Namaku Nila ,Aku hanyalah seorang perempuan kecil yang belum tahu apa-apa
ketika diusia lima tahun, aku diajak main kuda-kudaan
disungai pinggir kebun oleh ayah sambungku. Aku benar- benar tak mengerti
dengan diriku saat itu. Barulah ketika berusia 10 Tahun, Ketika mandi polos bersama dengan teman-teman perempuanku disungai batang kalam aku menyadari bahwa yang mereka punya berbeda bentuknya dengan yang aku miliki. Wajah kecilku yang ceria berubah, mulai saat itu aku tak mau tampil polos lagi. Pribadiku yang ceria berubah jadi Intover. Apa yang aku alami itu berpengaruh besar terhadap hidupku, jiwaku,dan cintaku hingga aku dewasa dan menikah,
Noda itu merusak hatiku,keputusanku dan tentu saja pernikahanku.
Hidupku seperti siang malam yang slalu berganti, sehari aku bahagia esoknya akan ada airmata.
Aku gagal dan gagal lagi dalam pernikahanku, hingga pernikahan ketigaku ini, kubagikan kisah ini untuk menjadi peringatan pada para ibu untuk menjaga anak -anak perempuan kita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nilda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MP Dirumah Ibu Mertua
Dengan mengendarai mobil umum, sore itu aku dengan menggendong putri kecilku, sampai digerbang kampung
kampung bang Andi suamiku. Aku dengan tertatih- tatih menjinjing bag pakaian kami, turun dari mobil.
Entah ada orang kampung yang melaporkan, makanya ia tahu kami datang,dan menyusul kami dengan honda Revonya. Begitu sampai dihadapan kami, ia langsung menarik bag pakaian yang kubawa dan dinaikkan
ke Honda.
" Ayo naik. Ternyata datang juga kalian ya! Katanya dengan senyum sinis.
Aku langsung mengikuti perintahnya, tanpa peduli dengan ekspresinya.
" Masuk juga kau akhirnya dalam perangkapku Nila. " Katanya dalam hati dengan perasaan penuh
kemenangan, ia melajukan kereta Revo kami dengan balap menuju rumah. Aku sedikit ketakutan dan berpegang
kuat dipinggangnya. Beberapa detik berlalu, akhirnya kami sampai didepan rumahnya. Kulihat ibu mertuaku
segera melompat dari tangga rumah panggung untuk menyambut kami. Ia langsung meminta Nillyana untuk
segera digendongnya.
" Adik....Adik...Aso lambat ho ro dik...Nenek madung loja paintena. " Katanya dengan bahasa daerahnya,
kulihat airmatanya mulai bercucuran tatkala menatap Naia. Aku paling tak tahan melihat orang menangis,
akupun tak kuasa membendung isak, tangiskupun pecah,ibu mertua memelukku, kamipun bertangis- tangisan sambil berpelukan. " Sedang suamiku hanya tersenyum menyaksikan kami, tah apa arti senyumannya aku tak tahu.
Mendengar kebisingan dirumah, mak tuo, kakaknya ibu datang kerumah.
" Cucu kita sudah datang rupanya ti? Tanyanya sambil meminta untuk menggendong Nillyani dari ibu Titi,
mertuaku. Mak tuo adalah kakak ibu Titi mertuaku. Ia segera menggendong dan menimang Nillyani kami.
" Hari sudah sore, Kita masak dulu, nanti kelaparan pula , asik menagis. " Kata ibu TIti.
" Iya ndi, carikan dulu ikan, biar Nila masak." Perintah pada bang Andi.
Aku langsung menuju dapur, nan mulai memasak air panas dan memasak nasi. Setelah ikannya
datang, aku langsung mengolahnya. Sore ini tampak istimewa sekali, ada tamu ayah tuo Nillyani yang
baru datang dari s4.
" Anak ayah sudah disini rupanya? " Katanya mengambil Nili Yang sedang diayunan. Ia menggendongnya
dan membawanya kedapur.
" Masak apa Nil? Tanyanya padaku.
" Masak ikan bang...Nanti kita makan malam sini ya. " Kataku.
" Jadi abang harus makan bersama sama sitangkang itu? Tanyanya menyebutkan suamiku.
" Iyalah bang...Kan kakak adik ngak boleh musuhan . Apalagi kalau ada Nila. Peace...Peace..." Kataku
seperti orang berdemo. Kulihat bang itu tersenyum.
" Oke Tuan putri...Demi mu dan sikecil, abang akan ikut acara makan malam
dengan sitangkang nanti malam. " Katanya
" Gitu dong..Baru abang terbaik sedunia namanya. Kataku senang.
Malamnya, kami makan malam berlima. Suasana cukup canggung, mengingat dua bersaudara ini tak
pernah akur. Hanya suara dentingan piring, sendok, dan bunyi kunyahan yang terdengar.
" Gimana bang Masakan Nila? " Tanyaku memecah kebungkaman acara makan malam itu.
" Ngak Enak, Ngak habis piringnya sekalian. " Kata bang Ucok, abang iparku.
Kami semua tak bisa menahan tawa dengan candaan bang ucok.
Dengan santainya ia menghabiskan makanannya dan menjilati tangannya. Geli rasanya melihat
tingkah lelaki berstatus pegawai negeri itu. Aku hampir sakit perut menahan tawa. Tapi hanya satu orang
yang tak ada respon sedikitpun. Kutatap Suamiku yang diam santai menghabiskan makanannya
tanpa peduli ocehan abangnya. Bisu atau tulikah dia? atau memang ia tak punya hati, Pikirku.
" Sudah bereskan semuanya. Habis ini cuci tangan, cuci kaki, gosok gigi ! Perintahnya padaku
seperti aturan untuk bcah kecil. Aku hanya tersenyum mengikuti semua perintahnya.
Menjelang tengah malam suamiku pulang dari lapau. Karna pintu task dikunci aku tak perlu membukakan
pintu untuknya. Aku cukup pura- pura tidur saja diatas ranjang besi tempat tidur kami. Kudengar suara
ia buang air kecil. Aku masih memejamkan mataku ketika dia sudah ditempat tidur, mencium dan putriku
bergantian. Kemudian kudengar suara tawanya. Dia tertawa sendiri, sebelum mulai membuka
selimutku, dan kemudian melanjutkan pakaianku. Aku masih menutup mataku ketika
ia mulai melancarkan serangan tengah malamnya.
" Aku tahu matamu saja yang terpejam Nila. Ayo buka matanya. Biar kita nikmati MP Ini berdua.
Tidakkah kau merindukan abang juga." Katanya sambil menciptakan banyak jejak kepemilikan didadaku.
Akupun akhirnya membuka mataku, balas menariknya kedalam dekapanku. Menatap matanya lekat, mencari
arti kebenaran rindu yang ia ucapkan.Entah itu jujur atau tipuan, aku tak tahu, yang aku tahu, aku juga
tdak tahan menahan keinginan untuk bersatu malam ini. Setelah dua bulan berpuasa setelah kelahiran
sikecil.
NILA AKHIRNYA BEBAS..