Seorang wanita yang berjuang hidup sendiri. di tengah padat penduduk real estate. Dengan perut yang mulai mbuncit.
Semua itu berawal dari kecerobohannya. Dia harus di usir oleh kedua orang tuanya karena hamil.
Di usia yang masih muda Adinda Dermawan harus hidup serba susah. Mencari ayah dari anak yang ada dalam perutnya.
mau tau kisah selanjutnya..?
yukk.. ikuti kisahnya.
⚠️⚠️ Cerita ini mengandung keHALUan akud
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reva'$live, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tinggal dengan orang baik.
"Sini Non biar bapak yang bawain. " ucap pak Mardi menawarkan diri.
dengan ragu Dinda pun menyerahkan kopernya pada pak Mardi. sedikit was was dan takut itu biasa karena Dinda tidak mengenal pria ini. secara penampilan pak Mardi ini begitu kusam wajahnya.
Tapi siapa sangka jika hatinya begitu baik.
Hooeekk.. Hooeekkk.. Dinda kembali mual.
"Non.. Kenapa Non? apa Non mabuk perjalanan? " tanya pak Mardi
"Tidak pak.. saya... saya hooeekk.. " Dinda begitu lemas dan segera menepii.
Pak Mardi pun ikut panik. Dan segera mencarikan teh hangat untuk Dinda
"Non.. ini teh hangat nya di minum dulu. biar enakan. " ucap Pak Mardi dengan menyerah segelas teh hangat pada Dinda.
Dinda segera menerimanya dan segera meneguk nya sedikit. benar yang di bilang pak Mardi. perut Dinda sedikit enakan
"Non.. kenapa? " tanya pak Mardi lagi
Dinda ragu ingin menceritakan.
"Yaa sudah jika belum ingin cerita tak apa apa Non. ayoo Non kita harus segera pergi." ajak Mardi dengan menenteng tasnya sendiri dan mendorong koper Dinda.
Sedangkan Dinda masih berjalan di belakangnya . pak Mardi segera masuk ke bus lain untuk pulang ke rumahnya . Sedangkan Dinda masih mengikutinya.
Didalam bus Dinda kembali mual. Hatinya menangis. Menangisi nasibnya. papa yang sangat di cintai tega mengusir karena kesalah fahaman. dan Dinda tidak di beri kesempatan untuk menjelaskan.
Marahh...
Marah pada siapa. pada dirinya itu tidak mungkin. pada pria yang sudah menaruh benih di perutnya, tentu.
tapi Dinda tidak tau siapa pria itu. di mana ia tinggal. Hikzzz... Hikzzz.. Dinda kembali menangis dengan menatap luar jendela bus.
"Non.. yang sabar yaa.. menangislah Non mungkin keadaan hati Non akan lebih baik." ucap Pak Mardi dari belakang.
ingin rasanya pak Mardi memberi semangat dengan mengelus punggungnya. tapi pak Mardi hawatir Dinda akan takut.
'Malang sekali nasibmu nak. Kau tak boleh di sia siakan seperti ini. apapun kesalahanmu itu pasti dari ketidak sengajaanmu. ' Batin pak Mardi
"Pak.. rumah bapak masih jauuh yaa? " tanya Dinda.
"Skitar dua jam lagi Non. apa Non merasa mual lagi? " tanyanya
"Tidak pak.. saya hanya ngantuk saja. " jawabnya
"Oohhh.. kalo mau tidur tidur saja nak. bapak akan menjaga. " ucapnya
Dinda hanya tersenyum. lalu kembali menatap luar jendela.
2jam kemudian.
Pak Mardi dan Dinda sudah sampai di kampung halaman pak Mardi.
"Non.. ayok Non.. ini sudah sampai di rumah bapak." ucap pak Mardi dan segera mengajak Dinda untuk turun.
Dinda pun mengikuti pak Mardi turun. pak Mardi menyetop ojek yang biasa mangkal di pinggir jalan.
"Wahh pak Mardi pulang pulang bawa gadis cantik lagi. " ucap seorang pengemudi ojek.
"Iyaa.. ini keponakan saya yang dari kota L. Dia sedang mencari kos untuk melanjutkan kuliahny." jawab Pak Mardi
"Antar kami ke ruang mah ya Rul." ucap pak Mardi
"Ayoo non. naik situ. biar bapak naik ojek yang lain. " titah pak Mardi
Dinda segera mengikuti yang di bilang pak Mardi. merekapun segera naik ojek menuju rumah pak Mardi.
Sampai rumah pak Mardi hanya di tempuh kurang lebih 20 menit.
Mereka telah sampai di depan rumah pak Mardi. dan terlihat istri pak Mardi sedang menyapu di depan rumahnya. istri pak Mardi begitu rapi pakaiannya. gamis warna hijau bunga bunga dengan kerudung Kuning polos.
"Buuu.. " panggil pak Mardi
"Hloo bapak sudah pulang.?" tanya sang istri.
istri pak Mardi mengamati penampilan Dinda wajahnya begitu kusut seperti banyak masalah.
