mempunyai pacar! Aku sangat menyukainya."
Saat Queena mengatakannya, seakan dunia menjadi gelap. Vard Ramberd seketika emosi. Ia tak rela pria lain memiliki Queena, gadis itu adalah miliknya!
Dengan kasar Vard memanggul tubuh Queena di pundaknya, menjatuhkan gadis itu ke atas ranjang menindihnya. "Queena, kau selamanya adalah milikku!"
Setelah Vard menodai paksa Queena, gadis itu memandang penuh benci pada sang Daddy. "Aku membencimu, Vard Ramberd! AKU MEMBENCIMU!!!"
---Kuy ikuti kisahnya, lovers ♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merencanakan Pelarian.
Tok... Tok....
Queena mengetuk pintu kamar Rossi.
"Masuk!"
Gadis yang sudah bertekad akan melarikan diri itu, memberanikan diri masuk ke dalam kamar perempuan yang selalu tidak menyukainya.
Rossi melihat itu adalah Queena, dia kembali memainkan ponselnya. "Ada apa?" tanyanya tanpa melirik Queena sedikit pun.
"Aku ingin meminta tolong." Jawab Queena.
Saat mendengar permintaan Queena padanya, baru lah Rossi menoleh menatap gadis remaja yang dibencinya itu. " Hah?! Lo minta tolong sama gue? Gak salah? Sejak kecil lo manja sama Paman Vard, apa-apa minta sama dia. Sekarang lo minta tolong sama gue? Hello, lo waras? Apa lo pura-pura gak tau gue benci sama lo?!"
"Ssttt, pelan-pelan." Queena berbisik, dia mendekatkan tubuhnya, lalu mulai membicarakan tentang keinginan nya pergi dari kehidupan Daddy-nya.
Meskipun Rossi tidak tau alasan Queena merencanakan semua itu, tapi dia tak ingin banyak pikir. Jika Queena bisa pergi, semua warisan kakeknya akan jatuh padanya. "Aku akan minta bantuan kak Soppie, apa mesti minta bantuan pemuda yang bernama Rick itu. Dia sepertinya menyukaimu?"
"Tidak, jangan dia. Hanya kamu dan kak Soppie sepertinya sudah cukup membantu rencanaku, selebihnya aku yang akan menyelesaikan semuanya."
"Ok, kapan?"
"Enam hari lagi saat ada pesta halloween disini, bagaimana?"
"Itu waktu yang bagus, apalagi biasanya Ibu dan Ayahku akan banyak mengundang orang. Deal."
"Oke, ingat! Jangan menghubungi ku untuk membicarakan hal ini. Aku yang akan menghubungi mu."
"Ok."
Setelah keluar dari kamar Rossi, Queena masuk ke kamarnya sendiri yang berada disana. Ia mengunci pintu lalu segera menghubungi Paman yang baru ia kenal tadi, Darish.
Setelah berbincang lama di dalam sambungan, Queena semakin bersemangat karena Paman yang mengaku adalah sahabat dekat dari Ibu kandung nya itu menyetujui untuk membantunya. Bahkan menyetujui akan membuat identitas baru baginya, tapi bukan sebagai Queena Ramberd atau pun dengan nama aslinya.
Saat Queena kembali ke kediaman tempatnya tinggal bersama sang Daddy, gadis itu terkejut Vard sudah ada di rumah di siang hari di dalam kamarnya.
"Daddy? K-kamu sudah pulang?" gagapnya.
Vard menaruh ponsel yang di mainkan di tangannya di meja samping. Pria dengan tubuh tinggi tegap itu bangun dari sofa di kamar ia menggulung lengan kemeja nya seraya berjalan mendekati Queena.
Queena mundur ke arah pintu kembali saat melihat Daddy-nya menatapnya dengan tajam, tapi terlambat tangan nya ditarik oleh Vard.
Pria berusia 38 tahun itu langsung menarik dagu Queena mencium dengan kasar.
Queena menolak dia memberontak, dia menggigit bibir Vard. Ciuman Vard padanya terlepas.
Vard mengusap darah dari bibirnya, "Bagus, sekarang gadis kecilku sudah memperlihatkan kembali kebenciannya padaku. Aku tau kamu hanya berpura-pura menurut, bahkan hari ini kamu malah pergi kelayapan. Dari mana tadi kamu Queena? Siapa pria di mall itu?!"
"Apa Daddy mengikuti ku?!"
"Ya! Kenapa? Kamu pikir sudah berhasil membodohi Daddy? Kamu pikir dengan berpura-pura menurut, Daddy akan percaya dan tidak akan memeriksa setiap gerak-gerik mu?"
"Daddy!!! Aku mohon, jangan seperti ini, kembalilah menjadi Ayahku lagi seperti dulu. Aku merindukan mu yang dulu... hikss... jika Daddy kehilanganku untuk selamanya, apa Daddy akan puas?" Queena terisak, lagi dan lagi hatinya sangat sakit.
"Cukup! Aku bilang jangan bicara seperti itu lagi, Queena!"
Tubuh Queena lunglai, ia duduk tergeletak menyedihkan di lantai. "Aku tau... Daddy sangat menyayangiku, bahkan aku tak bisa membalas semua kebaikanmu. Tapi Daddy... kau telah merampas kehidupanku, kau merampas impianku, kau merampas segalanya dariku..." lirihnya.
"Queena, Daddy tak merampas impianmu, tapi mulai sekarang kamu bisa meraih impianmu bersamaku. Aku juga tak merampas kehidupanmu, kita selamanya bisa terus hidup bersama. Daddy akan segera membatalkan adopsi mu, kita bisa menikah dan hidup bahagia. Setelah menikah kamu masih bisa meraih impianmu, kamu ingin menjadi financial consultant, bukan? Aku akan mengabulkan semua keinginanmu, asalkan kamu selalu berada di sampingku. Queena, aku mencintaimu..."
Kepala Queena tertunduk. Ini bukan cinta, tapi Obsesimu!