Bangun dari tidur Yola begitu terkejut saat melihat pria yang terlelap di sebelahnya.
Yola tidak tahu apa yang terjadi padanya setelah pesta kampus yang ia datangi semalam.
Dan kini ia harus berakhir dengan pria yang sangat berpengaruh di kampus.
Yola memilih pergi sebelum pria yang masih terlelap itu bangun, ia tidak ingin menimbulkan masalah apalagi pendidikannya terkendala.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HAPD_BAB 13
Suara kicauan burung begitu terdengar riang, Fayola yang belum bangun terusik dengan kicauannya. Saat membuka mata, ternyata matahari sudah naik, Fayola meregangkan tangannya sebelum turun dari ranjang.
"Jadi semalam itu-" Fayola membuka selimut tebal yang membungkus tubuhnya. "Huhh, bisa-bisanya aku melakukan hal memalukan seperti itu." Kedua tangannya menutupi wajahnya, mengingat tadi malam Fayola malu sendiri.
Mereka melakukan panggilan video hanya untuk saling memberikan kepuasan masing-masing, tidak sebentar bahkan keduanya sampai menjelang pagi baru memutuskan sambungan telepon karena kelelahan.
Fayola tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya, namun jika melihat Calvin dosen mes*um itu membuat darahnya selalu berdesir.
Calvin pria yang mengenalkannya dengan se*k, Calvin pria yang pertama kali menyentuhnya hingga sekarang, dan Fayola sudah seperti candu dengan sentuhan pria itu, hingga saat tidak ada Calvin Fayola benar-benar merindukan sentuhan pria panas itu.
Setelah membersihkan diri Fayola turun ke bawah, seperti biasa di meja makan sudah tersaji banyak menu makanan, namun Fayola merasakan semua hanya akan mubazir makanan sebanyak itu tidak mungkin ia habiskan.
Hari ini tidak ada jadwal kuliah, Fayola bingung ingin melakukan apa.
"Nona ada titipan dari tuan." Megi mendekati Fayola yang duduk di kursi sambil menyesap susu.
"Kartu? Untuk apa bik?" Tanya Fayola saat Megi menyodorkan sebuah kartu hitam dan terdapat listr warna gold, dan Fayola tahu jika itu adalah kartu keramat yang tidak bayak di miliki orang.
"Tuan, menitipkan ini sebelum pergi, dan ini untuk nona." Ucap Megi lagi. "Tuan berpesan agar nona menggunakan kartu ini jika ingin berbelanja."
Fayola tak langsung menerima, hingga suara Megi kembali terdengar.
"Jangan khawatir, nona tidak perlu sungkan karena tuan Calvin sendiri yang memberikan ini,"
Fayola dengan ragu menerima kartu yang Megi sodorkan.
"Selamat bersenang-senang Nona, hari ini kata tuan anda tidak ada kuliah dan tuan berpesan kalau Nona bisa keluar jika ingin menghabiskan waktu dengan teman Nona." Megi tersenyum saat mengatakannya.
Sedangkan Fayola hanya bisa tertegun, "Bahkan tadi malam dia tidak membahas soal ini, tapi kenapa pagi ini aku mendapat kartu ini." Gumam Fayola dalam hati.
Nanti akan ia tanyakan pada Calvin, padahal pria itu sudah mengirim uang beberapa hari lalu untuknya, dan kartu ini. Rasanya Fayola merasa berlebihan, jika wanita lain akan senang mendapat kartu limited itu, tapi tidak dengan Fayola.
"Bik, makanannya terlalu banyak, bibik bagikan saja dengan pelayan lain, sayang ini tidak kemakan." Kata Fayola sebelum meninggalkan meja makan.
Di mansion besar ini Fayola diperlakukan seperti ratu, bahkan dirinya tidak boleh menyentuh apapun meskipun hanya mengantar cucian ke Loudry. Megi sebagai kepala pelayan yang ditugaskan untuk melayani Fayola di bantu dengan pelayan satu yang selalu menemani Megi.
Fayola meraih ponselnya untuk menghubungi Calvin, namun sampai beberapa kali panggilan pria itu tidak mengangkatnya.
"Mungkin dia sibuk, lebih baik aku telepon Wilea saja." Gumamnya sambil memdial nomor Wilea.
Sebelum itu Fayola sempat mengirim pesan untuk Calvin, namun juga belum dibaca.
"Kalau uangnya aku habiskan jangan marah ya, karena surganya wanita adalah belanja, heee."
"Cepat pulang pak, nanti aku akan berikan hadiah untuk tanda terima kasih."
"Wil, kamu sibuk tidak?" Tanya Fayola saat sambungan teleponnya tersambung.
