NovelToon NovelToon
WHO¿

WHO¿

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Anak Genius / Identitas Tersembunyi / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:459
Nilai: 5
Nama Author: jewu nuna

Misteri kematian Revano yang tidak pernah meninggalkan jejak, membuat gadis penderita ASPD tertantang menguak kebenaran yang selama bertahun-tahun ditutupi sebagai kasus bunuh diri.

Samudra High School dan pertemuannya bersama Khalil, menyeret pria itu pada isi pikiran yang rumit. Perjalanan melawan ego, pergolakan batin, pertaruhan nyawa. Pada ruang gelap kebenaran, apakah penyamarannya akan terungkap sebelum misinya selesai?

Siapa dalang dibalik kematian Revano, pantaskah seseorang mencurigai satu sama lain atas tuduhan tidak berdasar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jewu nuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Empatbelas

Tepat jam enam lebih lima belas menit, Aletha berdiri tepat didepan pintu ruang UKS yang masih terkunci dengan rapat. Menunggu penghuni asli datang dengan tatapan kosong yang memantul di dinding sebrang, memunculkan rangkaian peristiwa yang kemungkinan terjadi.

Ketidakpastian waktu tunggu membuat orang gelisah, sementara aktivitas menunggu yang tanpa stimulus atau interaksi dianggap membosankan. Bisa terasa hilang kebebasan dan kontrol diri, tidak punya kendali dalam hidup mereka.

“Latihan soal olimpiade fisika bukan di UKS, Aletha”

Gadis itu menoleh, menatap Raya yang baru saja datang bersama kunci di tangannya. Raya mendengus karena lagi dan lagi kesunyian selalu berteman dengan gadis itu. Aletha memberikan jalan agar dirinya juga bisa masuk dan tidak perlu membuang banyak waktu. Aroma obat-obatan yang masih sama dari terakhir kali dia datang, bagaimana bisa pria itu tidak melangsungkan rencara yang dia minta sejak awal?

Kotak diatas lemari itu bahkan tidak bergerak sedikitpun.

“Eh mau ngapain?”

Aletha menarik kursi yang jadi tempat duduk Raya semasa menjaga. Menjadikannya pijakan untuk bisa menjangkau area yang dia inginkan untuk dijamah.

“Aletha turun atau aku panggilin Pak Mahen”

“Kalo lo ngga mau jawab pertanyaan tentang Sean, nggak jadi alasan gue buat nggak buka box ini” Aletha melihat debu yang cukup tebal menyelimuti tutup kotak itu, jamur tumbuh dibeberapa bagian karena ruangan yang cukup lembab. Hanya ada bekas jejak cicak merayap yang kemudian tertutup lagi dengan debu.

Raya memilih diam, membiarkan apa yang ingin Aletha lakukan dengan kotak itu. Lagipula tidak ada yang menyentuh kotak itu sekalipun saat dirinya sudah ada di tempat ini kurang dari dua tahun terakhir. Mungkin juga bukan sesuatu yang berharga.

Aletha sejenak terdiam, menatap Raya yang sembari tadi ternyata melihat kearahnya.

“Kalo kamu ada masalah setelah ini, jangan seret nama aku”

“Nggak sudi juga”

“Dih”

Aletha membuka kotak itu, mengabaikan Raya yang sepertinya jauh lebih penasaran dari dirinya. Hanya ada beberapa berkas dan sebuah bungkus obat maag tiga tahun lalu tertinggal.

Gadis itu meninggalkan fokus utamanya, beralih pada lemari coklat yang berdiri sendirian diruangan ini. Kedua tangannya membuka dengan tenang bersama manik memeriksa setiap detial yang ada. Jas dokter remaja, rompi palang merah, beberapa segel obat, perban dan kasa steril, beberapa buku tulis, hanya itu? Aletha rasa bukan sebuah jawaban jika buku pedoman palang merah remaja tertinggal disana, tapi sebuah kejanggalan kenapa bisa buku penting ini justru disimpan. Sementara duplikatnya tidak ada diruangan ini.

“Kamu ngapain sih?”

Bahkan lemari itu tidak dikunci?

Aletha membuka buku itu dengan cepat, meneliti setiap lembar yang berlalu begitu saja sebelum sebuah halaman menghentikan karena terhalang sesuatu. Sebuah foto yang membuat Aletha dan Raya ada pada pusat bumi yang sama.

Gadis itu beranjak, menyimpan sebuah foto dan selembar kertas kedalam saku kemejanya. Membereskan semua kegaduhan yang dia ciptakan sebelum benar-benar meninggalkan tempat ini.

“Aletha”

Sang pemilik nama berhenti diambang pintu, menunggu kalimat apa yang selanjutnya akan muncul dari mulut Raya.

“Jangan ajak aku ke dalam masalah itu”

Kali ini, Aletha tahu bahwa Raya tahu sebagian atau bahkan semua dari hal yang belum Aletha ceritakan. Tatapan dingin yang hampir menguasai alam semesta, karena semua orang telah memborgol kebenaran dalam benak mereka. Akan dia hancurkan pada masa yang dia sebut keadilan.

Gadis itu melanjutkan langkah kaki yang berirama. Membuat pandangan Raya berkabut akibat kekalutan yang entah datang dari mana secara tiba-tiba. Dia bisa lihat bagaimana bahunya tidak bergerak dan tetap selaras di proses berjalannya.

“Dia intel apa gimana sih?”

To Be Continue...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!