Fracture Luigi von Rosario, atau yang lebih dikenal dengan nama Frac, merupakan seorang pemuda yang dibesarkan dalam sebuah keluarga bangsawan pihak ibunya yang keras dan dingin, keluarga Rosario. Di sepanjang hidupnya, Frac merasa ada sesuatu yang salah di dalam dirinya—kekuatan aneh yang muncul saat emosinya sedang tidak stabil, mimpi-mimpi aneh yang terus berulang seperti sebuah memori yang menghantui. Frac akhirnya mengetahui sebuah kebenaran saat dirinya berulang tahun yang ke-21. Karena muak dengan segala konflik di dalam keluarga Rosario dan kebenaran akan dirinya sendiri, Frac melarikan diri dari dunia bangsawan. Dalam pelariannya, dia bertemu dengan seorang wanita Elf, pewaris Hutan Suci Priestess Elsie, Araya Khavira Lizie. Penasaran dengan kisah lengkapnya? Ikuti terus cerita novel Hidden.
Novel ini menciptakan nuansa hangat, konflik dingin antara politik dan keluarga, romansa fantasi menyentuh sekaligus gelap, serta beberapa hal yang tidak cocok untuk anak di bawah umur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon иⱥиⱥツ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(12) - Tergoda atau Tidak
Mungkin saja Spirus sudah gila. Masa dia ingin meminang seorang wanita muda manusia yang masih belia? Dia sendiri juga merasa kalau dirinya sudah gila, tapi dia tidak menahan hatinya untuk tidak mengembangkan perasaan terhadap Marigold.
"Tuan Spirus," panggil Marigold sembari melambaikan tangannya di depan Spirus yang sibuk berkhayal. "Tuan Spirus, apakah kamu baik-baik saja?"
Spirus langsung disadarkan dari lamunan anehnya tentang 'pernikahan dengan Marigold'. Dia langsung salah tingkah setelah. "Eh, ah, iya… apa yang kau katakan?" tanyanya. Dia memang sedang tidak fokus.
Marigold menatap heran ke arah Spirus. "Aku bertanya, apakah kamu baik-baik saja?"
"Oh, tentu saja! Aku sangat baik. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu. Jangan khawatir! Sungguh, aku baik-baik saja…."
🏵️ 🍂 🏵️ 🍂 🏵️ 🍂 🏵️ 🍂 🏵️ 🍂
Raya melangkah ke samping Frac, berdiri bersebelahan dengan jarak yang cukup untuk saling merasakan kehadiran satu sama lain.
"Kadang aku bertanya-tanya, bagaimana jika takdir tidak mempertemukan kita berdua? Apa yang akan terjadi jika kamu tetap menjadi anak dari Hurga Devijk von Rosario dan aku tetap menyendiri di dalam hutan tua?" kata Raya sambil menatap teratai biru yang mengapung di permukaan air.
"Kau mungkin akan tetap hidup damai, tidak harus bertemu dengan seseorang yang membawa kesialan sepertiku," balas Frac tanpa menoleh ke arah Raya.
"Dan, kamu mungkin akan tetap terpenjara di bawah kaki pamanmu, menjadi bidak yang patuh."
Frac tertawa getir. "Benar. Aku akan menjadi alat baginya. Dia pasti sudah menungguku mengetahui kebenaran, tapi dia sama sekali tidak menyangka bahwa aku akan lepas dari genggamannya. Aku sudah diburu olehnya. Dan, jika dia mengetahui tentang dirimu, bisa jadi kau akan diburu, ditangkap, dan dijadikan sebagai alat untuk mengancamku."
"Aku akan berusaha untuk tidak menjadi beban bagimu," ucap Raya.
"Tidak," balas Frac sambil menatap ke arah Raya. "Justru bagus jika dia berusaha untuk memburumu. Aku tidak akan segan kepadanya. Aku tidak suka milikku disentuh oleh orang lain."
"Siapa yang kamu bilang sebagai milikmu?!" tandas Raya. Dia meninju bahu Frac, kesal dengan pemuda itu. "Tapi, Frac, kenapa kamu memilih untuk percaya kepadaku?"
"Karena aku percaya," balas Frac. "Aku memberikan kepercayaan kepada seseorang, hingga orang itu menghilangkannya."
"Pamanmu bukan menghilangkan kepercayaan, tapi telah mengkhianati," Raya mengingatkan.
Frac bergeming. Dia tampak tenang daripada malam sebelumnya. Entah dia sudah berdamai dengan keadaan, atau diam-diam masih menyimpan amarah di dalam hatinya. "Ya, dia memang mengkhianati," ucapnya. "Bukan hanya aku, tapi adik perempuannya sendiri, ibuku. Dan, semua orang yang berada di bawah kekuasaannya. Aku juga sepertinya bisa menebak kenapa dia membutuhkanku sebagai bidaknya. Dia ingin naik takhta menjadi seorang Kaisar. Dia membutuhkan kekuatanku. Dia adalah orang segila itu."
"Tapi, itu semua hanya asumsimu."
