Kesucian yang di renggut secara paksa karena di anggap wanita bayaran, membuat Elnara hamil hingga ia terpaksa harus menikah dengan orang yang merenggut kesuciannya. Lalu bagaimana kalo ia dipaksa membuat perjanjian harus meninggalkan bayi nya setelah lahir? Sanggupkah ia bertahan hidup seatap dengan pria yang paling ia benci yang sudah menghancurkan masa depannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShiNe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Tawaran
" Tidak ! hentikan ! " pekik Aryan tergagap dalam dunia mimpinya hingga kemudian dia tersadar dan langsung mendudukan tubuhnya dengan napas terengah.
" Mimpi buruk lagi, Ar? " Oma Herlina yang sudah duduk di sofa tunggal menunggu dengan sabar sampai cucunya itu terbangun dengan sendirinya, kini ia mengambil segelas air lalu memberikannya pada Aryan yang mengusap keringat dinginnya.
" Oma sudah lama di sini? "
" Mengapa tidak tidur di rumah saja ? Apa enaknya tidur di kantor seperti ini? "
Aryan mengambil sebutir obat yang selalu tersedia didekatnya lalu meminum air putih hingga setengah gelas.
" Sampai kapan kamu akan ketergantungan dengan obat itu? "
" Sampai Aryan bisa melarikan diri dari mimpi buruk! " Aryan kembali merebahkan tubuhnya yang berat di sofa ruang kerjanya. Bayangan demi bayangan yang selalu menghantuinya terus berputar dalam ingatannya hingga trauma masa kecilnya itu seolah terus menghantuinya.
" Ikhlaskan dan lepaskan, Ar. Mulailah mencari kebahagiaan sejati . Bukan hanya kesenangan sesaat , obat itu tidak akan bisa mengobati luka hatimu. "
Aryan yang mencoba kembali memejam setelah meminum obat penenang itu malah risih dengan ucapan sang Oma yang membuat telinganya gatal.
" Oma bukannya mau ke rumah sakit ya? kenapa malah ke sini? "
Herlina yang sudah tua itu masih harus menambah porsi kesabarannya menghadapi dua pria berhati batu dalam hidupnya.
" Opa mu mendadak tidak enak badan. Kau sudah makan? Oma bawa lasagna, masih hangat ."
Aryan segera membangunkan tubuhya kembali melihat perhatian sang nenek yang tak lelah mengasihinya meski usianya sudah berkepala tiga . Perlakuan lembut khas seorang ibu selalu ia dapatkan dari sang Oma , dengan telaten Oma Herlina menyiapkan makanan untuk cucunya.
Aryan mengangguk menikmati sekotak lasagna yang langsung lumer di dalam mulutnya . Padahal raganya sedang lelah dan ingin memejam barang sedikit saja saat ini.
" Kamu tidak ingin tahu kondisi Nara, Ar? "
" Harus banget ya? " Aryan kini baru paham mengapa sang Oma datang ke kantornya malam ini dan susah payah membawakannya makanan . Napsu makan Aryan langsung hilang karena sudah bisa ditebak akan kemana arah pembicaraan mereka.
" Apa Oma mengajarkan mu menjadi pria tak berperasaan? Nara mencoba bunuh diri dengan meminum cairan pembersih lantai . Dia begitu frustasi dengan kehamilannya." Oma mendapat kabar dari rumah sakit kalau Nara hendak bunuh diri di saat perawat yang ia tugaskan menjaga Nara sedang lengah. Beruntungnya perawat tadi menemukan Nara tepat waktu sehingga wanita itu dan bayinya bisa diselamatkan.
Tadinya Oma berniat ke sana dengan Opa dan Aryan tapi Opa berkata ia tak enak badan hingga akhirnya Oma memilih datang ke kantor Aryan berharap pria itu mempunyai rasa empati sedikit saja dengan kondisi Nara dan mau melihat keadaan gadis itu bersama dirinya.
Aryan menghentikan kegiatan makannya , lantas ia termenung dengan pandangan kosong. " Lalu, dia jadi keguguran? "
" Aryan! Kamu jangan keterlaluan! Dia jadi seperti ini juga karena siapa?" sentak Oma Herlina . Ia tak habis pikir dengan pertanyaan cucunya. Sungguh tak ada rasa empati sama sekali, pikir Oma.
Aryan berdiri dari duduknya, ia memilih beranjak dari hadapan sang Oma . Dirinya tak tahan karena sang Oma terus mencecarnya tanpa ia merasa siap.
