Susan tak pernah menyangka dirinya di timpa begitu banyak masalah.
Kematian, menghianatan, dan perselingkuhan. Bagaiamana kah dia menghadapi ini semua?
Dua orang pria yang menemaninya bahkan menyulitkan hidupnya dengan kesepakatan-kesepatan yang gila!
Akan kah Susan dapat melewati masalah hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SabdaAhessa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Kamar mandi
Saat Susan terbangun, dia sudah mendapati Peter tidur di sebelahnya. Pria itu terlihat sangat kelelahan.
"Kapan dia masuk? Kenapa aku tidak dengar." Batin Susan.
Susan masih mengumpulkan kesadaran sambil menatap wajah tampan suaminya. Pikiran Susan menerka-nerka, ada apa sebenarnya, mengapa dia merasa Peter menutupi sesuatu dari dirinya.
Kenapa Peter sangat panik saat tau anak itu di titipkan kepadanya. Apa Peter mengenal Anna? Mengenal Vannes? Ataukah memang benar ini jebakan dari para musuh untuk menghancurkan mereka?
Pikiran itu memenuhi kepala Susan. Dia belum mendapat jawaban apapun dari Peter.
Susan mengulurkan tangan kanan peter dan tidur di atas lengan kekar itu.Susan memeluk tubuh Peter yang sedang tertidur. Meletakkan kakinya di atas paha suaminya. Sontak Peter terbangun dan menyadari Susan sedang memeluk dirinya.
Peter membalas pelukan Susan. Memberikan kehangatan kepada satu sama lain. Dia juga mencium kepala Susan.
"Apa aku membangunkan mu?" Tanya Susan di dalam pelukan Peter.
"Tidak masalah. Aku suka kau memeluk ku seperti ini." Jawab Peter.
"Boleh aku tanya sesuatu?" Tanya Susan lagi.
"Apa yang sebenarnya terjadi, Peter? Mengapa aku merasa kau sedang menyembunyikan sesuatu dari ku." Lanjut Susan.
Peter terdiam mendengar perkataan Susan. Memang benar kata orang. Sepandai-pandainya kita menyimpan bangkai, pasti akan tercium juga.
Seorang istri yang di khianati suaminya pasti akan mendapatkan jalan dari Tuhan untuk menemukan kebenaran. Namun, Peter seakan masih ingin memungkiri hal itu.
"Maaf sayang.. Aku mungkin terlalu keras pada mu, tapi percayalah aku hanya ingin melindungi mu." Kata Peter.
Susan terdiam. Dia masih mencerna baik-baik penjelasan dari Peter.
"Bagaimana kabar Vannes dan Anna?" Tanya Susan.
"Mereka baik. Traver sudah mengembalikan anak itu pada ibunya." Jawab Peter berbohong.
"Apa benar Anna itu orang suruhan?"
"Tidak, dia hanya wanita yang babyblues. Kabarnya dia memang sering seperti itu, tapi Traver sudah mengantarkan dia kembali ke keluarganya." Kata Peter berbohong lagi.
Dia sengaja berbohong begitu agar Susan tidak terus-terusan bertanya soal Anna dan Vannes. Karena jika Peter menjawab mereka adalah orang suruhan dari musuhnya, pasti Susan akan terus meminta dirinya untuk mengusut hal ini sampai tuntas.
"Jadi, benar ya babyblues itu menyeramkan." Kata Susan.
"Tenang saja, aku tidak akan membiarkan mu merasakan itu." Peter mengelus-elus kepala Susan.
Susan bangun dari tangan kekar Peter. Dia tengkurap dengan kedua siku yang menyangga tubuhnya. Membuat belahan dadanya terlihat jelas. Begitu menggoda dan menantang di balik piyama hitam berbahan satin.
"Tapi.. Kenapa kau begitu panik saat tau anak itu bersama ku?"
Peter memandang Susan. "Aku takut kau di culik lagi."
"Terimakasih kau sudah memberi ku kesempatan untuk membenahi diri." Lanjut Peter.
Susan tersenyum mendengar itu. Dia merasa senang karena akhirnya Peter tau dimana letak kesalahannya selama ini.
Pandangan Peter beralih ke belahan dada Susan. Lalu kembali menatap Susan dengan memicingkan mata.
"Kau sedang menggoda ku, ya?" Kata Peter.
Susan keheranan. "Huh? Apa?"
Peter memberi kode dengan matanya, sontak Susan tersadar bahwa belahan dadanya terekspos sedari tadi.
Susan tertawa kecil. "Tidakkk!!! Istirahatlah, aku mau mandi." Kata Susan sambil bangkit dari atas tempat tidur.
"Kau sudah membuatnya bangun, sayang.." Goda Peter.
