Juan memutuskan membeli rahim seorang wanita karena istrinya belum juga hamil. Tapi pada saat wanita itu hamil, ternyata Allah berkata lain dengan membuat istri Juan hamil juga.
Setelah mengetahui istrinya hamil, Juan pun lupa kepada benih yang saat ini sedang tumbuh di dalam perut Kamila. Dia mengacuhkan Kamila dan benih itu membuat Kamila marah dan berniat balas dendam kepada Juan dengan menukarkan anaknya dengan anak Raina pada saat dilahirkan nanti.
Akankah Juan dan Raina tahu, jika anak yang selama ini mereka besarkan bukan anak kandung mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13 PPYD
Jovanka saat ini sedang asyik mengotak-atik ponselnya, tiba-tiba dia melihat ada video mengenai Edgar yang sedang menggendong Alesha. "Apa-apaan ini, kenapa ada video seperti ini?" kesal Jovanka tidak percaya.
Jovanka terus memperhatikan video itu dan ternyata memang benar jika itu adalah Edgar dan Alesha. "Kurang ajar, berani sekali dia merebut Edgar dariku." Jovanka mengepalkan kedua tangannya.
Kembali ke rumah mewah Edgar, dia dengan setia menunggu Alesha sadar. Dia duduk di kursi single tidak jauh dari tempat tidurnya sembari memperhatikan Alesha. Sedangkan Grace, harus pulang karena orang tuanya menyuruh Grace untuk cepat pulang.
"Maaf Tuan Muda, saat ini sedang heboh dengan berita Tuan," ucap salah satu pengawal.
"Berita apa?" tanya Edgar.
Pengawal pribadinya memberikan ponselnya kepada Edgar. Edgar melihat dengan senyuman sinis. "Bungkam semua media yang menyiarkan video itu, jangan sampai orang tuaku tahu," ucap Edgar.
"Baik, Tuan Muda. Tapi bagaimana dengan video yang tersebar di media sosial?" tanya Pengawal kembali.
"Take down semua videonya, aku minta dalam waktu 30 menit videonya sudah bersih dan tidak ada," ucap Edgar dingin.
"Baik, Tuan Muda."
Pengawal pribadinya pun segera melaksanakan perintah Edgar. Tidak lama kemudian, Alesha mulai membuka matanya. Alesha mendesah sembari memegang kepalanya yang terasa pusing.
"Kamu sudah sadar?"
Seketika Alesha membuka matanya, dia langsung bangun dan menatap Edgar dengan tatapan kaget. "A--aku ada di mana?" tanya Alesha gugup.
"Kamu ada di kamarku," sahut Edgar.
Alesha memperhatikan pakaiannya, dia menghela napas lega karena pakaiannya masih lengkap hanya jaketnya saja yang sudah terlepas. "Kenapa? aku tidak ngapa-ngapain kamu," ucap Edgar.
"Kenapa aku bisa ada di sini?" tanya Alesha.
"Tadi kamu pingsan di kedai, makanya aku bawa ke sini. Tubuhmu demam tapi sekarang sudah mendingan," ucap Edgar sembari menyentuh kening Alesha membuat Alesha kembali kaget.
Alesha sadar dengan tubuhnya yang penuh dengan memar, dia pun segera mengambil jaket dan memakainya. "Mau aku laporkan Ibu kamu kepada Polisi?" tanya Edgar.
Alesha melotot. "Kenapa kamu mau melaporkan Mama aku?" ucap Alesha dengan nada kesal.
"Ibumu sudah menyiksa kamu, memangnya kamu tidak menderita diperlakukan seperti iti?" tanya Edgar.
Alesha turun dari ranjang Edgar dengan raut wajah yang terlihat emosi. "Jangan ikut campur urusanku, dan jangan macam-macam kepada ibuku. Terima kasih sudah menolong, aku pamit," ucap Alesha.
"Tunggu!"
Alesha menghentikan langkahnya. "Biar aku antar kamu pulang," ucap Edgar.
"Tidak usah, aku bisa pulang sendiri," sahut Alesha.
Dia pun dengan cepat keluar dari kamar Edgar. Alesha terlihat bingung mencari pintu keluar saking luasnya rumah Edgar. Sampai pengawalnya Edgar memberitahukan jalan keluar dengan perintah Edgar.
"Jika kamu butuh bantuan apa pun, aku akan siap membantumu!" teriak Edgar dari lantai dua.
Alesha sempat menghentikan langkahnya, hingga sedetik kemudian dia pun melanjutkan langkahnya keluar dari rumah Edgar. Dia memesan gojeg dan tidak membutuhkan waktu lama, gojeg yang dia pesan pun datang. Alesha segera pulang, waktu sudah sore dan dia yakin jika Kamila akan marah kembali kepada dirinya.
