Saat membuka mata, Anala tiba-tiba menjadi seorang ibu dan istri dari Elliot—rivalnya semasa sekolah. Yang lebih mengejutkan, ia dikenal sebagai istri yang bengis, dingin, dan penuh amarah.
"Apa yang terjadi? bukannya aku baru saja lulus sekolah? kenapa tiba-tiba sudah menjadi seorang ibu?"
Ingatannya berhenti disaat ia masih berusia 18 tahun. Namun kenyataannya, saat ini ia sudah berusia 28 tahun. Artinya 10 tahun berlalu tanpa ia ingat satupun momennya.
Haruskah Anala hidup dengan melanjutkan peran lamanya sebagai istri yang dingin dan ibu yang tidak peduli pada anaknya?
atau justru memilih hidup baru dengan menjadi istri yang penyayang dan ibu yang hangat untuk Nathael?
ikuti kisah Anala, Elliot dan anak mereka Nathael dalam kisah selengkapnya!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zwilight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 13 | The Callahan Family
"Papa kenapa itu berdarah?" tunjuk Nathael begitu melihat ujung bibir papanya meninggalkan bekas luka yang sedikit mengeluarkan darah.
Elliot tersentak pelan sambil menyeka bibirnya. Lalu matanya beradu kontras dengan mata Anala. Wanita itu tersenyum bangga sambil menjulurkan sedikit lidahnya, merasa menang diatas Elliot.
Elliot memutar mata lalu sedikit jongkok menyamakan tingginya dengan sang anak. Tangannya terulur mengelus puncak kepala bocah itu dengan lembut. "Ini tuh luka abis digigit tikus besar. Pokoknya nanti Nael kalau liat tikus langsung aja pukul, biar nggak digigit kayak Papa."
"Tikusnya jahat banget, Pa," ucap Nathael mendengus geli. Ia percaya saja apa yang diucapkan oleh Papanya sekalipun itu pembohongan publik. Namanya juga anak kecil polos.
"Makanya harus langsung dipukul, biar nggak ngelunjak."
Sementara itu Anala mengeram kesal disisi lain. Bisa-bisanya Elliot menyebutnya sebagai tikus besar yang menjijikkan. Tatapan penuh permusuhannya mulai menyala, dengan tangan yang terkepal kuat.
"Wah nggak bisa dibiarin nih, kita harus segera temukan tikusnya." sambil memamerkan senyumnya, Anala mendekat lalu mencubit pinggang Elliot hingga pria itu meringis.
"Aah adadah!" bunyinya latah. "Sakit, gila!" lanjutnya dengan mata melotot dan rahang yang sudah mengeras menahan perih.
Anala pura-pura mendekat lalu sedikit menunduk memeriksa pinggang Elliot. "Astaga, kamu kenapa sayang? apa mungkin tikusnya sampai kesini?" tingkahnya ini benar-benar terlihat menyebalkan bagi Elliot.
Wlee! cibir Anala yang tiba-tiba mendongak menatap Elliot yang sedang memerah menahan amarah.
Pria itu makin kesal setengah mati, tingkah Anala membuatnya jadi serba salah. Mereka hanya bisa saling lempar pandangan dengan mata pisau diujung tatapannya. Dua orang yang tidak mau kalah bahkan setelah sama-sama mencintai dalam bahtera rumah tangga.
Di tengah perdebatan yang tidak ada hentinya, Nathael hadir dan menjembatani kedamaian untuk Mama dan juga Papanya. Ia berdiri diantara keduanya sambil memegang tangan mereka dengan genggaman kecil yang hangat.
"Papa, Mama. Ayo kita pergi jalan," ajaknya tiba-tiba. Senyumnya mengambang cerah menatap kedua orang tuanya bergantian.
Anala sedikit menunduk lalu memegang tubuh Nael lebih dekat. "Nael mau jalan kemana?" suaranya lembut, tanpa tekanan apalagi intonasi menakutkan.
Nathael memainkan ujung jarinya sambil bicara dengan ragu, "Itu... Nael mau naik yang muter-muter kayak kereta itu Ma, yang tinggi dan laju."
