NovelToon NovelToon
DUA RATU DI KAKI CEO

DUA RATU DI KAKI CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengganti / Percintaan Konglomerat / Beda Usia / Diam-Diam Cinta
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Engga Jaivan

Mengapa mereka memeluk kakiku? Pertanyaan itu menghantui Arion (25) setiap hari."
​Arion memiliki dua adik tiri yang benar-benar mematikan: Luna (20) dan Kyra (19) yang cantik, imut, dan selalu berhasil mengacaukan pikirannya. Pagi ini, adegan di depan pintu mengonfirmasi ketakutannya: mereka bukan hanya menggemaskan, tapi juga menyimpan rahasia besar. Dari bekas luka samar hingga gelang yang tak pernah dilepas, Arion tahu obsesi kedua adiknya itu bukan hanya sekadar kemanjaan. Ini adalah kisah tentang seorang kakak yang harus memilih antara menjaga jarak demi kewarasannya, atau menyelami rahasia gelap dua bidadari yang mati-matian berusaha menahannya agar tak melangkah keluar dari pintu rumah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Engga Jaivan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB XIII: Malam Tanpa Lampu

Malam berikutnya adalah malam uji coba untuk Jangkar yang baru. Sesuai jadwal yang Arion susun, teknisi keamanan diam-diam memasang perangkat pengacak sinyal di atap rumah, terutama di area yang mengarah ke kamar Luna dan Kyra, serta ruang kerjanya. Pemasangan itu harus dilakukan secara tersembunyi, di tengah malam.

Arion sudah memperingatkan teknisi agar bekerja secepat dan setenang mungkin. Namun, takdir rupanya memiliki selera humor yang gelap.

Tepat pukul 02:00 dini hari, saat teknisi mulai menyalakan perangkat pengacak sinyal, listrik di seluruh rumah Keluarga Pranata tiba-tiba padam.

Suara dengungan keras yang seharusnya tidak ada, terdengar sesaat sebelum kegelapan total menelan segalanya. Proyek pengacak sinyal yang seharusnya rahasia, kini menjadi blackout yang mencurigakan.

Arion terbangun, diselimuti kegelapan yang pekat. Jantungnya langsung berdebar. Ia tahu ini bukan pemadaman listrik biasa. Ini pasti karena overload dari perangkat pengacak sinyal yang baru dipasang.

Sial! Ia mengutuk dalam hati. Listrik padam adalah hal terburuk yang bisa terjadi.

Dalam kegelapan yang bisu, Arion mendengar suara. Bukan teriakan, bukan rengekan, tetapi keheningan yang sangat tajam, diikuti oleh suara tapak kaki yang sangat cepat dan panik di lantai marmer.

Luna dan Kyra.

Arion bangkit, meraba-raba mencari senter di nakasnya. Ia berhasil menemukan senter kecil, menyalakannya, dan cahaya fokus itu menembus kegelapan.

Pintu kamarnya terbuka. Arion tidak menguncinya; ia ingin memberi kesan 'kepercayaan' dan 'keterikatan' pada mereka.

Di ambang pintu, Luna dan Kyra berdiri berdekatan. Mereka hanya mengenakan piyama, tetapi penampilan mereka jauh dari manja. Mata mereka yang biasanya penuh warna, kini memantulkan cahaya senter dengan ekspresi ketakutan yang mendalam dan primal—bukan takut pada hantu, tetapi takut pada masa lalu.

Mereka tampak seperti dua anak kecil yang tersesat dalam kegelapan.

"Kak Arion!" panggil Luna, suaranya tercekat. Ia berlari ke arah Arion, bukan untuk memeluk kakinya, tetapi untuk memeluk pinggang Arion dengan seluruh kekuatannya. Gelang perak di pergelangan tangannya terasa dingin di kulit Arion.

"Ada apa, Kak? Kenapa gelap sekali?" tanya Kyra, suaranya lebih tenang, tetapi tangannya meraih lengan Arion, menggenggamnya erat, mencari kehangatan dan kepastian.

Arion mematikan senter sebentar, memeluk kedua tubuh yang menggigil itu dalam kegelapan. Ia tahu ia harus menenangkan mereka. Mereka berada di batas pelepasan emosi.

"Tenang. Hanya listrik padam. Aku akan perbaiki. Semuanya aman," Arion berbisik, suaranya tenang dan meyakinkan, memainkan peran Jangkar dengan sempurna.

Ia menyalakan senternya lagi, mengarahkannya ke wajah mereka. Ia harus melihat tanda-tanda itu.

