NovelToon NovelToon
Legenda Kultivator Naga

Legenda Kultivator Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Kelahiran kembali menjadi kuat / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:855
Nilai: 5
Nama Author: Gregorious

Namanya Wang Chen. Dia adalah seorang pemuda bodoh yang bahkan dianggap gila oleh para murid Perguruan Tangan Sakti.

Hanya Souw Liancu yang tidak melihat seperti itu. Souw Liancu merasa Wang Chen selalu melindunginya dan kekuatan Wang Chen tidak ada bandingannya.

Wang Chen bisa bertindak di luar nalar saat dibutuhkan, dan bisa muncul jadi sosok tangguh saat dibutuhkan. Souw Liancu tahu kalau Wang Chen memiliki latar belakang luar biasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gregorious, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2 Perguruan Tangan Sakti

Perjalanan sisa hari itu berlangsung tanpa insiden berarti. Menjelang sore, mereka akhirnya tiba di kaki Gunung Taishan, tempat Perguruan Tangan Sakti berada. Bangunan-bangunan perguruan itu tersebar di lereng gunung, dihubungkan dengan jalan setapak yang berkelok-kelok dan tangga-tangga batu yang curam.

Gerbang utama Perguruan Tangan Sakti menjulang tinggi, diukir dengan naga dan phoenix yang saling bertautan. Dua orang penjaga berdiri di depan gerbang, mengenakan seragam hijau tua dengan lambang tangan terbuka berwarna putih di dada mereka.

"Kami ingin bertemu dengan Sesepuh Kong Jin," kata Souw Liancu dengan sopan ketika mereka berhenti di depan gerbang.

Salah satu penjaga memandangnya dengan tatapan menyelidik. "Sesepuh Kong Jin sangat sibuk. Kalian harus membuat janji terlebih dahulu."

Souw Liancu mengeluarkan sebuah medali giok dari kantongnya. Medali itu berukir dengan karakter khusus yang langsung membuat kedua penjaga itu membungkuk hormat. "Maafkan kami, Nona. Kami tidak tahu. Silakan masuk. Kami akan segera memberitahu Sesepuh Kong Jin."

Mereka dipersilakan masuk dan dibimbing melalui jalanan berbatu yang indah. Di kiri kanan jalan, murid-murid perguruan sedang berlatih, suara benturan senjata dan teriakan kiai terdengar dari berbagai arah. Bangunan-bangunan bergaya kuno berdiri megah, atapnya yang melengkung tertutup genteng hijau yang mengkilap.

Akhirnya mereka tiba di sebuah aula besar. Seorang pria tua dengan janggut putih panjang duduk di sebuah kursi besar yang terbuat dari kayu jati. Matanya yang tajam menatap Souw Liancu dengan penuh perhatian.

"Liancu," panggilnya dengan suara yang hangat. "Sudah lama kita tidak bertemu. Kau sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik."

Souw Liancu membungkuk hormat. "Paman Kong Jin, maafkan saya tidak bisa berkunjung lebih awal."

Kong Jin mengangkat tangannya. "Tidak perlu minta maaf. Aku mengerti situasi ayahmu sangat sulit akhir-akhir ini. Dialah yang mengirimkan surat kepadaku, memintaku untuk melindungimu."

"Ya, Paman. Bahkan dalam perjalanan kemari, kami diserang oleh musuh-musuh ayah."

Wajah Kong Jin mengeras. "Mereka sudah melampaui batas. Tetapi di sini kau akan aman. Tidak ada yang berani membuat masalah di Perguruan Tangan Sakti."

Kemudian Kong Jin memanggil salah satu murid senior. "Bawa Nona Souw ke paviliun timur. Berikan dia kamar terbaik."

"Tunggu, Paman," potong Souw Liancu dengan cepat. "Ada satu hal yang ingin saya minta."

Kong Jin mengerutkan kening. "Apa itu?"

"Saya mohon Paman merahasiakan identitas saya. Jangan beritahu siapa pun bahwa saya adalah putri Menteri Kebudayaan. Saya tidak ingin menarik perhatian atau membawa masalah ke perguruan ini."

Kong Jin terdiam sejenak, kemudian mengangguk dengan bijak. "Permintaan yang cerdas. Aku akan merahasiakannya. Hanya aku dan muridku yang paling dipercaya yang akan tahu identitas aslimu. Tetapi aku tetap akan memberikanmu perhatian khusus, karena kau adalah anak dari sahabatku yang sangat baik. Orang yang dicintai rakyat dan yang selalu memperjuangkan keadilan."

"Terima kasih, Paman. Itu sudah lebih dari cukup."

"Dan kau," Kong Jin menatap Tan Peklong. "Kau adalah pengawal setianya?"