"Pak.. " panggil istrinya
"Ohh ayook nak masuk. ini istri bapak namanya Sumi." ucap pak Mardi
Dinda pun segera mengulurkan tangannya. "Dinda buu.. nama saya Dinda" jawabnya.
"Ohh nak Dinda. ayo masuk. kau kelihatan sangat lelah." ujar bu Sumi
Pak Mardi pun masih membawa koper Dinda masuk kedalam. sedangkan Dinda mengikuti dari belakang.
"Nak Dinda kalo mau mandi. di sini ya nak. habis itu kita makan. dan kita ngobrol ngobrol. " ujar pak Mardi.
Sedangkan sang istri langsung kedapur membuatkan kopi untuk suaminya.
Dinda segera masuk kamar mandi. untuk membersihkan tubuhnya.
"Pak.. siapa gadis itu? kenapa di bawa kesini? " tanya sang istri
"Sepertinya gadis itu di usir Buu. kasian bapak mau meninggalkan di Terminal. dia tidak punya saudara atau bahkan teman di kota ini." jawab sang suami
"Sepertinya dia anak dari orang yang berada ya pak. lihat saja penampilanya bersih dan sangat cantik." ujar Bu Sumi
"Bapak rasa juga begitu Buu.. mungkin dia di usir oleh ibu tirinya atau apalah. seperti di tipi tipi itu loh Buu.." terang pak Mardi
"Iyaa.. nanti kita tanya masalahnya pak. kasian gadis itu. ibu rasa ada yang tidak beres dengan gadis itu" balas sang istri
"Bu Sum.. saya sudah selesei mandi." ucap Dinda yang baru keluar dari kamar mandi
"Ohh iya nak.. sementara kamu nanti tidur sama Ratih yaa.. anak ibu. sekarang Ratih sedang sekolah." jawab Bu Sumi.
Dinda mengangguk dan segera masuk ke kamar Ratih. Dinda segera menyisir rambutnya yang basah.
Setelah itu keluar. dan mendapati kedia orang tua itu tengah duduk menunggu di meja makan.
"Nak Dinda.. sini makan dulu. ibu sudah masak sayur sup bagus untuk menghilangkan rasa lelah." ujar Bu Sumi
Dinda segera duduk dan ikut makan.
"Nak Dinda. boleh ibu tau, nak Dinda ini asalnya dari mana? " tanya Bu Sumi.
Dinda pun menjawab asal kota nya.
dan Bu Sumi pun menanyakan hal lain lagi. kenapa bisa ada di kota ini. dan masih banyak lagi.
Dinda mulai menceritakan kisah hidupnya yang berakhir di kota ini. Dengan sesenggukan Dinda pun menceritakan semuanya.
"Kasian sekali kamu nak. kok tega papa kandungmu mengusirmu. kau kan anak kandungnya? " tanya Bu Sumi. mendengar pertanyaan dari Bu Sumi hati Dinda kembali teriris. sakitt memang ia sangat sakit. kecewa pada papanya. yang lebih mementingkan pemikirannya tanpa ingin tau nasib dan kronologi sang anak bisa seperti itu.
"Maafkan ibu nak. kau boleh tinggal di sini sampai bayi itu lahir. dan kau harus mencari ayah dari bayi ini nak. kasian nanti saat besar jika tidak memiliki sosok seorang bapak." ucap Bu Sumi.
...***...
Di tempat yang beda.
4 bulan sudah Dinda meninggalkan rumah kedua orang tuanya. Dinda tak membawa Handphone. karena waktu itu yang membereskan pakaian bik Ning.
Mutiara masih dalam Keadaanya begitu gelisah memikirkan nasib putrinya yang ntah kini bagaimana.
'Dindaa.. di mana kamu nak. apakah kau masih mual nak. bagaimana keadaanya cucu mama sekarang . apa kalian sudah makan. ' ucap sang mama sembari menatap foto Dinda yang begitu lucu.
"Maa.. sudah mam.. papa janji akan membawa Dinda kembali lagi ke rumah ini. jangan siksa papa sepeti ini maa." ucap sang suami begitu lembut pada istrinya.
Sedang kan sang istri tidak mampu mendengarkan. Setelah pencariannya pada Dinda tidak membuahkan hasil. Mutiara semakin tidak peduli sama suaminya. yang di kepalanya hanya Dinda sang putri tercinta.
"Maa.. sudah selama 4 bulan mama tidak peduli sama papa. papa butuh perhatian mama. papa juga masih membutuhkan mama. jika mama seperti ini. papa bisa tidak tahan." ucapnya lirih
Usia pak Darmawan memang masih sangat muda. kebutuhan se*pun pak Darmawan masih harus di cukupi. jika sang istri seperti ini, bisa bisa pak Darmawan melirik wanita lain.
...Bersambung...
kok arsha ga ada crt nya lg sekolah