Di bawah cahaya yang tajam, Arion melihat garis bekas luka Kyra yang tampak lebih menonjol di kulitnya yang pucat karena kaget. Tapi, ada yang lain.

Ia melihat ke lengan Luna yang memeluknya. Gelang perak itu. Dalam ketakutan ini, gelang itu tampak berkilauan lebih terang, dan Arion melihat ukiran Mata Terkunci itu terlihat berdenyut samar, seolah ia sedang bekerja keras menahan badai di dalam diri Luna.

Jika Ikatan Mata mengawasi melalui gelang, mereka pasti mendapatkan sinyal ketakutan Luna saat ini.

"Kita ke bawah. Cari lilin," Arion memutuskan.

Mereka bertiga berjalan menuruni tangga. Luna masih menempel di pinggang Arion, sementara Kyra memegang lengannya, dan tangannya yang lain memegang senter Arion.

Saat mereka melewati lorong dekat ruang makan, senter yang dipegang Kyra secara tidak sengaja mengarah ke dinding. Di dinding putih itu, Arion melihatnya.

Tidak ada foto mereka bertiga. Tidak ada lukisan. Hanya sebuah celah kecil di bawah wallpaper yang agak longgar.

Kyra melihat ke mana Arion menatap. Ia langsung mematikan senter.

"Tidak ada apa-apa, Kak," Kyra berkata cepat, suaranya keras.

Tapi Arion sudah melihatnya. Celah itu terlalu sempurna, terlalu terselubung. Ia yakin itu adalah Kotak Rahasia lain, tempat Ibunya menyimpan hal-hal yang lebih berbahaya.

"Kita tunggu saja di ruang tengah," Arion berkata lembut, mengabaikan temuan itu untuk saat ini.

Saat mereka duduk di ruang tengah, ditemani lilin dan kegelapan, Luna dan Kyra mulai tenang. Mereka berdua duduk sangat dekat dengan Arion, bersandar di bahunya, sebuah pemandangan yang intim dan penuh ketergantungan.

"Kak Arion tidak boleh meninggalkan kami," Luna berbisik, suaranya kini kembali manja.

"Tentu tidak. Aku janji," Arion mengulang janjinya, menenangkan mereka.

Dalam posisi yang dekat itu, Arion memberanikan diri. Ia menyentuh pergelangan tangan Luna, merasakan dinginnya gelang itu.

"Luna," Arion bertanya pelan, "Ketika kau dan Kyra masih kecil... di kota itu. Kenapa Ibu membuat kalian takut pada kegelapan?"

Keheningan kembali menyelimuti mereka. Lilin berkedip, memantulkan bayangan di wajah mereka.

"Bukan Ibu," jawab Kyra, suaranya datar. "Kelompok itu. Mereka selalu datang saat listrik padam. Mereka memakai topeng dan... dan mereka tidak suka kalau kami melihat wajah mereka."

Luna mencengkeram Arion lebih erat. "Mereka bilang, kegelapan adalah waktu yang tepat untuk mengikat. Kami tidak boleh menolak. Kak Arion... jangan biarkan mereka mengikat kami lagi."

Arion merasakan dadanya sesak. Mereka trauma pada kegelapan, bukan karena hantu, tetapi karena ritual pengikatan yang dilakukan oleh Ikatan Mata. Ritual itu adalah cara mereka menegaskan kepemilikan.

Mereka sudah ada di dalam. Perkataan Kyra kembali terngiang. Mungkin Ikatan Mata tidak perlu masuk rumah. Mereka sudah menanamkan ketakutan di dalam jiwa mereka, sebuah pemicu yang aktif saat kegelapan datang.

Arion menenangkan mereka hingga listrik kembali menyala satu jam kemudian. Cahaya terang mengusir kegelapan, dan secara ajaib, ketenangan Luna dan Kyra kembali. Gelang perak Luna terlihat meredup kembali.

Arion tahu ia harus segera memeriksa celah di dinding itu dan menghubungi Danu untuk memperbaiki overload pengacak sinyalnya.

Tetapi ia juga tahu, ia harus menghancurkan ketakutan pada kegelapan mereka terlebih dahulu. Jika Ikatan Mata memanfaatkan kegelapan, Arion, sang Jangkar, akan menjadikan kegelapan sebagai sekutu.

Ia memandang Luna dan Kyra yang kini sudah tertidur pulas di sofa, bersandar di tubuhnya. Ia adalah penjara sekaligus pelindung mereka. Dan dalam kegelapan malam, ia menyadari, bahwa ia tidak bisa lagi membedakan antara keduanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!