"Tidak juga ada apa?" Balas Wilea dari seberang sana.
"Bosen dirumah, bagaimana kalau kita jalan-jalan atau belanja." Ucap Fayola dengan antusias.
"Kamu lagi banyak uang, kalau iya boleh dong,"
Fayola bisa mendengar tawa cekikikan di seberang sana, pasti Wilea sedang bercanda.
"Oke, aku jemput."
*
*
"Fa, kamu habis ngerampok uang siapa?" Tanya Wilea saat keduanya sedang memasuki toko brand terkenal dipusat perbelanjaan.
"Ngak ngerampok tapi dikasih cuma-cuma." Balas Fayola.
"Dih, jangan macem-macem Yola, sekarang jaman edan banyak gadis yang menjadi sugar baby, banyak pula yang menjadi simpanan om-om." Tutur Wilea sambil memilih pakaian yang cocok untuk tubuhnya yang berisi.
Fayola hanya tersenyum mendengar ucapan Wilea, karena mungkin dirinya bisa dikatakan salah satunya dari yang Wilea sebut tadi. Biarpun begitu Fayola entah kenapa justru merasa senang. selama ini dirinya hanya sendiri dan hanya tinggal bersama pelayan. kedua orang tuanya tidak pernah pulang bahkan hanya untuk menanyakan kabar saja tidak. Fayola sampai lupa kapan terakhir kali dia berkomunikasi. Sedangkan dengan Lino Fayola tidak ingin bermasalah dengan pria itu. Bagi Fayola Lino hanya akan memanfaatkan dirinya terus menerus demi uang.
Seperti saat ini Fayola yang tengah asik sedang memilih pakaian tiba-tiba seseorang menariknya dengan kasar.
"Bagus, kau pura-pura diculik agar aku tidak bisa menemukanmu lagi,hm!" Lino mencekram erat lengan Fayola sampai membuat gadis itu meringis sakit.
"Kak Lino sakitt." lirih Fayola yang memang merasakan cengkraman tangan Lino menyakitinya terasa sampai ketulang.
"Sakit hah!" Lino semakin keras mencekram matang menyorot tajam dengan napas memburu.
"Gara-gara kamu, nyawaku hampir melayang. Gara-gara mencari kamu aku hampir mati dibunuh oleh para berandalan itu." Desis Lino tajam.
Fayola masih meringis, cekalan tangan Lino begitu kuat sampai membuat tubuhnya menjadi lemah.
Karena Lino menariknya ketempat sepi jadi kegiatan mereka tidak ada yang melihat, contohnya Fayola yang sangat kesakitan.
"Itu salah kak Lino, aku tidak meminta kak Lino untuk mencariku!" Fayola menatap Lino dengan sorot amarah.
"Selama ini kak Lino sengaja memeras uang ku, kak Lino pasti kalah judi kan!" Fayola tidak peduli jika akan melamar banyak orang datang jika dirinya berteriak.
"Cih, bukan urusan kamu, cukup kamu ketahui aku akan meminta uang terus padamu, jika tidak maka kemesuman kalian akan aku tunjukan pada ibu."
Fayola tak tahan lagi, kakinya diangkat dan sejurus kemudian suara Lino melonglong karena Fayola menendang aset masa depan Lino dengan keras
"A-awas kamu Fayola." Geram Lino sambil meringis memegangi burungnya yang kesakitan.
Fayola menarik tangan Wilea tiba-tiba untuk mengajak pergi.
"Fa ada apa? Kenapa aku di tarik-tarik." Wilea jalan terseok-seok untuk mengimbangi langkah kaki Fayola yang cepat.
"Kita pergi saja Wil, disini jelek-jelek." Ucap Fayola sambil sesekali menoleh kebelakang, tapi saat matanya melihat sesuatu membuat mata Fayola terbelalak lebar.
"K-kak Lino," Cicit Fayola dengan wajah meringis.
Wilea yang penasaran menoleh kebelakang dan gadis itu menutup mulutnya dengan mata melotot melihat pemandangan di sana.
Lino yang masih kesakitan hanya bisa meronta saat dua orang pria bertubuh besar dan pakaian rapi menyeret Lino.
Pria yang kejam itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dua pria yang menyeret Lino.
"Fa, itu kenapa diseret seperti karung begitu." Tanya Wilea yang kasihan melihat Lino seperti pencuri yang hendak di adili.
"Tidak tahu, mungkin dia baru saja menyingung orang penting." Jawab Fayola cuek.
Ada untungnya juga dirinya bersama Calvin, pria itu benar-benar bisa melindunginya meskipun melalui anak buahnya.
"Ahh tiba-tiba aku merindukan mu pak dosen." Gumam Fayola dalam hati.