Sementara itu di kedai, Kamila marah-marah kepada karyawannya karena membiarkan Alesha dibawa pergi oleh orang yang tidak dikenal. Hingga tidak lama kemudian, sebuah mobil mewah berhenti di depan kedai membuat Kamila membelalakkan matanya. Dia tahu jika itu adalah mobil Jovanka, antara senang dan sedih menjadi satu.
"Jovanka," gumam Mama Kamila dengan senyumannya.
Jovanka keluar dari dalam mobilnya dengan gaya angkuhnya. "Kalian kembali bekerja!" perintah Mama Kamila.
Kamila merapikan pakaiannya dan menyunggingkan senyumannya kala melihat Jovanka berjalan ke arahnya. "Ke mana Alesha? dia karyawan di kedai ini 'kan?" tanya Jovanka sombong.
"Maaf Nona, memangnya ada apa mencari Alesha?" tanya Mama Kamila dengan ramahnya.
"Dengar ya, kasih tahu Alesha jangan coba-coba mendekati Edgar karena Edgar adalah milikku jika perlu kamu harus pecat dia supaya dia jadi pengangguran. Anak miskin berani macam-macam sama aku, bilang juga kalau hidup dia ingin tenang maka dia harus hati-hati jangan cari masalah sama aku!" bentak Jovanka.
Kamila mengepalkan tangannya. "Baik, nanti saya akan kasih pelajaran kepada anak itu," sahut Mama Kamila dengan senyumannya.
"Bagus."
Jovanka pun kembalikan tubuhnya hendak pergi tapi Kamila dengan cepat menahan lengan Jovanka membuat Jovanka marah dan menghempaskan tangan Kamila. "Jangan sentuh aku! rakyat jelata kaya kamu gak pantas sentuh aku," sentak Jovanka.
Kamila sampai kaget mendengar sentakan Jovanka. Dari hatinya yang paling dalam, dia merasa sangat sakit hati dibentak seperti itu tapi itu semua sudah menjadi konsekwensinya semenjak dia menukar Jovanka dengan Alesha.
"Maaf Nona. Oh iya, apa Nona bahagia?" tanya Mama Kamila dengan mata berkaca-kaca.
Jovanka mengerutkan keningnya. "Apa urusannya sama kamu? kenapa kamu bertanya seperti itu?" sinis Jovanka.
"Ah maaf, saya hanya ingin tahu saja sepertinya hidup Nona bahagia sekali," ucap Mama Kamila gugup.
"Jelas bahagialah, tinggal di rumah mewah dan semua yang aku inginkan terpenuhi. Memangnya kenapa?" sinis Jovanka.
Kamila menggeleng dengan senyumannya. "Tidak apa-apa, saya ikut bahagia jika Nona bahagia," sahut Mama Kamila.
Jawaban Kamila membuat Jovanka semakin tidak mengerti. "Dasar orang aneh," kesal Jovanka.
Jovanka pun dengan cepat pergi dan masuk ke dalam mobilnya. Jovanka segera meninggalkan kedai itu dan bersamaan dengan Alesha yang pulang menggunakan ojeg. Wajah Kamila yang berbunga-bunga, seketika emosi kala melihat wajah Alesha.
"Dasar anak tidak tahu diri, kamu dari mana saja pergi begitu saja?" bentak Mama Kamila dengan menjambak rambut Alesha.
"Maaf, Ma," sahut Alesha sembari meringis kesakitan.
"Ikut, pulang sekarang juga. Kamu harus menerima hukuman atas apa yang sudah kamu lakukan!" bentak Mama Kamila.
Kamila pun menyeret Alesha untuk masuk ke dalam mobilnya. Tidak membutuhkan waktu lama, mereka pun sampai di rumah. Kamila kembali menyeret Alesha masuk ke dalam rumah.
"Dasar anak tidak tahu diri, Mama tidak pernah mengajarkan kamu untuk merebut milik orang lain!" bentak Mama Kamila.
"Maksud Mama apa?" tanya Alesha dengan deraian air matanya.
"Jangan pura-pura bodoh, tadi Jovanka datang ke kedai dan bilang jika kamu merebut pacarnya. Dasar anak tidak tahu diuntung, memalukan, awas saja kalau kamu masih mendekati pacarnya Jovanka bukan hanya dia yang akan menghukum kamu, tapi Mama sendiri yang akan menghukum kamu, PAHAM KAMU!" bentak Mama Kamila dengan menoyor kepala Alesha.
Alesha menangis sejadi-jadinya, kali ini hatinya begitu sangat sakit bahkan Mamanya sendiri lebih membela Jovanka dibandingkan dirinya. Kamila pun pergi meninggalkan Alesha yang sedang menangis itu tanpa perasaan.
