Nareshpati Sadewa Adibrata akhirnya bertemu lagi dengan.gadis yang sudah menolaknya delapan tahun yang lalu, Nathalia Riana.
Nareshpati Sadewa Adibrata
"Sekarang kamu bukan prioritasku lagi, Nathal."
Nathalia.Riana
"Baguslah. Jangan pernah lupa dengan kata katamu."
Semoga suka♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Otewe lamaran
Ketga pasangan paruh baya yang masih gagah dan cantik itu saling pandang. Takjub, ngga nyangka Milan bisa mengatakannya dengan sangat jelas.di hadapan mereka.
"Kamu serius?" tanya Hazka. Di hatinya masih tersisa keterkejutan akibat ucapan Milan.
Sejak kapan mereka berhubungan? batinnya bingung. Putrinya terlalu sering bersama Karla.
Jangan jangan putrnya juga menjalin hubungan kilat seperti Karla, batinnya lagi. Teringat hubungan Karla dan Haykal yang dadakan.
"Serius, Om." Milan menjawab cepat.
"Oke, oke. Om dan tante tunggu kedatangan orang tua kamu." sahut Hazka sambil melirik putrinya yang tampak cuek.
Nevia, kamu mau dilamar, loh.
"Untuk melamar Nevia secara resmi." Kirania melanjutkan ucapan suaminya dengan hati yang bahagia.
Akhirnya putrinya melepaskan masa lajangnya sebentar lagi.
"Iya, Om, Tante," sahut Milan dengan perasaan sangat lega karena sudah merasa diterima. Beban berat yang ditanggungnya sejak tadi sirna.
Kiara dan Kamila langsung memeluk Kirania. Ikut merasakan kebahagiaan sepupu mereka.
"Kiran, aku ikut senang mendengarnya," ucap Kamila.
"Akhirnya Nevia kita menikah juga," tukas Kiara.
"Semoga putri kembarku cepat menyusul," sambungnya lagi di tengah buncahan kebahagiaan ini.
"Bentar lagi pasti, Kia," sahut Kirania.
"Semoga."
Mereka tertawa berderai. Nevia melirik Milan yang juga sedang menatapnya. Dia tersenyum dengan jantung yang berdebar cepat. Milan membalas senyumnya.
Jadi dia sudah bisa menci um gadis itu. Memikirkannya saja sudah membuat seluruh saraf sarafnya menegang.
"Nevia sayang, tante senang dengarnya." Kiara menarik gadis yang acuh tak acuh itu dalam pelukan mereka.
Dalam pelukan mami dan kedua tantenya Nevia masih menatap Milan.
Mengapa wajahnya aneh begitu?
Nevia teringat kata kata yang dia ucapkannya tadi
Jangan jangan dia memikirkan hal itu.
Pipi Nevia memanas. Dia teringat ci uman yang dilakukan Milan padanya.
Apa dia akan terus memintanya? Dia itu sungguh mengerikan. Nevia mengumpat di dalam hati.
Ketiga laki laki paruh baya itu tertawa melihat kegembiraan istri istri mereka.
"Om dan tante boleh ikutan maen juga ke rumah besok malam, ya," celutuk Emra.
"Om juga. Udah lama ngga ketemu papi dan mami kamu," sambung Emir.
"Bo boleh, om." Milan menjawab dengan senyum lebar memenuhi wajahnya. Papi dan maminya pasti akan senang mendengar berita ini. Terutama adiknya yang bisa semakin dekat dengan Kayana.
"Maen kelereng," kekeh Hazka menambah gelak tawa mereka.
*
*
*
Ternyata Milan mengincar sepupunya juga. Sana seperti Karla, dia sama sekali ngga pernah punya dugaan yang mengarah ke sana.
Dia menatap Baim yang sedang menatap langit. Mereka berada di balkon kamarnya. Masih di hotel, karena mereka menginap selama beberapa hari.
"Mereka mengejutkan," ucap Abiyan.
"Iya," sahut Baim.
Mereka sama sama menatap bulan.
"Aku sebenarnya mengkhwatirkan Nathal," ucap Abiyan seteah beberapa lamanya mereka terdiam.
"Kenapa?" Baim juga satu pikiran dengan Abiyan. Ada yang aneh dengan Naresh, tapi sulit dia jelaskan.
"Kita sudah lama tidak bersama Naresh. Bertemunya juga baru sekarang. Kalo Milan, kita sudah hapal dia seperti apa," ucap Abiyan masih tetap menatap bulan.
