‼️Harap bijak dalam memilih bacaan‼️
CEO tampan dan dingin itu ternyata seorang psikopat kejam yang telah banyak menghabisi orang-orang, pria itu bernama Leo Maximillian
Leo menjadikan seorang wanita sebagai tawanannya, wanita itu dia jadikan sebagai pemuas nafsu liarnya.
Bagaimana nasib sang wanita di tangan pria psikopat ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 : Kehilangan
...•••Selamat Membaca•••...
Kandungan Maureen sangat sehat, sekarang Maureen dan Leo tengah menunggu kelahiran buah hati mereka, hanya dalam hitungan hari Maureen melahirkan.
Selama ini Leo tidak pernah berbuat kasar padanya, dia sangat menjaga Maureen dengan baik bahkan memenuhi semua yang dibutuhkan oleh ibu dari anaknya itu, hal tersebut tentu saja membuat Maureen bahagia, timbul di hatinya sedikit rasa cinta pada Leo, tapi dia tidak berani untuk mengungkapkannya. Selama itu juga tak pernah absen untuk Leo menyenggamai Maureen tapi secara baik dan lembut.
Sebelum pulang dari kantor, Leo mampir dulu di supermarket untuk membelikan susu kotak, karena stok susu di rumah sudah habis. Setelah dari supermarket, dia langsung menuju rumah dengan perasaan bahagia luar biasa, selama Maureen di sampingnya, dia bahagia sekali, Maureen memberikan warna baru dalam hidupnya dan juga tidak pernah membunuh siapapun lagi.
Saat sampai di rumah, Leo melihat Maureen sedang duduk di tepi kolam renang sendiri, entah apa yang sedang dipikirkan oleh wanita itu. Leo mendekati Maureen lalu menepuk pelan pundak Maureen.
“Tuan.” Maureen berusaha untuk berdiri dari duduknya dengan susah payah dan dibantu oleh Leo.
“Udah sore, kenapa kamu malah duduk di sini? Nanti masuk angin baru tau.”
“Aku hanya bosan di dalam kamar tuan.”
“Sudah makan?”
“Sudah.”
“Ayo ikut aku.” Maureen mengikuti langkah kaki Leo, kali ini mereka menuju ke ruang kerja Leo.
“Banyak sekali, kapan anda membeli semua ini?” tanya Maureen dengan mata berbinar ketika melihat peralatan bayi yang begitu banyak dan lengkap di dalam ruang kerja Leo.
“Saat usia kandunganmu 8 bulan aku sudah membeli semuanya, apa kau suka?”
“Sangat suka, bagus, aku tidak sabar melihat anakku memakai semua ini, pasti akan sangat menggemaskan dan lucu.” Maureen tersenyum dengan manis.
“Bukan hanya anakmu tapi juga anakku.”
“Iya iya aku tau.”
“Aku telah menyiapkan kamar untuk bayi kita, kamu nanti bisa menyusun semua barang ini ke dalam kamar dan mendekorasi kamar itu dengan baik sesuai dengan keinginanmu.”
“Iya, aku akan mendekorasi nya dengan baik. Terima kasih tuan.” Maureen memeluk Leo dengan penuh kebahagiaan, hal itu tentunya disambut hangat oleh Leo.
“Tuan, sampai kapan aku akan bersama denganmu? Apa aku tidak akan pernah bebas lagi?” tanya Maureen tiba-tiba yang membuat suasana hati Leo jadi buruk.
“Sudah aku katakan, sampai aku puas denganmu, mengerti.”
“Lalu? Kau akan mencampakkan aku dan anakku?”
“Ya nanti akan aku pikirkan lagi.” Maureen begitu sedih mendengar jawaban Leo, bukan itu jawaban yang dia inginkan.
Leo menyadari kegundahan hati Maureen, pria itu memeluknya dengan lembut.
“Jangan berpikir yang bukan-bukan Maureen, lebih baik kamu pikirkan mengenai kesehatanmu saja karena itu jauh lebih penting.” Maureen mengangguk dalam pelukan Leo.
“Aku tidak akan membebaskan kamu, apapun yang terjadi, kau akan tetap bersamaku sampai kapanpun,” lanjut Leo dalam hatinya.
“Padahal aku sangat ingin kau mengatakan, tidak akan melepaskan aku tuan, mungkin itu hanya sekedar harapanku saja.” Maureen juga berkata dalam hatinya.
Malam harinya Leo membuatkan susu untuk Maureen seperti biasa, wanita itu kini tengah menonton acara kartun kesukaannya.
“Minum dulu.” Leo memberikan segelas susu, wanita itu menerimanya dengan senang hati serta meminum susu itu hingga tandas.
Tak lama, Maureen merasakan perutnya sangat sakit luar biasa, Maureen memegangi perutnya dan menangis kesakitan, membuat Leo cemas.
“Perutku sakit tuan,” erang Maureen.
