Setelah enam tahun menjalani hubungan jarak jauh, Raka dan Viola kembali dipertemukan. Namun cinta tak selalu berjalan mulus, mereka harus menghadapi tantangan dan rintangan yang menguji kekuatan cinta mereka.
Apakah cinta mereka akan tetap kuat dan bertahan, ataukah jarak akan kembali memisahkan mereka selamanya?
"Nggak ada yang berubah. Love only for you, Viola. Hanya kamu..." ~Raka.
🍁🍁🍁
Novel ini merupakan Sequel dari novel yang berjudul 'Sumpah, I Love You'. Selamat menyimak dan jangan lupa tinggalkan jejak. 😇😇😇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 : LOFY
Janjinya untuk menelpon tidak ditepati, bahkan hingga sore datang Raka tak kunjung datang untuk menjemput. Beberapa kali Viola mencoba menelpon, tapi hanya suara operator yang terdengar menyahut. Hatinya kini dilanda kecemasan, karena tidak biasanya Raka bersikap seperti ini, tanpa memberi kabar.
Langit hari itu pun mulai gelap, matahari sudah hampir terbenam di ujung barat. Sudah sejak satu jam lebih mereka menunggu di halaman kantor, namun Raka belum juga menunjukkan batang hidungnya. Dian bahkan sudah merasa sangat lelah, sudah beberapa kali keluar masuk ke dalam mobilnya hanya untuk sekedar duduk menunggu.
"Mending pulang aja yuk, Vi. Gue yang anter," ajak Dian yang wajahnya terlihat sudah sangat lelah.
"Lima menit lagi," jawab Viola tanpa mengalihkan pandangannya dari layar handphonenya. Masih berusaha untuk menghubungi Raka.
"Duh, Vio... Lima menitnya udah kebanyakan," Dian mulai mengeluh, meletakkan satu tangannya di pinggang dan menghela napas panjang, "Kayaknya Raka nggak bakalan dateng deh,"
Viola menurunkan handphonenya, matanya mulai menyapu sekitar. Lampu-lampu diluar gedung sudah dinyalakan, bintang-bintang di langit pun sudah mulai menampakkan cahayanya.
"Kamu dimana, Ka? Kenapa mendadak nggak ada kabar gini," sekali lagi dia melihat sekitar, ingin memastikan lagi bahwa Raka memang tidak datang. "Ya udah deh, kita pulang," jawabnya akhirnya pasrah.
Viola duduk di samping kursi kemudi dengan perasaan cemas yang sangat besar, hatinya menolak untuk pulang sebelum dia bertemu Raka dan memastikannya baik-baik saja.
"Di, muter-muter dulu aja ya? Kali aja nanti ketemu mobil Raka dijalan," ujarnya yang membuat Dian geleng-geleng kepala.
-
-
-
"Raka belum pulang. Ini yang kamu mau kan, Mas?!"
Tidak ada sambutan hangat, tidak ada senyuman ramah seperti biasanya. Lisa langsung menodong suaminya dengan kalimat menusuk begitu Arman menginjakkan kakinya di dalam rumah.
Dibalik wajah lelahnya Arman berusaha untuk tetap bersikap tenang. Dia meletakkan tas kerjanya di atas sofa lalu berjalan menghampiri sang istri yang terlihat sedang kesal dan marah.
"Raka pasti sedang bersama dengan Roy dan yang lainnya. Kamu tahu sendirikan kalau pulang Raka pasti langsung menemui mereka dan akan nongkrong sampai lupa waktu," ujar Arman sembari memasukkan kedua tangannya di saku celana.
Lisa menghela napas panjang, merasakan dadanya masih menggebu-gebu karena marah," Iya, tapi biasanya juga dia kasih kabar!"
"Tadi pagi kamu nyuruh Raka buat jemput Tiara kan? Jangan bilang Raka sudah tahu tentang rencana perjodohan yang kamu rencanakan itu. Terus dia marah dan nggak pulang sampai sekarang!" cecar Lisa lagi.