" Aryan juga sudah membayar biaya rumah sakit ibunya bahkan membayar hutangnya pada boss nya yang dulu. Lalu apa lagi Oma? "
" Dia bukan wanita bayaran yang biasa kau pakai lalu kau bayar lantas semua selesai sampai di sana! Semua yang kau lakukan tidak sebanding dengan beban mental yang ditanggungnya . Dia hamil di luar nikah Aryan ! Mati-matian dia bekerja demi mengobati ibunya yang sakit , Lalu kalau hamil begini apa yang bisa dia lakukan? Apa kamu bisa tidur nyenyak kalau Nara bunuh diri? Apalagi dia membawa darah daging mu di dalam rahimnya! Kau yakin tak akan ada penyesalan kehilangan calon anak mu? "
Aryan tidak lagi membantah dan memilih menghadapkan tubuhnya ke dinding kaca super besar di ruang kerjanya.
" Nikahi Nara, Ar . Anak itu adalah darah dagingmu . Hasil perbuatanmu sendiri, dia tidak minta dihadirkan tapi kamu yang membuatnya ada. Kamu mampu bertanggung jawab atas perusahaan sebesar ini . Tapi kamu terlalu kecil untuk bertanggung jawab terhadap satu orang gadis saja.
Aryan kembali menggeleng cepat , sebuah kata pernikahan terlalu traumatik di dalam kamus hidupnya. Bayangan pernikahan kedua orang tuanya yang kacau mau tidak mau kembali hadir.
Oma Herlina kini pun berdiri menghampiri cucunya dan kemudian memegang kedua pundaknya. "Kamu akan tahu apa itu bahagia dan tanggung jawab sebenarnya saat kamu memiliki keluarga, Ar. "
Sementara di Rumah sakit tempat Nara dirawat , sebuah derap langkah yang pelan namun pasti ditambah ketukan tongkat kayu di lantai rumah sakit kini menggema di ruangan yang hanya diisi oleh seorang gadis dengan jarum infus yang masih menancap di punggung tangannya.
Nara lantas menoleh ke arah sumber suara dan ternyata seorang pria tua yang begitu sinis menatap wajahnya.
" Elnara Adhizty? "
Nara lantas mengerutkan dahinya dan mulai waspada meski tubuhnya sangat lemas usai dirinya yang nekat menenggak cairan pembersih lantai. Beruntung kandungannya tidak bermasalah hanya tubuhnya saja yang lemas saat ini.
" Anak tunggal, tulang punggung keluarga . " Opa Haris mulai menjabarkan hasil penelusurannya terhadap gadis dihadapannya saat ini. " Setelah dengan Aryan dengan siapa lagi kamu tidur? "
Deg!
Nara hanya mampu menggeleng lemah dan tak ingin menggubris ataupun bertanya siapa pria tua ini. Kini yang ada dalam pikirannya hanya sang ibu yang pasti sedang menunggunya .Nara memang sempat gelap mata karena penderitaan yang terus datang bertubi-tubi sehingga ingin mengakhiri hidupnya tapi saat dirinya terbangun dan masih hidup setelah menenggak cairan pembersih lantai ia cukup menyesali perbuatannya kala mengingat sang ibu yang saat ini tak punya siapa-siapa selain dirinya.
Pria itu lantas mendekati brangkar Nara dengan tatapan tajam. " Mengapa kamu ingin bunuh diri? Kamu berharap agar anak yang kamu kandung itu keguguran begitu? "
" Karena saya tidak menginginkannya . Anda ini siapanya pria brengssek itu? "tanya balik Nara dengan tatapan menerawang siap untuk hal menyakitkan lain yang mungkin menantinya setelah ini.
Gadis itu paham bahwa Aryan yang telah kejam terhadapnya itu bukanlah orang sembarangan. Sampai polisi saja bisa bertekuk lutut dan tidak berani meneruskan laporannya hingga Nara berpikir pria tua ini pasti masih berhubungan dengan pria yang ingin sekali Nara ludahi wajahnya.
" Kalau saya bilang, saya menginginkan bayi itu bagaimana ? "
Nara menatap ke arah Opa Haris tidak suka . " Mau anda apa? Langsung saja ! "
" Dengar-dengar ibumu sakit dan butuh banyak uang. "
Nara kembali menyalakan alarm waspada karena Opa Haris sudah menyebut sang ibu.
" Kamu bisa menikahi Aryan hanya sampai anak itu lahir lalu pengobatan ibumu akan terjamin. "
.
...****************...
ingat ya, kalau hidupmu berantakan itu mungkin balasan dari tuhan atas kelakuanmu yang sudah mencuri karya saya.