Keanu Wiratmadja
Presdir muda yang tak pernah tertarik pada seorang wanita selama hidupnya, tiba-tiba hatinya tergerak dan ingin sekali memilikinya. Karena dia wanita pertama baginya.
Keana Winata
Putri semata wayang yang sangat disayangi ayahnya, tapi bukan berarti dia putri yang manja. Dia berbeda, sehingga dapat membuat seseorang tergerak hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ade eka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13
Kemudian dia terlihat menemukan sesuatu. "Matanya, ya mata mereka sama", gumam Ken tersenyum sumringah. Rasa ngantuk mengalahkannya dan dia pun terlelap dengan membawa 2 gambaran wanita yang mengganggu pikirannya ke dalam mimpi.
***
Selama beberapa hari pikirannya terus diganggu oleh 2 bayangan wanita sekaligus. Hal itu sangat berdampak pada Ken, moodnya seringkali berubah saat sedang bekerja. Bahkan di waktu-waktu penting. Seperti saat meeting dengan klien dari negara J maupun saat meeting pemegang saham. Semua orang dinaik-turunkan adrenalinnya oleh Ken. Han selaku asisten pribadi juga termasuk karyawannya merasa iba dengan rekan kerja lainnya. Dia memutar otak, memikirkan cara agar bencana ini segera berakhir.
"Ada apa dengan Tuan sebenarnya. Beberapa kali dia terlihat kesal bahkan sangat kesal tanpa alasan. Oohh sungguh merepotkan. Ahh, lebih baik aku menelpon Tuan Sam. Mungkin dia dapat membantuku?!", pikirnya dalam hati.
"Halo", ucapnya setelah yang di seberang menjawab.
"Ada apa Han?", jawab Sam.
"Telah terjadi bencana Tuan di kantor. Setiap hari Tuan Ken menyiksa kami. Dari waktu ke waktu dia selalu nampak kesal", jelas Han.
"Kau kan asisten pribadinya! Bagaimana aku tahu apa yang terjadi pada kakak. Bahkan kau yang selalu berada di sisinya", ucap Sam sambil terkekeh dari sambungan telepon.
"Jika saya tahu jawabannya, saya tidak akan menelpon anda Tuan", balas Han datar.
"Emmh, benar juga ya! Baiklah, coba kau ingat-ingat apa saja yang terjadi belakangan ini. Apakah ada yang menganggu kakakku? Tapi bagaimana mungkin ada yang berani, bahkan baru berhadapan dengannya saja nyali orang sudah menciut. Kecuali..", ucap Sam menggantung.
" Kecuali apa Tuan?", tanya Han.
" Ya kecuali satu hal", jawaban Sam masih menggantung.
Han hampir frustasi dibuatnya. Dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Saya mohon Tuan bantu saya. Mereka sudah seperti mayat hidup, Tuan. Setiap hari mereka diberi tugas seperti gunung dan wajib lembur. Barangsiapa yang tidak lembur, maka gajinya akan dipotong 50% Tuan. Begitu halnya dengan Tuan Ken, beliau selalu menyibukkan diri. Tuan Ken juga selalu lembur, maka mereka tak ada yang berani pulang sebelum Tuan pulang. Waktu istirahatnya kurang, sehingga mata Tuan sering terlihat menghitam seperti mata panda dan kadang keluar kantor penampilan Tuan terlihat berantakan. Saya sudah menemui jalan buntu Tuan, jadi tolong bantu saya. Saya sudah tidak tahan melihat keadaan ini", tutur Han panjang lebar. Masalahnya dia juga bagian dari para karyawan juga bagian dari Tuannya. Tentu saja dia juga merasakan derita. Derita dari keduanya.
"*Wow, panjang sekali penjelasanmu Han!", ucap Sam sambil terkekeh.
"Baiklah, baiklah! Begini, coba kau ingat kembali. Apakah ada sesuatu yang aneh terjadi pada kakakku belakangan ini?", tanya Sam agak serius*.
Han nampak berpikir. "Tidak ada yang aneh, Tuan", jawabnya.
"Apakah kau yakin?", Sam menegaskan.
Han berpikir lebih keras lagi. "Saya pikir ada, tapi saya ragu apakah itu benar yang membuat Tuan Ken seperti ini", ucapnya.
"Katakan!", perintah Sam yang mulai penasaran dari sambungan teleponnya.
"Sudah dua kali Tuan berinteraksi dengan dua wanita yang berbeda. Pertama saya melihat Tuan mengobrol dengan seorang pegawai minimarket tapi maaf Tuan penampilannya kalau orang banyak bilang seperti cupu atau apalah. Kedua di restoran, Tuan berinisatif menolong wanita yang jatuh karena menabraknya. Bahkan Tuan memberikan jasnya karena saat itu pakaian wanita itu basah dan menerawang. Hanya itu saja Tuan", begitu isi laporan Han.
Dari seberang saluran Sam nampak terpingkal. "Astaga Sam, kenapa ada kemajuan sebesar ini kau tak memberitahuku?!", ucap Sam masih tertawa.
"Apa berita ini penting Tuan?", tanya Han polos.
"Ya ampun Han! Apa karena sudah terlalu lama dengan kakakku kau jadi ikut-ikutan seperti dia. Apakah ini alasannya kau masih sendiri. Lebih peka lah Han", ucap Sam makin terpingkal.
