Luka hati yang begitu dalam dan bahkan hampir saja membunuh dirinya, membuat seorang wanita hampir saja menyerah, namun sebuah kenyataan di dapati, dimana dirinya akan membalaskan dendamnya dengan Cinta lama yang datang kembali.
Bagaimana seorang wanita bernama Victoria akan menjalani kehidupan selanjutnya, sanggupkah dia memberikan hatinya kembali setelah menerima pengkhianatan dari suaminya sendiri.
Victoria dengan semua luka dan putus asa, merubah takdirnya bersama dengan identitas baru sebagian Rosanda.
Salam sehat dan jangan lupa bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
VicRos 32
Didalam sebuah kamar, lampu temaram yang sengaja di hidupkan, terdengar suara desahan nafas yang saling mencari kepuasan, Gracia yang tengah menggila menikmati permainan ranjang nya bersama dengan Harvi.
Kali ini Gracia sengaja memberikan servis yang spesial, saat Harvi menghubunginya dan mengatakan akan membantu permasalah restoran yang sedang di hadapi saat ini.
Ada senyuman puas dari Laki-laki tua yang tak pernah lelah dalam bercinta, Gracia bahkan merasakan tubuhnya remuk redam saat terakhir tubuhnya harus menahan pusaka Harvi yang keluar masuk tanpa jeda.
"Akh!" teriak Gracia.
"No, tahan sebentar lagi" Harvi membalikkan tubuh wanita yang ada dalam kekuasaan nya.
"Baby, ini sakit!" teriak Gracia saat tanpa ampun Harvi mendorong kuat dari belakang.
Tak lagi peduli, yang ada dalam pikiran laki-laki itu hanya kepuasan saja saat ini, hingga pada akhirnya dirinya bisa menuntaskan hasratnya untuk yang terakhir kali.
Harvi membiarkan tubuh Gracia ambruk di lantai, tanpa membantunya untuk berdiri, bahkan tak menoleh sama sekali dan masuk ke dalam Bathroom, membiarkan Gracia merintih sendirian.
"Breng-sek!" umpat lirih Gracia sambil berusaha bangun menahan bagian bawahnya yang masih terasa ngilu.
Menyambar bajunya yang berantakan di atas lantai, lalu duduk perlahan mengatur nafasnya, sebotol air minum yang ada di dekatnya disambar untuk mengurangi rasa lelah di tubuhnya.
Dan tak lama, keluarlah Harvi dengan Badrobe yang sudah menutupi tubuhnya.
"Bereskan dirimu, dan kita akan bicara tentang Restoran mu" ucap Harvi berlalu pergi menuju Balkon yang ada di kamar hotel mewahnya.
Gracia berjalan pelan, menahan sakit dan segera membersihkan diri ke dalam Bathroom dengan pintu yang sudah terbuka sebelumnya.
Butuh waktu sedikit lama, dan Harvi sudah berteriak dua kali memperingati untuk segera menyelesaikan mandinya.
Sudah merasakan segar kembali, tenaganya kini sedikit demi sedikit mulai pulih, Gracia berjalan menyusul Harvi yang sepertinya sudah tak sabar menunggu nya.
"Jadi kamu akan membantu ku Baby?" tanya Gracia dengan mata yang berbinar.
"Tentu saja, dan ini jalan terbaik, aku sudah mendapatkan pembeli dengan harga tinggi"
Deg
Diam, Gracia bahkan tak mengerti maksud dari perkataan Harvi, pembeli?, apa maksudnya, memangnya apa yang di jual?, batinnya.
"Tunggu, pembeli apa maksud nya?" tanya Gracia yang kini semakin mendekatkan posisinya.
"Restoran mu Beb, aku rasa sudah tidak bisa di selamat kan lagi, biarpun aku memberikan mu uang, pasti tak berapa lama akan mengalami kerugian, buktinya berapa kali aku sudah membantumu?"
"Apa?!, maksudnya di jual?, itu bisnisku satu-satunya Beby, gak mungkin aku menjualnya"
"Jadi kamu siap gulung tikar dan tidak mendapat apapun lagi?"
"Tentu saja tidak Beb, aku akan memperbaiki Restoran ku, aku yakin kali ini akan berhasil, asal ada suntikan dana darimu baby, please aku mohon?"
Harvi menatap serius, lalu kemudian mengingatkan Gracia tentang apa yang sudah di lakukannya selama ini untuk Restorannya, tapi tetap tak ada hasilnya.
"Kalau aku menjualnya, lalu nasipku bagaimana?, itu satu-satunya tempat ku bekerja Baby"
"Bekerja di salah satu perusahaan ku saja, kau akan mendapatkan Gaji, dan masalahmu akan selesai"
"Apa?, jadi aku akan setiap hari bekerja dengan mu beb?" tentu saja Gracia berharap banyak akan hubungannya dengan Harvi sebagai salah satu konglomerat di negara ini.