Tan Peklong membungkuk. "Ya, Sesepuh. Saya Tan Peklong, ditugaskan oleh Menteri untuk melindungi Nona Souw."

"Baik. Kau juga akan diterima sebagai murid di sini. Kalian berdua dapat memulai latihan besok pagi."

Malam itu Souw Liancu tidur dengan perasaan lega bercampur cemas. Ia lega karena akhirnya sampai di tempat yang aman, tetapi cemas karena tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dan dalam tidurnya, ia bermimpi tentang lelaki berambut panjang yang menyelamatkannya, punggung tegapnya, dan caranya mengalahkan musuh-musuh dengan sangat mudah.

Keesokan harinya, Souw Liancu bangun pagi-pagi sekali. Ia mengenakan seragam murid baru yang telah disiapkan untuknya, sebuah jubah hijau muda dengan sabuk putih yang menandakan bahwa ia adalah murid tingkat pemula. Setelah sarapan sederhana di kamarnya, ia memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi perguruan untuk lebih mengenal lingkungan barunya.

Udara pagi di lereng gunung sangat segar. Kabut tipis masih menyelimuti beberapa bagian perguruan, memberikan suasana yang mistis dan tenang. Souw Liancu berjalan melewati berbagai bangunan, mengamati para murid yang sudah mulai berlatih meskipun matahari belum sepenuhnya terbit.

Saat ia melewati sebuah lapangan latihan yang agak terpencil, ia mendengar suara teriakan dan tawa yang kasar. Penasaran, ia mendekat dan bersembunyi di balik sebuah pohon besar untuk melihat apa yang terjadi.

Di tengah lapangan, sekelompok murid sedang mengerumuni seseorang. Mereka menendang dan mendorong-dorong orang itu sambil tertawa dan mengejek. Souw Liancu merasa darahnya mendidih melihat pemandangan itu. Ia benci penindasan dalam bentuk apa pun.

"Dasar gila! Kenapa kau tidak berteriak seperti biasanya?" ejek salah seorang dari mereka.

"Ya, ayo berteriak! Hibur kami!" sambung yang lain sambil mendorong korban mereka hingga jatuh ke tanah.

Souw Liancu tidak tahan lagi. Ia melangkah keluar dari persembunyiannya dan berteriak, "Hentikan!"

Para penindas itu menoleh dengan wajah terkejut. Mereka melihat seorang gadis muda dalam seragam murid baru berdiri dengan wajah marah.

"Eh, ada murid baru yang sok pahlawan," kata salah satu dari mereka dengan nada mengejek. "Sebaiknya kau jangan ikut campur, Nona. Ini bukan urusanmu."

"Kalian murid Perguruan Tangan Sakti yang seharusnya menjunjung tinggi kehormatan dan keadilan, tetapi kalian malah menindas orang yang lebih lemah. Bukankah kalian malu?" tantang Souw Liancu dengan berani.

Beberapa dari para penindas itu tampak tidak nyaman dengan kata-katanya, tetapi yang lain masih menyeringai. "Kau tidak tahu apa-apa tentang orang ini. Dia memang pantas diperlakukan seperti ini karena dia gila dan bodoh."

Souw Liancu berjalan mendekat dan melihat korban penindasan itu dengan lebih jelas. Seorang pemuda berusia sekitar dua puluhan, berambut acak-acakan, pakaiannya lusuh dan kotor. Wajahnya memar di beberapa bagian, tetapi yang menarik perhatian Souw Liancu adalah matanya. Meskipun tampak kosong, ada sesuatu di dalamnya yang membuat Souw Liancu merasa ada lebih dari yang terlihat.

"Siapa dia?" tanya Souw Liancu.

"Dia Wang Chen, tukang bersih-bersih di perguruan ini. Sudah lima tahun dia di sini, sempat diajari kultivasi tetapi ternyata dia terlalu bodoh untuk belajar. Sekarang dia hanya tukang sapu yang sering berteriak-teriak tidak jelas dan mengganggu orang."

Souw Liancu menatap Wang Chen dengan penuh belas kasihan. Pemuda itu hanya duduk di tanah, memeluk lututnya, tidak melawan dan tidak berteriak meskipun baru saja dianiaya.

"Aku tidak peduli apa latar belakangnya. Penindasan tetaplah penindasan. Kalian semua tidak punya hak untuk memperlakukannya seperti ini," kata Souw Liancu dengan tegas.

Salah seorang dari mereka melangkah maju dengan wajah marah. "Kau murid baru berani sok mengatur kami?"

Souw Liancu tidak mundur. "Jika kalian berani, hadapi aku dengan adil. Jangan hanya berani menindas orang yang lebih lemah."

1
Lintang Lia Taufik
Tulisannya rapi dan selalu bikin penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!