Cinta terlarang antara Camilla dan Luis berakhir tragis setelah keduanya kembali dipertemukan. Sepuluh tahun yang lalu, hubungan mereka masih terjalin sebagai anak tiri dan ayah tiri. Sejalannya waktu mereka terpisah karena perceraian antara Anna dan Exel Luis Adam's karena ibu kandungnya Camilla mengkhianati cinta Luis. Mereka akhirnya dipertemukan kembali setelah Camilla beranjak dewasa namun perasaannya telah berubah yang tidak lagi menganggap Excel Luis sebagai ayah tirinya tapi lebih kepada seorang kekasih.
"Bagaimana perjalanan Camilla mencari ayah tirinya setelah 10 tahun mereka berpisah?"
"Apakah Camila sadar bahwa Excel Luis tidak lagi menganggapnya anak tiri namun seorang gadis yang ingin ia miliki seutuhnya?
"Ikuti kisah cinta mereka dalam judul Daddy Is Mine.."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Menikah...
Walaupun hatinya sedih namun Kenzo ingin sekali membantu Camilla untuk bisa sembuh dari penyakit yang menderanya kini.
"Kamu tahukan kalau rumah sakit milik keluarga ku tidak ada di sini. Rumah sakit itu terletak di daerah pedalaman yang menyatu dengan hutan...-"
"Yah. Aku tahu. Rumah sakitmu seperti tempat kelinci percobaan untuk memastikan pembuatan ramuan obat yang kalian kembangkan bisa mengobati pasien yang memiliki kanker ganas. Aku ingin memberikan kontribusi untuk penelitian itu. Tolong izinkan aku. Jika tidak berhasil sembuh setidaknya ilmuku bisa membantu pasien yang memiliki penyakit menakutkan itu," pinta Camilla setengah memaksa Kenzo yang langsung memeluknya.
"Camilla. Aku tahu aku adalah pria berengsek yang kamu kenal selama ini. Namun jauh di lubuk hatiku aku mengagumimu penuh ketulusan. Kamu adalah wanita yang diimpikan setiap lelaki seperti ku.
Walaupun aku nakal tapi impian terbesarku memiliki seorang istri yang bisa menjaga tubuhnya dengan baik," ucap Kenzo tulus lalu melepaskan pelukannya dari tubuh Camilla.
"Maafkan aku karena sudah lancang memelukmu," ucap Kenzo lalu menatap wajah Camilla.
"Maafkan aku Kenzo karena memiliki satu hati untuk satu cinta pada jiwa terpilih yang selama ini aku dambakan," ucap Camilla tidak ingin memberi harapan pada Kenzo.
"Tidak apa. Cinta tidak selamanya memiliki. Alasan klasik untuk menutupi luka hati yang tidak mungkin diterima begitu saja atas kenyataan yang menyakitkan itu bukan?" Kenzo tersenyum kecil. Walaupun hatinya porak poranda karena melihat wanita yang diinginkannya sudah memilki hati pria lain.
Namun sakitnya Camilla membuat sisi kemanusiaannya tergerak untuk membantu mengobati Camilla semampu yang ia bisa. Sebagai seorang calon dokter yang sebentar lagi akan mengambil sumpah jabatan, Kenzo harus bisa membedakan mana cinta dan mana profesionalisme nya dalam menyelamatkan nyawa manusia.
"Baiklah Camilla. Aku akan bicarakan dulu dengan keluargaku. Sebagai mahasiswa kedokteran bedah, pekerjaan kita tidak lain memegang pisau bedah bukan meneliti ramuan obat," ucap Kenzo memberikan kesempatan Camilla untuk berobat di rumah sakit milik keluarganya.
"Terimakasih Kenzo. Aku tahu kalau kamu adalah pria yang baik hati. Hanya saja jalan untuk menemukan cinta sejatimu yang terlihat salah di mataku. Semoga kamu berubah dan tidak lagi mempermainkan perasaan wanita," nasehat Camilla.
Keduanya berpisah untuk masuk ke kelas masing-masing. Sebenarnya Kenzo hanya sedang mengurusi skripsinya saja. Kedatangannya ke kampus hanya untuk melihat Camilla. Entah mengapa jika sudah melihat wajah Camilla hatinya menjadi tenang. Namun pagi itu hatinya tidak lagi tenang. Yang ia pikirkan bagaimana caranya Camilla bisa sembuh.
"Kenzo. Apa yang sedang kamu bahas dengan wanita aneh itu?" tanya Neil penasaran.
"Bukan apa-apa. Lagipula bukan urusanku untuk menjelaskan apapun padamu," ucap Kenzo ketus.
Sementara itu Luis yang sedang hadiri meeting pagi itu terus saja tersenyum. Ia akhirnya bisa melihat tubuh gadisnya. Rasa ingin memiliki Camilla secara sah membuatnya tidak bisa lagi menundanya.
"Apa susahnya menikah? mengikatnya dengan janji suci agar semua orang tahu kalau Camilla milikku," batin Luis.
"Tuan Luis. Sekarang giliran tuan untuk memimpin meeting ini," tegur Mac karena pikiran Luis tidak berada di ruang meeting itu.