"Ooh roller coaster?" jawab Anala dengan mata berbinar, anaknya lucu banget waktu bimbang mau nyebutin sesuatu.
Anak itu langsung sumringah dan mengangguk kegirangan. "Iya iya itu... Ayo Ma, Pa kita kesana."
"Yakin?" suara Elliot memotong kebahagiaan untuk sesaat. Tatapannya fokus pada anaknya, dan dia seperti menaruh kekhawatiran tentang rencana perjalanan mereka.
"Nggak mau ke aquarium aja?" lanjutnya dengan tawaran lain.
Namun Anaknya menolak dengan tegas tanpa pertimbangan. "Enggak! Nael kali ini mau naik wahana, titik!" suaranya bahkan sengaja diberi penekanan di akhir kata.
Elliot belum bisa terima, dia lanjut dengan alibi lainnya, seperti sengaja menghindari wahana yang diinginkan anaknya. Meski wajahnya tetap saja terlihat datar saat memberi usulan. "Tapi nanti kalau Nael pusing atau mual gimana?"
Sekali lagi anaknya menolak tanpa pikir panjang. Mukanya bahkan mendadak ikut kesal karena Papanya jadi nyinyir kayak lansia. "Nggak Pa, Nael kan anak kuat!"
Melihat tingkah panik Elliot membuat Anala terkekeh geli. Tiba-tiba ia ingat soal fakta bahwa Elliot nggak kuat naik rollercoaster.
"Itu mah kamu, naik rollercoaster langsung mual-mual," godanya sengaja bikin Elliot kesal dengan alis yang sengaja diangkat sebelah.
"Diem, Anala!" Elliot refleks melotot sambil ngotot nyuruh berhenti. Istrinya ini kalau soal roasting kekurangan suaminya, nomor satu nggak akan ada lawan.
Wanita itu mendekat lalu langsung mengalungkan tangannya pada lengan suaminya itu. Kepalanya sengaja disender pada dada Elliot. "Tenang aja suamiku, nanti istrimu ini akan menjaga kamu dan anak kita dengan baik."
Responnya datar, hanya dengan memutar bola mata dengan gaya malas andalannya. "Ya semoga aja nanti nggak keluyuran kegoda lelaki lain."
"Ih enak aja!" rutuknya kesal. Bibirnya sampai monyong tak terima, begitupun dengan kakinya yang dihentak sekali ke lantai.
"Udah, ayo berangkat!" pria itu sudah menarik tangan Anala yang masih nyangkut dilengannya.
Tapi bukannya ikut menurut, Anala malah menahan tubuhnya seolah terpaku ditempat. "Ganti baju dulu lah, apaan kek gini."
Elliot mengangkat alis, lalu bertanya dengan nada sarkas. "Penting banget ganti baju?"
"Ya iya lah penting. Kita harus tunjukin ke semua orang kalau kita adalah keluarga yang harmonis dan saling mencintai."
"Lebay banget?" sebelah bibir Elliot sampai terangkat dengan gaya julidnya. Ia masih tidak mengerti isi pikiran perempuan pemilik hatinya itu. "Aku nggak mau!" tolaknya tegas.
Namun tidak ada gunanya menolak jika Nathael yang bersuara. Anak kecil itu melompat kegirangan didepan Elliot, matanya berbinar dengan penuh antusias. "Nael setuju sama ide Mama, Pa. Kita harus pakai baju samaan!"
Anala tersenyum menang sambil tos dengan putra manisnya. "Nah pinter anak Mama, nggak kayak Papa."
"Yuk sayang, Mama gantiin baju Nael dulu." lanjutnya mengajak Nael pergi dari tempat perdebatan mereka. Tak lupa dengan seringai kemenangan didepan suami sekaligus rival hidupnya.
Elliot yang ditinggal sendiri hanya bisa menghela napas dengan berat. Ketika ia memandangi Nael dan Anala yang berjalan bersamaan, garis bibirnya terangkat membentuk senyuman samar.
