Sama seperti namanya, Rindu Trihapsari gadis cantik yang merindukan kasih sayang dari keluarganya.
Rindu gadis cantik dan sangat pintar, namun semua yang dia miliki tidak pernah terlihat di mata keluarganya, gadis cantik itu tidak pernah mendapatkan kasih sayang seperti kembarannya, Rindu seolah ada dan tiada di dalam keluarganya
Bagaimanakah kisah Rindu? yukkk.... kepoin karya terbaru mamak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
"Wiihhh.... Katanya senang amat nih neng? " goda Gita melihat wajah berseri Rindu.
"Tau aja kamu." kekeh Rindu merangkul bahu Gita.
"Tau lah, lihat wajahnya berseri seri gitu, kek orang abis menang lotre." kekeh Gita.
Rindu tersenyum manis menatap ke arah sahabatnya itu, "Ini lebih dari lotre." kekeh Rindu.
"Apa tuh? " kepo Gita.
"Ternyata Rinda itu bukan kembaranku... " ucapan Rindu terpotong karena lengkingan suara Gita.
"Apa....!!!!" pekik Gita lumayan kencang, membuat orang orang yang ada di sekitar mereka jadi menatap ke arah mereka.
"Iiisss.... Kenapa teriak teriak sih, lihat tuh orang orang pada ngeliatin kita." omel Rindu.
"Sorry sorry... Aku kaget banget." cengir Gita.
Rindu hanya memutar mata malas.
"Trus siapa kembaran kamu? " tanya Gita lagi.
"Ada dia datang bersama kakek membongkar kedok Rinda palsu.... " Rindu menceritakan semua kejadian beberapa hari lalu kepada sahabatnya itu.
"Ya ampun.... Kurang ajar banget mereka, untung cepat ketahuan, sebelum harta orang tua kamu di kuasai sama mereka." gereget Gita ikut naik darah mendengar cerita Rindu.
"Iya sih, syukurnya begitu, tapi hati aku sudah terlanjur sakit duluan sama orang tua dan abang abang ku." keluh Rindu.
Gita lansung memeluk sahabatnya itu, dia tau apa yang di rasakan oleh Rindu, dari kecil di kucilkan, tidak di anggap oleh keluarganya, saat menikah pun keluarganya tidak ada yang datang kecuali tuan Baskoro, itu pun dapat ancaman dulu dari tuan Dinata.
"Keluarga kamu memang sangat bersalah, tapi bukan sepenuhnya salah mereka, mereka juga di hasut oleh pihak lain." ucap Gita penuh kasih sayang.
"Mmm... " Rindu hanya bisa mengangguk lemah di dalam pelukan sahabatnya itu.
"Oh... Iya, kembaran ku juga akan mendaftar di kampus kita ini." ucap Rindu berbinar cerah.
"Serius! " ujar Gita tidak kalah senangnya.
"Iya, semalam aku menelponnya, katanya hari ini akan mendaftar di kampus kita." sahut Rindu.
"Ahhh.... Kita akan bertambah anggota." senang Gita.
"Nak, ini bekal untuk Rindu, mama titip ya, dan ini untuk kamu." ujar nyonya Karin kepada Rinda yang sudah rapi untuk berangkat ke kampus Rindu.
"Makasih ma." ucap Rinda tulus, walau di dalam hatinya masih ada sedikit kekesalan kepada sang mama, yang tega mengacuhkan kembarannya, tapi Rinda berusaha untuk mengendalikan dirinya.
Dia tau keluarganya sudah sangat menyesali semua perbuatannya, dan berusaha menebus semua kesalahan mereka, maka dari itu, Rinda pun tidak bisa terlalu keras membenci keluarganya, dia dan kembarannya pun sama sama merindukan kasih sayang dari keluarga yang sudah lama tidak mereka dapatkan, itu semua terjadi ulah orang orang serakah dan tidak tau diri.
"Sama sama nak, apa kah Rindu akan menerima bekal dari mama? " gumam nyonya Karin berkaca kaca.
"Rindu pasti menerimanya, mama nggak perlu khawatir." sahut Rinda menenangkan hati sang mama.
"Dek, ini untuk kamu." Rian menyodorkan kartu ATM ke tangan Rinda.
"Ehhh... Nggak usah aku sudah punya." tolak Rinda kaget.
"Ambil dek, ini sengaja abang buatkan untuk mu, dan ini tolong kasih kan kartu Rindu, dia meninggalkan kartunya di rumah." ujar Rian penuh sesal.
"Tap...." ucapan Rinda di potong oleh sang abang.
"Tolong jangan di tolak dek, orang lain bisa memanfaatkan uang abang selama ini, sekarang kalian yang harus memanfaatkannya." mohon Rian.
Rinda menatap dalam mata sang abang.
"Huuuuffff.... Baiklah, jangan menyesal klau uang abang kami kuras sampai habis." ujar Rinda mengangkat ke dua kartu itu.