"Kamu saja yang teruskan. Aku ada urusan penting," bisik Luis.
"Baik tuan...!" ucap Mac yang sudah terbiasa dengan perlakuan Luis yang sering meninggalkan ruang meeting di saat para pemegang saham sedang menunggu duda itu bicara perkembangan bisnis mereka.
Sore itu Luis sendiri yang menjemput Camilla di kampusnya. Helena akhirnya kembali ke rumahnya padahal ia sedikit lagi sudah mencapai kampus Camilla. Luis menunggu Camilla yang sedang berjalan sambil melihat ponselnya.
"Sayang...!" sapa Luis yang menghampiri Camilla sebelum tiba di dekatnya.
"Daddy...! Bukankah Helen yang harus menjemputku?" tanya Camilla bingung.
"Daddy ingin kita ke suatu tempat sayang...!" ucap Luis.
"Ke mana?" tanya Camilla.
"Ke gereja," ucap Luis.
"Untuk apa? Bukankah selama ini Daddy tidak pernah berdoa di rumah Tuhan?" tanya Camilla bingung.
"Daddy ingin menikahi mu sekarang juga," ucap Luis membuat Camila tersentak.
"Apa...? Menikah..? secepat ini? Apakah Daddy sedang bercanda?" cecar Camilla.
"Tidak bercanda. Menikahi mu secepatnya bukankah hal yang mulia? Kenapa kamu terlihat ketakutan seperti itu sayang?" tanya Luis.
"Daddy. Aku tahu kamu ingin menyentuhku secepatnya namun apakah aku kuat melayani mu nanti? Bagaimana kalau aku pingsan lagi?" batin Camilla sambil tertunduk lesu.
"Apakah kamu tidak ingin menikah dengan Daddy, sayang?" Luis mulai kesal dengan Camilla yang seakan sedang mempermainkan perasaannya.
"Baiklah Daddy. Camilla juga sudah menantikan saat ini. Menikah dengan Daddy," Camilla tersenyum namun terlihat tidak semangat.
"Kamu yakin?" tegas Luis dan Camilla mengangguk.
"Tentu saja." Camilla mengangguk walaupun ia sendiri tidak siap secara batin. Kenapa mendadak sekali? Ajak nikah seperti beli kacang rebus dibungkus lalu bawa pulang," gumam Camilla.
"Ok. Kita ke butik lalu berangkat ke gereja," Luis membuka pintu mobil untuk Camilla.
Mobil itu segera meninggalkan kampus. Tidak jauh dari mobil Luis, Kenzo mendengar semua pembicaraan ayah dan anak itu.
"Kenapa Camilla memanggil kekasihnya itu dengan sebutan Daddy? Apakah Camila itu pria itu sugar Daddy nya Camilla? Bukankah kalau sugar Daddy hanya ingin mendapatkan kepuasan ranjang tanpa ada pernikahan?" gumam Kenzo yang harus merelakan wanita yang dicintainya menikah sore itu.
Luis dan Camilla harus berpisah. Luis menunggu kedatangan Camilla di gereja. Dalam beberapa jam kemudian, Camilla sudah muncul memasuki gereja. Tubuhnya terlihat seksi dengan balutan gaun pengantin putih di mana bagian punggungnya terlihat terbuka. Luis tersenyum melihat pengantin wanitanya yang sedang berjalan ke arahnya.
Keduanya melakukan janji pernikahan di depan pendeta. Ada beberapa orang yang hadir di gereja itu termasuk Mac, Helen dan pelayan yang bekerja di mansion mewah Luis.
"Sekarang kalian sudah sah menjadi suami istri. Luis, silahkan cium istrimu...!" pinta pendeta dan Luis membuka penutup wajah Camilla dan menikmati kecantikan wajah istrinya sesaat. Keduanya saling berciuman satu sama lain yang diiringi tepuk tangan oleh tamu di tempat itu.
"Sayang. Kita akan langsung berangkat ke Swiss untuk melakukan bulan madu...!" bisik Luis lagi-lagi membuat Camila makin dibuat pusing olehnya.
"Ya Tuhanku. Andai saja aku sehat aku mungkin akan senang dengan apa yang dilakukan Daddy untuk kebahagiaan kami. Tapi, bagaimana nanti di tempat yang baru kalau penyakitku tiba-tiba saja kambuh? apakah aku harus mengatakan sejujurnya pada Daddy?" batin Camilla yang sudah masuk ke dalam mobil menuju bandara.
"Apakah kamu baik-baik saja, sayang?" tanya Luis melihat Camilla lebih banyak melamun.
"Daddy. Apakah Daddy sudah siap kehilangan Camilla suatu hari nanti?" tanya Camilla membuat Luis bingung.
"Kamu bicara apa sayang? Kenapa pertanyaanmu terdengar menakutkan seperti itu?" tanya Luis.
"Jawab saja Daddy? Apakah Daddy sudah siap kalau Camilla akan pergi dari hidup daddy untuk selamanya?" pekik Camilla sambil menangis.
jangan merusak kepercayaan org lain