Dia tahu betul bagaimana menghadapi istrinya yang sedang marah ini. Arman tak lantas langsung ikut emosi dan kembali menanggapi dengan santai, "Ya, Raka sudah tahu dan dia juga sudah bertemu dan berkenalan dengan Tiara. Cuma mungkin mereka masih membutuhkan sedikit waktu untuk bisa saling mengenal lebih dekat." ucap Arman. "Sudahlah, Ma. Mama jangan cemas, coba saja Mama telepon Roy atau Zaki, pasti sekarang Raka sedang bersama mereka kok,"
"Mas, sudah seperti ini, kamu masih saja berminat menjodohkan Raka dengan Tiara?" Lisa menggeleng tak percaya. "Ck, Kamu jelas tahu kalau Raka pasti tidak setuju kan? Raka mencintai Viola, jadi kamu tidak perlu lagi menjodoh-jodohkan dia dengan Ti--"
"Lisa!" bentak Arman, emosinya mendadak naik. Dia menghela napas panjang dan mengusap wajahnya sedikit kasar saat melihat ekspresi terkejut istrinya akibat bentakannya. "Tolong jangan bantah aku, semua ini aku lakukan untuk kebaikan Raka. Aku hanya ingin yang terbaik untuknya dan masa depan," suaranya terdengar lebih lembut, Arman segera meninggalkan ruang tengah dan masuk ke dalam kamarnya untuk mengindari perdebatan panjang diantara mereka berdua.
Lisa menjatuhkan tubuhnya duduk di atas sofa, membungkukkan sedikit badannya dan menutup wajahnya dengan kedua tangan.
-
-
-
Jalan yang biasanya sepi kini dipenuhi dengan penonton yang berdesakan untuk menyaksikan aksi para pembalap motor. Raka sedang bersiap dengan memakai sarung tangan yang ketat, supaya jari-jari tangannya bisa menggenggam stang motor dengan baik. Sementara Roy sedang memeriksa motor yang akan dipakai oleh Raka untuk balapan dengan teliti, memastikan bahwa semua komponen berfungsi dengan baik.
"Ka." Erik mendekat, menepuk pundak Raka dari belakang. "Lama nggak ketemu, gimana kabar Lo?"
"Gue baik," jawab Raka menerima sambutan tangan Erik untuk tos.
Erik tersenyum, melipatkan kedua tangannya di dada, "Tumben Lo mau ikut tanding balap lagi? Cewek Lo nggak marah? Setahu gue, dia paling takut kan kalau Lo sampai ikut balapan-balapan kayak gini lagi?"
Raka terdiam. Handphonenya yang mati bahkan sengaja ditinggal didalam mobil. Dia juga sengaja belum menelpon Viola karena tidak ingin mengganggu kekasihnya itu bekerja. Meskipun dia tahu jika sekarang pasti Viola sedang merasa cemas karena dia belum memberikan kabar. Mungkin seusai balapan nanti dia akan datang kerumah Viola untuk menemuinya.
Raka mengangguk, "Gue ikut karena pikiran gue lagi kusut aja. Bukan karena gue tertarik dengan hadiahnya kok,"
"Dan soal cewek gue, dia nggak perlu tahu. Gue cuma sekali ini lagi aja ikut balapan-balapan begini. Setelah ini gue akan jadi penonton aja," imbuhnya.
"Oke." Erik menurunkan kedua tangannya, kembali menepuk pundak Raka. "Dan untuk kali ini juga, gue pasti bisa ngalahin Lo, Ka. Selama enam tahun ini gue udah banyak latihan, dan ini adalah momen yang selalu gue tunggu-tunggu, bisa balapan sama Lo lagi dan bisa ngalahin Lo."
"Kita lihat saja nanti. Gue juga berharap kali ini Lo yang akan menang," tangan mereka kembali bertemu, menandakan kesepakatan dan dukungan diantara mereka.
Waktu yang ditunggu akhirnya datang. Enam orang kini sudah duduk di motor mereka masing-masing dengan wajah yang penuh konsentrasi. Suara sorak penonton dan teriakan dukungan menambah semangat para pembalap.
Disini lain, Beni merasa tidak tenang dan khawatir. Dia memilih pergi sedikit menjauh dari keramaian. Mengusap-usap layar ponselnya untuk menghubungi seseorang.
"Semoga saja nomornya belum diganti," gumam Beni. Menekan tombol panggil setelah menemukan kontak yang akan dia hubungi.
Satu kali, dua kali hingga ketiga kalinya teleponnya baru diangkat oleh seseorang diseberang telepon.
"Halo, Viola?" ucap Beni sedikit ragu. "Kamu bisa datang kesini nggak? Ini Raka mau ikut tanding balap."
...🍁🍁🍁...
bisa ngomong baik baik jangan langsung nge gass yang ada Leo juga pergi.
sekarang takut kan klo ditinggal..
istri kok sering bentak suami😒
buat apa punya istri disaat keluarga suami terpuruk dia gak mau bantu.
padahal selama ini hidupnya juga disokong papa mertua nya...
giliran papa mertua nya ada masalah dia gak perduli...
buang kelaut istri mu Leo
saling terbuka ya...
.. padahal aku belum baca bagian ini.. tapi jawabanku sama persis kek Raka/Joyful/
tapi lebih ke Raka ingin mandiri dia Mak
berharap On
.covernya kelar juga akhirnya👏👏