"Lakukan semau kalian, abang akan berusaha lebih kuat lagi agar kartu itu tidak sampai kosong." ujar Rian berkaca kaca.
Tuan Alex menatap ke dua cucunya penuh haru, dia berharap setelah ini tidak ada lagi orang orang yang menganggu kebahagian keluarganya.
Tak jauh dari sana, Ronald pun ikut melihat adik abang dan mamanya, dia ingin berbergabung, tapi rasanya sangat canggung karena Rinda selalu berkata ketus dan menatap sinis kepadanya, karena dia tau dia lah orang yang paling jahat kepada adik kandungnya, yang selalu membentak dan memarahi Rindu, selalu membela Rinda palsu saat itu, dan juga tega merampas milik Rindu klau Rinda palsu menginginkan milik adiknya itu, sungguh Ronald sangat menyesal dengan kelakuannya dulu kepada sang adik.
"Ya sudah aku berangkat dulu, papa sudah keluar dari tadi." ujar Rinda menyalami punggung tangan sang abang, dan bercipika cipiki dengan sang mama.
"Haiii.... Kau melupakan pria tua ini, setelah bertemu dengan keluarga mu! " seru tuan Alex yang berdiri dengan sebuah tingkat untuk menopang tubuh rentanya.
"Haisss.... Tuan besar satu ini selalu saja cemburu, padahal tadi aku sudah izin samanya." cibir Rinda namun tetap mendekat ke arah sang kakek.
"Jangan mengumpat ku anak kecil! " amuk tuan Alex mengangkat tongkatnya, berpura pura marah kepada sang cucu.
"Astaga, pemarah sekali orang tua ini, jangan marah marah mulu, nanti keriputnya makin banyak loh." canda Rinda memeluk sang kakek sambil terkekeh.
"Kau ini, kenapa suka sekali membuat ku marah." omel sang kakek, tapi tetap membalas pelukan sang cucu.
ke tiga orang di sana ikut tersenyum bahagia melihat kedekatan Rinda dan tuan Alek, ada rasa iri di hati mereka, yang tidak bisa bercanda seperti itu kepada ke dua orang itu, masih ada tembok pemisah di antara mereka.
"Ya udah aku berangkat dulu ya kek, kakek di rumah hati hati, jangan terlalu banyak berjalan, nanti capek, dan nggak usah keluar rumah, tunggu aku klau mau jalan jalan." titah Rinda penuh perhatian.
"Baiklah gadis cerewet." kekeh tuan Alex mengusap sayang puncak kepala sang cucu.
Tuan Baskoro berkaca kaca menatap kehangatan papa dan putrinya itu, seumur umur dia belum pernah merasakan kedekatan seperti itu terhadap kedua putrinya, untuk Rinda mungkin ada toleransi, karena mereka memang terpisah, namun untuk Rindu rasa sesal yang teramat dalam kini menggelayuti hati tuan Baskoro, memakin dirinya yang bisa di tipu mentah mentah oleh orang jahat, membuat dia kehilangan momen bersama sang putri, kini dia harus memutar otak lebih keras lagi untuk mendapatkan maaf dari ke dua putrinya itu.
"Ayo pa, nanti kita terlambat." ujar Rinda membawa dua tas kecil yang berisi bekal untuknya dan juga kembarannya, Rinda berjalan dengan riang, karena akan bertemu dengan kembarannya itu.
"Rin, papa titip ini untuk Rindu dan satunya untuk kamu." ujar tuan Baskoro juga memberikan kartu ATM kepada Rinda.
"Haaa.... Aku baru saja dapat dari abang, kenapa sekarang di kasih lagi." keluh Rinda.
"Ini milik kalian nak, sedari awal memang milik kalian, tapi di kuasai oleh orang yang tidak bertanggung jawab, tolong ambil dan pakai lah untuk membeli kebutuhan kalian." ucap tuan Baskoro dengan suara tercekat menahan sesak di dadanya, karena terlalu bodoh selama ini dan di manfaatkan oleh orang lain.
"Papa kenapa menangis? papa tidak ikhlas, klau tidak, tidak usah memberikannya kepada kami? " ujar Rinda menolak kartu ATM itu.
"Ehhh.... Tidak tidak, papa sangat ikhlas kok memberikan itu kepada kalian." kaget tuan Baskoro gelagapan.
"Tapi kenapa papa sedih? " tanya Rinda lagi.
"Papa sedih bukan karena kartu itu papa berikan kepada kalian, tapi papa sedih karena kebodohan papa selama ini, hak milik anak anak papa malah di nikmati oleh orang lain, sementara anak kandung papa malah menderita oleh kebodohan papa." sesal tuan Baskoro.
Rinda memeluk papanya dengan hangat, tidak apa, ini bukan sepenuhnya kesalahan papa, ada andil orang jahat di dalamnya." ujar Rinda menenangkan sang papa.
Bersambung.....
Haiii... Jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘😘
tanda2nya rindu hamil itu