Ya, Baim juga setuju.
"Menurut kamu Naresh memang secinta itu dengan Natha." Abiyan kini menatap Baim. Meminta pendapat sepupunya.
Baim menghela nafas.
"Dia hanya penasaran dengan Nathal."
"Itu yang aku takutkan. Kalo dia sudah merasa yakin bisa menaklukkan Nathal, dia akan semena mena."
"Bukannya sudah ditaklukkan." Baim tertawa. Semua orang sudah melihatnya.
"Tapi Nathal masih denial, kan."
"Iya, sih."
"Aku penasaran, apa yang dilakukan Naresh sampai Nathal bisa melakukan hal bodoh," dengus Abiyan. Semua tau, Nathal membentengi diri dengan sangat kokoh dari laki laki yang mendekat.
Tapi terhadap Naresh, Nathalia membuka pertahanannya selebar lebarnya dalam waktu yang sangat singkat.
"Seseorang akan lemah kalo menemui orang yang dia cintai," tawa Baim.
"Sok tau. Cari pacar sana."
Baim tergelak setelah disemprot Abiyan.
Abiyan kemudian tertawa, walaupun ganjalannya masih tetap ada di dalam pikirannya.
*
*
*
Hari ini Naresh akan tetap bekerja di perusahaannya seperti biasa.
Mereka sedang.sarapan bersama.
Wajah opa dan omanya tampak penuh senyum bahagia. Putranya Sandy sudah menceritakan semuanya pada mereka.
"Oma dan opa senang mendengar kabar ini. Malam ini akhirnya kamu akan melamar perempuan," ucap omanya.
"Oma akan mempersiapkan semuanya. Mereka.bukan keluarga sembarangan. Apalagi salah satu pewaris keluarga Artha Mahendra sudah bergabung bersama mereka," sambung omanya sangat bersemangat.
"Walqupun Racel juga dari keluarga terpandang, mereka masih kalah dengan keluarga calon istri kamu," sahut Opanya.
"Betul. Kerajaan bisnis keluarga kita akan semakin kuat," lanjur omanya lagi.
Naresh hanya tersenyum samar. Dia tidak mempedulikan semua itu. Tapi sekarang mungkin semuanya akan berguna untuk membuat Nathalia jadi miliknya.
Dia punya segala galanya sekarang. Banyak perempuan yang mau dengannya tanpa dia perlu melakukan effort apa pun.
Termasuk Nathalia. Dia sudah bukan Naresh yang dulu, yang selalu ditolaknya. Malam tadi saja dia sudah berhasil merobek sebagian keangkuhan gadis itu Dia berhasil menik ma ti bibir itu. Sebentar lagi dia bisa melakukan yang lebih jauh lagi. Membuat gadis itu takluk dengannya sekarang adalah cita citanya.
Setelah berhasil melakukannya, dia akan membuat Nathalia memohon padanya. Pasti akan sangat menyenangkan. Seperti malam itu.
"Aku berangkat," ucapnya sambil berdiri.
"Jangan bekerja terlalu sore. Kamu juga perlu mempersiapkan diri, Naresh," ucap papanya-Sandy Adibrata mengingatkan, karena putranya kalo bekerja tidak pernah ingat waktu.
"Iya, Pa."
"Oma akan persiapkan semuanya. Adakah yang ingin kamu tambahkan? Oma akan mencarinya." Omanya menahan langkahnya.
Apa? Gadis itu sudah sangat kaya sampai tidak memerlukan apa apa lagi.
"Dia tidak suka barang barang yang warnanya terlalu berkilau. Lebih suka dengan warna yang lembut."
Hening. Ketiganya menatap Naresh takjub dan heran.
Naresh merasa dia sudah membuat kesalahan.
"Kamu sudah saling kenal dengan Nathalia?" Opanya tersenyum.
Naresh mencoba tetap tenang.
"Dulu pernah jadi teman SMA," ucapnya datar, kemudian melangkah pergi meninggalkan kebengongan ketiganya.
"Kalian ngga merasa Naresh jadi aneh?" ucap Omanya memecahkan keterdiaman yang melingkupi mereka sejak kepergian cucunya.
"Sejak kapan Naresh memperhatikan warna warna yang perempuan suka?" ucap Omanya lagi.
Sandy dan papanya saling tatap, menyadari kebenaran ucapan Oma Naresh.
"Jangan jangan dulu mereka pernah pacaran," ucap oma Naresh lagi.
abiyan jgn sampai jatuh cinta sm ratna