Ravka terbangun di sebuah kamar hotel disamping gadis tak dikenal hanya berbalutkan selimut. Belum sadar sepenuhnya, kedua orang tua Ravka beserta tunangannya menerobos masuk ke dalam kamar.
Pernikahan yang tinggal menghitung hari akan tetap dilaksanakan, tapi yang menjadi pengantin wanitanya bukanlah sang tunangan. Melainkan gadis yang telah menghancurkan hidupnya.
"Jangan harap aku akan menceraikanmu dengan mudah. Aku akan membuatmu merasakan penderitaan yang teramat sangat karena menjeratku dalam pernikahan brengsek ini," Kemarahan berkelabat di sorot mata Ravka, menghujam tepat ke manik mata gadis berparas ayu yang meringkuk ketakutan di atas ranjang pengantinnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tsabitah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PPA 13# Pengar
"Den Ravka tidak apa-apa?" Tanya Bi Mimah mengambil gelas di atas nakas yang menyisakan sedikit air di dalamnya. Ia kemudian menambahkan air ke dalam gelas dan menyerahkannya kepada Ravka.
"Tidak Bi, saya tidak apa-apa," Jawab Ravka seraya meraih gelas yang disodorkan oleh Bi Mimah. Pemuda itu meminum airnya dengan sekali teguk. Berusaha membasahi tenggorokan yang terasa kering.
"Oia Bi, apa orang rumah tau semalam saya pulang dalam kondisi mabuk?"
"Tidak Den, orang rumah tidak ada yang kembali ke rumah semalam. Sepertinya semua orang langsung berangkat ke Pulau Bidadari setelah acara resepsi pernikahan Den Alex,"
"Ooh baguslah kalau begitu," Jawab Ravka sekenanya. Mata pemuda itu melirik Alea yang memasuki kamar mandi. Kalau tidak ada Bi Mimah, Ravka pasti akan membentak gadis itu lagi. Ia sudah tidak sabar ingin berendam di dalam sana. Badannya pasti sudah lengket dan bau alkohol. Namun, ia terperanjat saat melihat penampilannya.
"Bi, siapa yang menggantikan baju saya?" Tanya Ravka menyadari dia sudah mengenakan pakaian tidur. Badannya pun tidaklah berasa lengket seperti yang ia pikirkan.
"Non Alea, Den. Tadi subuh Den Ravka pulang dalam kondisi sudah tidak sadarkan diri. Pak Tito yang membawa Den Ravka kesini. Setelah itu Non Alea menyeka tubuh Den Ravka dengan air panas dan mengganti pakaian Den Ravka," Ujar Bi Mimah.
"Dari mana Bibi tahu kalau dia melakukan itu semua?" Tanya Ravka sinis.
"Bibi yang membantu Non Alea menggantikan pakaian Den Ravka. Non Alea juga sudah menyiapkan semua makanan ini Den. Semua ini makanan yang bisa membantu Den Ravka mengurangi pusing dan mual akibat pengar," Bi Mimah menunjuk nampan di atas nakas berisikan Sup Kaldu Ayam, Sandwich Roti Gandum lengkap dengan Telur Mata Sapi dan Tomat, Salad buah serta Jus Alpukat. Dan tidak ketinggalan Wedang Jahe juga berada di dalam nampan.
"Dia nyiapin semua ini?" Ravka tertawa mengejek. Seolah tidak percaya kalau gadis yang hanya terlihat seperti gadis remaja bisa melakukan itu semua.
"Ia Den, sejak pagi Non Alea sudah sibuk mencari tau makanan yang bisa membantu mengurangi pengar. Kemudian dia menyiapkan sendiri semua makanan ini. Bahkan Non Alea beberapa kali memanaskan Sup dan Wedang Jahenya Den. Katanya biar saat Den Ravka bangun, Sup dan Wedang Jahenya masih hangat," Ravka melirik Sup yang masih mengeluarkan uap panas, menggugah seleranya untuk segera menyantap Sup tersebut.
Tidak hanya kepalanya saja yang pusing, asam lambungnya juga mendorong pemuda itu untuk segera mengisi kembali isi perut yang sudah terkuras habis. Semalam Ravka sepertinya muntah hingga beberapa kali hingga tidak menyisakan apapun di dalam lambungnya. Ia mencoba mengingat kejadian semalam, tapi justru membuat kepalanya bertambah sakit. Lambungnya juga semakin menusuk-nusuk di dalam sana.
"Den Ravka tidak apa-apa?" Wajah meringis Ravka membuat Bi Mimah khawatir. "Sebaiknya Den Ravka makan terlebih dahulu," Ujar Bi Mimah Sembari menyeret nakas mendekati Ravka.
Ravka terpaksa menerima tawaran Bi Mimah, meski sesungguhnya rasa gengsi merayapi hatinya lantaran makanan itu disiapkan oleh Alea. Namun, ia tidak mau melampiaskan kekesalannya kepada Bi Mimah yang tidak bersalah. Lagi pula perutnya juga sudah memaksa minta segera di beri suplai makanan. Pemuda itu kemudian melahap makanan yang sudah di sodorkan oleh kepala asisten rumah tangga itu kehadapannya. Hingga menghadirkan senyum yang merekah senang di wajah wanita paruh baya itu saat menyaksikan Ravka menikmati suguhannya.