"Memang hanya asumsiku," Frac mengetuk jemarinya ke sisi jendela. "Tapi, firasatku sangat kuat. Dia tidak hanya ingin menjadi Kaisar di dunia ini, tapi juga multi-dimensi. Jadi, dia membutuhkan seseorang yang mewarisi darah kuat. Bisa jadi aku, bisa jadi juga yang lain, seperti kakekmu, atau dirimu."
"Aku?" Raya tertawa canggung. "Aku tidak memiliki keahlian apa-apa. Dia tidak membutuhkan orang sepertiku untuk membuat dunia tunduk kepadanya."
Frac menoleh kembali ke arah kolam, menatap pantulan bulan dan bintang di antara bunga-bunga teratai biru. "Kenapa kau meremehkan dirimu sendiri? Kau tahu apa yang kubaca dari tulisan gulungan kuno berusia dua puluhan tahun yang ditinggalkan oleh ayah? Kau adalah pewaris dari Hutan Suci Priestess Elsie. Nenekmu adalah keturunan dari Mendiang Elf Thagata. Kau juga tidak bisa lari dari takdirmu," katanya. "Kau tahu apa yang paling berbahaya dari keturunan Thagata? Mereka dapat mempengaruhi hati orang lain dengan mudah. Itu bukan kelemahan, itu adalah kelebihan. Sebuah kelebihan yang cukup untuk membuatmu menjadi ancaman di mata di mata banyak orang."
Raya terdiam, menelan bulat-bulat perkataan Frac. Pemuda itu benar, kenapa tidak pernah terpikirkan olehnya kalau dirinya mudah disukai dan dibenci oleh orang-orang? Apa karena seseorang tidak dapat melihat kelebihan yang dimiliki oleh mereka sendiri?
Saat Raya ingin membalas perkataan Frac, saat itu pula mereka berdua mendengar ketukan pintu. Karena itu pula, si Gadis Elf tidak jadi mengatakan sesuatu yang tersangkut di tenggorokannya.
Pelayan yang tadi mengantar mereka membuka pintu secara perlahan. "Ini air hangat untuk, Lady Araya." Dia juga menyampaikan perintah dari Nila, "Tuan Muda, tolong ikut saya sebentar. Yang Mulia Tuan Putri ingin berbicara dengan Anda."
Frac menatap ke arah Raya, kemudian mengikuti pelayan yang telah meletakkan air hangat di dalam tong besar di sisi ruangan sebelah kiri.
Raya sebenarnya sangat penasaran, kenapa Nila memanggil Frac di saat seperti ini. Namun, dia langsung menepis rasa penasarannya dan menikmati berendam di dalam air hangat.
Frac melangkah mengikuti pelayan, melewati lorong-lorong sunyi istana kecil itu. Cahaya lentera yang dipegang si pelayan bergoyang pelan di setiap lengkungan, membuat bayangan yang tercetak di dinding dan tampak seperti makhluk-makhluk asing yang mengintai dari balik celah waktu. Tidak ada suara yang terdengar selain langkah kaki mereka sendiri. Sampai akhirnya, pelayan itu berhenti di sebuah pintu yang lagi-lagi berukir simbol Ochre.
"Yang Mulia sudah menunggu di dalam. Silahkan masuk, Tuan Muda," ucap pelayan itu. Dia membungkuk dan melangkah pergi, membiarkan Frac sendirian di hadapan pintu yang mulai terbuka sendiri dari dalam secara perlahan.
Ruangan itu sangat berbeda dari ruangan aula takhta sebelumnya. Di sana lebih kecil, lebih pribadi, dengan cahaya remang dari lilin-lilin yang sudah di nyalakan. Aroma kayu manis menyeruak di udara. Di hadapan Frac ada sebuah ranjang mewah. Di sana terduduk Nila, yang mengenakan gaun malam tipis berwarna merah menyala, rambut pirangnya dibiarkan terurai hingga hampir menyentuh lantai, berkilau seperti untaian benang emas. Dia menatap Frac dengan sorot mata yang tidak dapat ditebak.
Frac bahkan tidak menunjukkan ekspresi tertarik ketika Nila dengan sengaja menarik gaun tidurnya hingga menampakkan pahanya yang putih mulus. Jika Raya yang ada di posisi itu, sangat mungkin, bukan, dia akan sangat kehilangan kendali diri. Namun, dia tahu kalau Raya adalah tipe pemalu yang tidak akan pernah melakukan aneh seperti itu. Raya adalah sosok yang konvensional, karena itu pula pemuda itu menyukainya.
"Aku ingin melihat dari dekat seperti apa pria yang dapat membuat Raya ingin melakukan kontrak yang sangat merugikan dirinya. Dan, sepertinya kau memang sangat menarik," goda Nila.
Frac memutar bola matanya malas. "Jika hanya itu yang ingin kau katakan, Tuan Putri, maaf sekali. Sepertinya hal itu sangat tidak penting, sangat membuang waktuku," balasnya dengan dingin. "Kalau kau ingin melihat seberapa mudah aku tergoda, maka seharusnya kau mendadani Raya dengan pakaian yang sedikit terbuka sepertimu dan menonton apa yang akan aku lakukan kepada dirinya."