Namun, Susan hanya menjawabnya dengan tersenyum dan berlalu masuk ke dalam kamar mandi.
Di dalam kamar mandi, Susan membuka piyamanya dan segera menyalakan shower. Dia sedang terburu-buru karena ingin segera mengecek laporan keuangan yang dia minta pada Margaret.
Namun, seseorang membuka pintu kamar mandi. Masuk ke dalam kamar mandi dan berdiri menyandarkan lengan kanannya ke dinding. Menyilangkan kedua tangan di dada sambil memandangi Susan yang sedang membasahi diri di bawah guyuran air shower.
Susan yang merasa ada memandangi dirinya langsung berbalik badan. Badan seksi, putih bersih itu terekspos dengan jelas. Tak sehelai kain pun menutupi tubuh indah itu.
Peter menelan ludah melihat pemandangan indah itu. Dia melucuti pakaiannya.
Peter mulai melangkah mendekati Susan yang masih di bawah shower yang menyala. Mereka saling menatap seakan sedang saling melempar pertanyaan dalam diam.
Tubuh Peter mulai basah. Dia memegang pipi Susan dengan lembut, lalu mencium bibir seksi itu. Pelan dan dalam. Seakan kali ini dia akan menenggelamkan Susan di lautan gairah.
Tangan kanannya merangkul pinggang Susan agar lebih dekat dengan dirinya. Saat tubuh mereka saling bersentuhan, Susan dapat merasakan sesuatu di bawah sana mengeras. Siap menerjang.
Mereka semakin larut dalam ciuman yang panas. Tangan kiri Peter kini mulai aktif meraba bola kembar Susan. Meremasnya pelan hingga membuat Susan tersentak karena kenikmatan.
Peter melumati bola kembar itu, menghisap pelan, lalu sedikit menggigitnya. Membuat Susan menegangkan tubuh dan meremas rambut basah Peter.
Saat tangan Peter beralih ke milik Susan yang sudah basah karena terprovokasi. Susan tak dapat menahan suaranya.
"Aahhh.. Hhmm.." Suara Susan bergema di dalam kamar mandi.
Membuat Peter semakin panas dan bersemangat.
Peter terlihat tak sabar. Dia memegang miliknya, sedikit meng*cok untuk memastikan miliknya siap masuk ke dalam goa kenikmatan.
Saat Peter memasukkan miliknya. Susan memejamkan mata karena kenikmatan.
Peter merasa kesusahan mencapai milik Susan karena tubuh Susan lebih pendek daripada tubuhnya. Akhirnya Peter mengangkat tubuh Susan agar sejajar dengan miliknya.
Seketika jeritan kenikmatan keluar lagi dari mulut Susan. Dia merasakan milik Peter masuk begitu dalam saat posisi seperti ini.
Peter mulai memompa sambil menggendong tubuh Susan di bawah siraman air shower yang masih menyala.
"Aahhh.. Aahhh.." Susan mencengkram punggung Peter.
Sedangkan Peter semakin mempercepat gerakannya. Nafasnya memburu seperti kuda yang sedang berlari mengejar kenikmatan.
Saat Peter merasa miliknya seakan ingin keluar saat klim*ks, dia segera mencabutnya dan menurunkan tubuh Susan.
Susan memandang Peter.
"Aku baru saja mau mencapai klim*ks." Kata Susan.
"Aku juga." Kata Peter membalikkan tubuh Susan hingga membelakanginya.
Dia mendorong tubuh Susan hingga ke kaca pembatas shower. Peter meremas pant*t padat itu lalu memasukkan lagi miliknya ke goa kenikmatan.
"Uhhh!!" Suara Susan mulai terdengar lagi.
Dia mendes*h saat Peter memasukkan miliknya dengan satu hentakan.
Peter kembali memompa. Maju mundur dengan cepat seperti kelinci yang sedang bir*hi. Membuat kaca pembatas sedikit bergetar. Namun Peter mengabaikannya dan terus mempercepat gerakan.
"Aahhh.. Aahhh.. Aahhh"
"Aahhh.. Aku mau keluarrrr.. Cepatlah sayang!" Kata Susan sambil mencoba mencari pegangan karena tak sanggup berdiri sangking enaknya.
Peter semakin mempercepat gerakannya saat mendengar Susan meracau tak karuan.
"Aarrhhh.. Hhmm.." Susan mencapai pelepasannya.
"Oohhh!!"
Sedangkan Peter masih terus memompa dengan cepat. Tangannya meremas kedua bola kembar Susan. Sampai dia merasa juga ingin mencapai pelepasan. Dia menghentakkan miliknya dengen kasar agar cairannya masuk begitu dalam ke milik Susan.