Hmmm.... makanan ini enak. Tidak jauh berbeda dengan buatan koki di rumah ini - Batin Ravka. Ia mengerutkan dahinya setelah menandaskan semua makanan yang telah disediakan Alea. Tidak menyangka gadis itu ternyata pintar memasak.
"Oia Den, tadi Tuan Bayu menelpon kemari dan meminta Den Ravka serta Non Alea menyusul ke Pulau Bidadari. Pesan Tuan Bayu, Den Ravka harus menghadiri acara nanti malam," Ujar Bi Mimah setelah melihat Ravka menyelesaikan makannya.
Sejak tadi Ia ingin menyampaikan pesan dari kakek pemuda itu, tapi membiarkan Ravka terlebih dahulu menikmati hidangan yang dibuatkan Alea tanpa diganggu. Berharap Ravka menyadari kebaikan hati istrinya dan dapat bersikap baik terhadap gadis itu.
"Sekarang jam berapa Bi?" Tanya Ravka kemudian.
"Sudah lewat tengah hari Den, sudah jam dua siang," Jawab Bi Mimah.
"Kenapa tidak bilang dari tadi, Bi?" Ravka bergegas menuju kamar mandi, dan mengetuk pintunya dengan kasar.
"Bu...." Saat ia bersiap membentak Alea yang masih berada di dalam, pintu kamar mandi terbuka dan suaranya menggantung di udara. Pemuda itu kemudian menerobos masuk tanpa mempedulikan Alea yang hampir tersungkur karena ia menyenggol bahu gadis mungil itu saat memasuki kamar mandi.
Di dalam kamar mandi, Ravka tertegun. Ternyata gadis itu telah menyiapkan air panas untuknya berendam. Ia langsung menghempaskan diri ke dalam bath up yang sudah menampung air panas di dalamnya.
Ravka berlama-lama menikmati berendam air panas yang sudah ditambahkan dengan eucalyptus essential oil. Aroma yang kuat dan menyegarkan itu tidak hanya berasal dari air panas di dalam bath up, tapi juga lilin aromaterapi yang sudah dinyalakan oleh Alea di sudut kamar mandi tersebut.
Sementara di luar kamar mandi, Alea tampak menyiapkan semua kebutuhan suaminya.
"Bi, Mas Ravka biasanya suka warna apa yah Bi?" Tanya Alea kepada Bi Mimah yang sedang memberaskan peralatan makan yang tadi digunakan Ravka.
"Sepertinya biru laut Non, saya sering lihat Den Ravka menggunakan warna itu untuk acara-acara yang penting,"
"Kalau begitu sepertinya ini cocok dan bagus," Ucap Alea seraya memilih pakaian di dalam lemari.
Gadis itu menyiapkan dua setel kemeja lengkap dengan vest, jas, serta celana dengan warna senada. Kemudian menyiapkan satu piyama tidur serta satu setel pakaian santai.
Bi Mimah sempat menyampaikan, mereka harus menghadiri acara penting yang sepertinya merupakan acara formal di Pulau Bidadari nanti malam. Bisa jadi mereka akan menginap disana. Jadi Alea harus siap dengan segala kemungkinan. Tidak ketinggalan ia juga menyiapkan pakaian dan perlengkapannya sendiri.
"Sini Non, Bibi bantu bersiap-siap," Ucap Bi Mimah.
"Ga apa-apa Bi, Al bisa kok," Jawab Alea sembari melemparkan senyum yang tidak pernah pudar dari wajahnya.
"Non Alea juga kan harus bersiap-siap. Non Alea harus berdandan biar kelihatan cantik dan seger," Ucap Bi Mimah mengingatkan.
"Ia, Bibi benar. Setidaknya Al tidak boleh terlihat memalukan bagi Mas Ravka. Kalau begitu Al minta tolong yah Bi," Ucap Alea yang di iyakan dengan senang hati oleh Bi Mimah.
Alea kemudian memilih baju yang akan dikenakannya. Sebuah gaun selutut yang sederhana namun terlihat anggun. Ia kemudian menyapukan Make up di wajahnya. Sedikit lebih tebal dari yang biasanya ia kenakan, tapi juga tidak terlalu menor dan mencolok.
"Bagaimana Bi?" Tanya Alea meminta pendapat Bi Mimah. Dia yang terbiasa meramu make up di wajah pelanggannya tentu dengan cekatan bisa berdandan dengan cepat.
"Cantik Non. Oia Non ini baju yang mau dikenakan Den Ravka yang mana?" Tanya Bi Mimah merujuk dua setel pakaian yang sudah disiapkan Alea di atas tempat tidur.
"Sepertinya yang ini aja deh, Bi. Yang satu lagi disimpan dalam koper saja buat jaga-jaga kalau ada apa-apa disana nanti," Ucap Alea kemudian.
"Baik Non," Jawab Bi Mimah. "Ada yang bisa saya bantu lagi Non?" Tanya Bi Mimah setelah merapihkan semua perlengkapan Alea dan Ravka ke dalam satu koper.
"Sepertinya sudah Bi. Terimakasih banyak yah Bi,"
"Kalau begitu saya permisi yah Non," Ucap Bi Mimah undur diri dari kamar Ravka sembari membawa nampan berisi piring kotor.
sebenarnya kata2 yg diucapkan ravka yg seperti ini sudah jatuh talak satu loh thor iya ngak sih kalau dlm agama? karna dia mengatakan melepaskan?
mana udah dibelikan kalung milyaran sm ravka
alex sm ravka bisa di bodoin uler