“Kita ke rumah sakit sekarang.” Leo menggendong Maureen menuju mobil, saat memasuki mobil, Leo melihat begitu banyak darah mengalir di kaki Maureen, perasaannya sangat gelisah dan khawatir luar biasa.
Leo dengan cepat memacu mobil menuju rumah sakit, dia berharap Maureen dan anak mereka baik-baik saja. Sementara itu, Ema tersenyum puas melihat Maureen kesakitan, dia baru saja memasukkan obat penggugur kandungan ke dalam susu yang dibuat oleh Leo tadi.
Ema sangat membenci Maureen karena menurutnya, Maureen sudah merebut perhatian Leo. Ema yang tahu kalau Leo begitu berbahaya, memutuskan untuk kabur malam itu juga dan pergi sejauh mungkin agar Leo tidak bisa menemukannya.
“Setidaknya aku sudah membunuh Maureen dan bayinya, mampus kalian.” Ema mengeluarkan seringainya dan puas atas apa yang menimpa Maureen.
Di rumah sakit, Leo mendengar jeritan Maureen, dia tidak tahan dengan suara itu. Maureen juga merasa kalau dirinya ingin mengejan saat ini, dokter memeriksa bukaan Maureen dan ternyata sudah lengkap.
Leo diminta oleh perawat untuk masuk ke dalam ruang bersalin mendampingi Maureen.
Maureen mengejan dengan kuat hingga seorang bayi lahir, Leo yang menyaksikan perjuangan Maureen melahirkan anak mereka jadi terharu, dia menciumi wajah pucat yang telah berjuang melahirkan anaknya.
Dokter menatap kecewa pada Leo dan Maureen, karena anak yang dilahirkan oleh Maureen sudah meninggal sesaat setelah dilahirkan, kondisi sang bayi membiru.
“Tidak mungkin dokter, anakku pasti baik-baik saja,” tangis Maureen sedangkan Leo hanya terdiam dengan air mata yang menetes membasahi pipinya.
Dokter memberikan bayi itu pada Maureen, benar saja, anak itu tidak bernafas lagi, sudah tidak bernyawa. Maureen pingsan seketika, kondisinya juga menjadi lemah dan perlu dirawat secara intensif.
Leo memakamkan putri kecil mereka keesokan harinya dan kembali ke rumah sakit untuk menjaga Maureen. Hasil pemeriksaan sudah keluar dan dokter menyatakan kalau Maureen telah meminum obat penggugur kandungan, itulah yang menyebabkan bayinya tidak selamat dan kondisi Maureen memburuk.
Leo mengepalkan tangannya, dia pasti akan mencari tahu siapa yang telah mencelakai Maureen dan anaknya. Leo bergegas pulang ke rumah dan memanggil para pelayan yang bekerja di rumah itu, Leo menyidang semuanya dan tidak melihat Ema.
“Di mana Ema?” tanya Leo dengan tegas.
“Dia sudah pergi saat Nyonya Maureen dibawa ke rumah sakit tuan.”
“Brengsek, cari dia sampai ketemu, jika dalam dua hari ini kalian gagal menemukan dia, aku akan memenggal kalian semua.” Semua anak buah Leo langsung bergerak untuk mencari Ema, dia lalu memeriksa rekaman cctv di rumah itu dan benar saja, dia melihat Ema memasukkan sesuatu ke dalam susu yang Leo buat.
“Kau cari masalah denganku Ema, kau pikir bisa lari ke mana hah? Dunia ini begitu sempit untukku,” geram Leo dengan mata merah menahan amarah.
Butuh waktu satu hari saja untuk Leo menemukan keberadaan Ema, sekarang wanita itu sudah dimasukkan ke ruang penyiksaannya. Dia belum ingin menganiaya Ema karena masih sibuk untuk menjaga Maureen yang masih di rawat, kondisi Maureen mulai pulih dan hanya butuh waktu satu sampai dua hari lagi untuk dirawat.
“Maafkan aku tuan, aku tidak bisa menjaga anak kita,” tangis Maureen pada Leo.
“Shtt jangan menangis lagi, semua ini kesalahanku Maureen, bukan kesalahanmu, aku yang ceroboh.” Leo menceritakan semuanya, Maureen hanya bisa menangis tersedu.
“Sekarang aku tidak bisa hamil lagi karena rahimku sudah rusak, aku sudah cacat tuan.” Obat yang diberikan oleh Ema memang sangat berbahaya, rahim Maureen tidak bisa mempertahankan sebuah janin lagi.
“Kita masih bisa berobat, jangan bicara begitu Maureen, tenanglah.” Maureen hanya bisa menangis dalam pelukan Leo.
...•••BERSAMBUNG•••...
campur aduk, semua jadi satu 🥺🥺🥺
Kok malah adu mekanik mereka,,,,, panik kan kamu Leo... udah tau istrinya ounya trauma di masa lalu... malah dikasarin, keterlaluan inj si leo anjjj
leooo. kau bodoh sekali/Sob//Sob/