"Uuhhh!!" Desah*n Peter terdengar.
Dia mencapai pelepasannya dan mengeluarkan semua cairan ke dalam milik Susan. Peter enggan mencabut miliknya, masih memastikan semua cairannya masuk ke dalam sana.
Susan merasakan semburan hangat di dalam miliknya. Dia masih berusaha mengatur nafas. Dadanya naik turun mencari pasokan oksigen.
Setelah merasa semua cairannya masuk ke dalam milik Susan. Peter menarik miliknya dan mencium leher belakang Susan hingga meninggalkan bekas cupang disana.
"Kau seperti ganja yang membuat ku ketagihan." Bisik Peter memuji Susan.
Susan tersenyum, dia membalikkan badan dan merangkul leher Peter dengan kedua tangannya.
"Kau sekarang pintar membual, ya." Kata Susan sambil tertawa kecil.
Peter mengecup pipi Susan. Lalu meraih sabun yang berada di belakangnya. Menyabuni punggung Susan dengan lembut.
Mereka saling membersihkan tubuh masing-masing. Selesai mandi, Susan dan Peter segera berpakaian. Susan berkacak pinggang di depan cermin yang setinggi dirinya. Dia masih memakai kimono.
"Kenapa?" Tanya Peter.
"Kau sengaja ya?" Susan berbalik ke arah Peter yang sedang memakai kemeja putih.
"Lihat, bekas cupang ini jelas sekali, bagaimana aku menutupinya.." Kata Susan dengan manja.
Peter tertawa melihat tingkah laku istrinya. Dia menyingkap rambat panjang Susan ke belakang. Melihat bekas cupang yang dia buat disana. Jelas dan sangat merah.
"Bagus.." Kata Peter menggoda Susan.
Mereka berdua tertawa. Susan memukul lengan Peter dengan bra yang dia pegang.
Setelah selesai berpakaian Susan segera berdandan tipis dan berusaha menutupi bekas cupang itu dengan foundation. Sedangkan Peter mencari dasinya.
"Sayang, kau lihat dasi ku?" Tanya Peter.
"Ada di lemari atas dekat laci." Jawab Susan sambil menunjuk lemari.
Peter langsung mengecek lemari yang di tunjuk oleh Susan. Setelah menemukannya, peter membawa dasi itu ke arah Susan untuk minta di pasangkan.
Susan yang melihat Peter berjalan ke arahnya langsung mengerti dan berdiri untuk memasangkan dasi itu.
"Kau sibuk hari ini?" Tanya Susan.
"Tidak, hanya ada meeting dengan Edward." Jawab Peter.
Susan mengangguk dan fokus memasang dasi. Setelah selesai bersiap, mereka bergegas keluar dari dalam kamar. Wajah Susan terlhat lebih cerah hari ini.
"Selamat pagi, Tuan, Nyonya." Sapa Alice di depan pintu.
"Apa kau berjaga disini sepanjang malam?" Tanya Susan pada Alice.
"Tidak, Nyonya. Saya biasanya bergantian dengan Traver dan beberapa pengawal yang lain." Jawab Alice.
"Hmm, Nyonya. Berkas yang anda minta sudah di kirim oleh Margareth." Sambung Alice.
"Berkas apa?" Tanya Peter menyela.
"Aku meminta laporan keuangan selama 2 tahun ini, terutama di Susan Beauty Skin, karena aku merasa ada yang janggal dan mungkin saja kau tidak sempat memeriksanya. Jadi aku minta Margareth untuk mengirimkannya hari ini." Jelas Susan.
"Sebenarnya aku sudah memeriksanya, tapi tidak keseluruhan." Kata Peter.
"Iya, biar aku saja yang memeriksanya. Kau fokus saja pada proyek baru kita." Kata Susan.
"Terimakasih sayang." Kata Peter tersenyum.
TIba-tiba seorang pelayan berlari dengan tergesa-gesa. Dia memberi hormat pada Peter dan Susan.
"Ada apa?" Tanya Peter terlihat penasaran.
"Tuan Sanders, Tuan.." Jawab pelayan itu dengan ngos-ngosan..
"Kenapa?" Tanya Peter dan Susan bebarengan.
"Tuan Sanders tidak sadarkan diri!" Kata pelayan itu.
Sontak Peter dan Susan terkejut. Begitu pula dengan Alice.
"Alice, telpon Dr.Joshua!" Perintah Peter sambil bergegas pergi menuju kamar ayahnya.
Susan juga segera berlari kecil mengikuti langkah kaki Peter.
Sepertinya, Tuan Sanders drop lagi. Dia memang terlihat tak berdaya akhir-akhir ini.
Bersambung...