Han tak peduli, dia tetap mendengarkan.
"Kurasa kakakku sudah mulai tertarik dengan wanita itu Han", ucap Sam serius.
Benar saja, selama ini Ken tidak pernah tertarik pada wanita mana pun. Bahkan dia tak sudi sembarangan di sentuh oleh orang lain, wanita sekalipun. Apalagi wanita-wanita yang ada di club malam itu. Sungguh menjijikan baginya.
"Bagaimana Tuan. Tapi ini ada dua orang yang berbeda", ucap Han kebingungan.
"*Nah itu masalahnya, saat dia mulai tertarik dengan wanita malah langsung dua orang yang datang mengganggu pikirannya", jelas Sam santai.
"Baiklah, besok aku akan ke kantor menemui kakakku",ucap Sam kemudian memutuskan sambungan*.
Han nampak lega setelah dia berbagi beban dengan adik Tuannya. Bahkan mendapatkan jalan keluar. Karena bagaimana pun juga Sam selaku adikknya yang paling tahu apa-apa saja yang menyangkut kakaknya. Han sudah tak terlihat gusar lagi. Dia seperti telah mencharge semangatnya setelah menelpon Sam tadi. Dan dia memutuskan untuk menemui bosnya itu di dalam ruangannya.
"Ada apa?", sebuah suara yang memecah keheningan di ruangan yang diselimuti aura dingin yang menusuk.
Han memberanikan diri bicara mengenai hal yang dianggap tabu oleh Tuannya. "Maaf Tuan, apa saya perlu mencari tahu tentang sesuatu Tuan?", tanyanya ambigu.
Yang ditanya menatap Han tajam, dia bangkit dari kursi kebesarannya dengan kemeja yang sedikit keluar dan dasi yang sudah longgar. Jelas saja, sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Mereka semua masih dalam mode siksa.
Ken berjalan mendekati Han, tatapannya tak lepas pada Han. "Apa maksudmu?", tanyanya tajam.
"Eemmh, saya hanya ingin meringankan pikiran Tuan yang sedang terganggu", ucapnya takut-takut saat hawa dingin Tuannya mulai mendekat.
"Bagaimana kau tahu pikiranku sedang terganggu. Apakah mulai menebak isi pikiranku", tanya Ken yang kini sudah berada di hadapan Han.
"Bagaimana dia tahu pikiranku sedang terganggu? Apakah terlalu kelihatan", gumamnya dalam hati.
Han tak berani memandang Ken, dia menunduk mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Asataga, Tuan! Kita terlalu dekat! Jika saya wanita mungkin saya sudah akan sangat merona dibuatnya. Mungkin saya akan langsung menyukai Tuan. Tapi maaf Tuan, saya masih pria normal. Jika ada orang lain yang melihat, bukankah mereka akan salah paham teehadap kita", ucap Han dalam hati dna bergidik ngeri membayangkan ucapannya.
"Katakan! Katakan apa maksudmu?", tanya Ken yang mundur beberapa langkah ke belakang.
"Baik Tuan. Tapi maaf Tuan jika saya lancang. Apakah Tuan menginginkan saya mencari informasi mengenai wanita yang Tuan temui di restoran beberapa waktu lalu, juga wanita di minimarket itu?", tanya Han memberanikan diri.
"Shit! Apa terlalu kelihatan?! Kenapa dia bisa tau isi pikirkan ku saat ini. Tidak mungkin, aku sudah sangat rapi menyembunyikannya. Kenapa mudah sekali tertebak olehnya. Dan tunggu baagaimana dia tahu soal di minimarket. Apa dia melihatnya?! Hah sudahlah", gerutu Ken dalam hati.
"Tidak perlu!", jawan Ken singkat.
"Lalu?", tanya Han yang dibuat bingung dengan jawaban Tuannya. Karena menurutnya, bosnya itu pasti sudah sangat penasaran tentang identitas wanita itu.
Kemudian Ken kembali duduk di kursi kebesarannya itu. Meninggalkan Han yang masih berdiri mematung. Dia menyunggingkan senyumnya melihat Han yang masih berkutat dengan pikirannya sendiri.
"Kau pikir bisa menebak isi pikiranku, hah! Kau tak lebih baik dariku, Han. Apalagi mengenai wanita. Aku tak percaya itu hasil pemikiranmu sendiri", gumam Ken pelan sambil menyangga dagu dengan kedua jari tanggannya yang saling berpaut dan bertumpu pada meja kerjanya. Dia masih memandangi Sam yang kelihatan gagal dengan idenya. Senyumnya masih terukir di bibirnya.
"Sam, ini ulah Sam kan?", ucapnya menghentikkan keheningan Han.
Han tersentak dan berbalik menghadap Ken. "Maaf Tuan", ucapnya kemudian menunduk.
"Dasar bocah tengik! Tahu apa dia soal kakaknya", umpat Ken pada orang yang tak menunjukkan batang hidungnya.
"Cukup kau ikuti perintahku saja. Nanti kita tidak langsung pulang. Ada tempat yang harus aku datangi dulu", ucap Ken singkat sambil memutar kursinya membelakangi Han. Senyum tipis terbit di bibirnya dan tatapannya terlihat lebih tajam.