"Okey, aku setuju" langsung saja menjawab.
Sejenak Harvi terkejut, namun akhirnya sadar jika Gracia memang wanita sosialita yang berotak kosong, mudah sekali untuk di bujuk dengan hadiah yang di kira barang berharga yang akan menyelamatkan nya.
"Kalau begitu siapkan semua berkasnya dan kita akan bertemu dengan pembeli, sebaiknya bawa pengacara mu juga, dia lebih tau proses hukum seperti apa yang aman buat kita" ucap Harvi yang nampak memberikan senyuman tipisnya pada Gracia.
Seperti yang di perintahkan, Gracia kini sudah menemui Grey, dan betapa terkejutnya Grey saat Gracia menginginkan Restorannya akan di jual.
"Kau gila, Restoran itu sumber uang mu Gracia, apa yang kau lakukan?" ucap Grey tak mengerti dengan jalan pikiran wanita yang selam ini membayarnya.
"Aku tidak peduli Grey, kau tau sendiri, Restoran ku saat ini berada pada masa yang sulit, tidak mungkin aku membiarkan hal ini terus-menerus, apalagi Harvi juga sudah menjanjikan ku bekerja di salah satu perusahaanya, aku akan selalu dekat dengannya, itu pertanda baik, ada harapan aku akan di nikahinya bukan?" ucap nya.
Grey menarik nafas panjang, susah sekali memang berbicara dengan wanita keras kepala seperti Gracia, selalu terbukti memutuskan sesuatu sendiri.
"Terserah kau saja sebagai pemiliknya, aku hanya memberikan pendapat, jika terjadi sesuatu nanti, jangan menyalahkan ku," Grey lalu beranjak dari duduknya untuk menghidupkan rokok.
"Aku mohon bantuan mu Grey, ikut aku bertemu dengan orang yang akan membeli Restoran ku"
"Tentu saja, aku siap" bagaimana pun Grey sudah bertahun-tahun membantunya.
"Kapan kita akan bertemu dengan pembeli itu?" tanya Grey.
"Besok pagi, Kita sudah mengagendakan pertemuan besok" jawab Gracia.
keesokan harinya, seperti yang telah di agendakan pagi ini, Gracia sudah memakai gaun sek-si berwarna hitam, tak lama bel pintu berbunyi dan sudah mendapati Harvi ada di pintu tempat tinggalnya.
"Sudah siap?" tanya Harvi.
"Sudah, surat-surat yang di butuhkan ada pada Grey, nanti dia menyusul ketempat kita bertemu dengan pembeli"
Tanpa banyak kata, Harvi segera mengajak Gracia keluar dan menuju ke tempat yang sudah di sepakati.
Waktu yang tak lama, kurang lebih setengah jam mereka sampai di tempat, sepertinya mereka tiba lebih dulu, karena ruangan yang di pesan sebelumnya masih sepi.
Harvi segera mengambil ponselnya, lalu memberitahukan pada Rosanda bahwa dirinya sudah ada di tempat yang di janjikan, nampak Wajah kesal Gracia di samping Harvi.
"Masih lama?, berani sekali dia molor seperti ini" Gracia tak terima karena sudah menunggu lama.
Kurang lebih setengah jam kemudian, mulai ada petunjuk keberadaan Rosanda yang melangkah tenang mendatangi keduanya.
"Maaf, apa saya terlambat?" ucapnya lirih, kali ini jelas sekali terlihat ketertarikan Harvi, yaitu dengan segera berdiri menyambut kedatangan Rosanda.
Sejenak Gracia terkejut dengan siapa dia akan bertemu untuk membahas penjualan Restorannya.
"Jadi anda yang akan membeli Restoran saya?"
"Sepertinya begitu" jawab Rosanda yang kini sedang menempati tempat duduk yang ada di depan Gracia.
"Omong kosong, kenapa kau berminat akan Restoran ku?" tanya Gracia dengan tidak sopan.
"Jaga bicaramu baby, dia adalah orang yang akan menolong mu dengan membeli Restoran yang hampir bangkrut itu"
"Tapi kenapa kamu tidak bilang siapa pembeli sebelumnya Baby, dan yang akan membelinya adalah Seorang pengusaha kemaren sore"
"Tapi pengalaman ku sudah sampai fajar kembali nona"
"Aku tidak bicara padamu!" bentak Gracia dan seketika Harvi memberikan peringatan agar Gracia lebih sopan, "beb tolong jawab pertanyaan ku" ucap Gracia.
Jangan lupa like Vote Komen dan tonton iklannya.
Bersambung.