***
Cuaca dipagi hari menjelang siang ini terlihat cerah, terik dan sedikit berawan. Theme park yang mereka datangi telah banyak dikunjungi oleh orang-orang yang menghabiskan waktu bersama orang-orang tersayang.
Elliot memutar ke sekeliling taman bermain itu, banyak jenis orang dengan outfit yang beragam. Namun ketika ia kembali menatap dirinya, ia mulai sadar bahwa kali ini ia menggunakan baju pilihan istri anehnya dengan tema Sanrio. Gila!
"Berasa jamet," ucap Elliot begitu pertama kali memandang apa yang kini mereka gunakan. Outfit simple dengan atasan kaos berwarna navy dan gambar karakter Sanrio ditengahnya. Dipadukan dengan bawahan jeans light blue.
Anala mendengus tak suka, matanya menyipit menolak pembenaran. "Mana ada jamet keren begini. Lucu tau, kamu pake yang gambar Badtz-Maru. Aku pake yang kuromi, dan Nael pake pompompurin. Lucu banget ih, gemez"
Elliot masih tak mengerti, dia malu banyak orang yang mulai memperhatikan. Tangannya siap sedia di kepalanya, mengurut kepala yang mendadak nyut-nyutan. "Astaga, pusing banget. Mual!"
"Kenapa tiba-tiba mual, hamil?"
Elliot terdiam. Matanya menyipit dengan pandangan muak. "Kamu diem atau aku lempar dari atas sana?"
Bukannya takut, Anala malah membalas sambil tersenyum cengengesan. "Galak amat Pa, nanti anak kita marah loh."
"Ya Tuhan, its enough. i feel tired!" eluh Elliot sambil menepuk jidatnya dengan tangan. Terakhir kali mereka berantem kayak gini pas SMA dan sekarang tingkahnya balik lagi setelah mereka menikah dan punya toddler umur lima tahun.
Nathael yang sebelumnya diam mengamati mulai penasaran dengan obrolan kedua orang tuanya. Dia menarik tangan Elliot agar menunduk, dia hendak bertanya. "Memangnya laki-laki bisa hamil ya Pa? kata buk guru cuma perempuan yang bisa hamil."
"Nggak, jangan didengerin sayang. Mama kamu kan emang rada-rada. Sini Papa gendong aja, panas." Elliot membawa Nathael ke gendongannya, tepat diatas bahunya. Nathael bisa melihat lebih jelas dari pandangan yang jauh lebih tinggi.
Anak kecil itu tertawa seru, tangannya mulai menunjuk sebuah wahana uji nyali. "Papa, Nael mau naik yang itu!"
Elliot menghela napas lega. Untungnya Nael menunjuk roller coaster ketinggian standar bukan yang paling tinggi di theme park ini. Meskipun demikian, ia tetap harus merasa sok mengalah.
Aktingnya dimulai, Elliot menghela napas seperti akan sekarat. "Iya, biarin aja Papa mual sampai mau mati rasanya asal anak Papa seneng."
Anala kesal mendengar jawaban itu, dia langsung menggeplak pelan lengan atas Elliot yang terlihat kokoh. "Jangan lebay!"
Elliot mendelik sambil sok kesakitan dengan pukulan Anala. "Apa? kamu iri? pengen digendong juga?"
"Dih enggak lah, kayak kuat aja!"
"Lah? kalau kamu lupa biar aku ingetin lagi, kamu sering maksa diatas." mukanya santai banget setelah ngucapin kata-kata nggak masuk logika kayak gitu.
Sementara Anala sudah menegang dengan wajah memerah. Ia menutup wajahnya merasa malu, kemudian tangannya mencubit pinggang Elliot keras-keras biar tau rasa. "Elliot sialan!" umpatnya terakhir sebagai bonus.
Elliot memang meringis menahan sakit, tapi justru hal itu bikin sesuatu yang hangat menjalar dihatinya. Jika ini mimpi, maka dia tidak pernah mau bangun lagi. Dia tidak mau berhadapan dengan Anala yang dingin dan mencintai kakaknya lagi, dia hanya mau Anala versi ini terus ada bersamanya untuk waktu yang sangat sangat lama.