Isabella adalah Anak dari seorang pelayan yang bekerja di keluarga bangsawan, Thompson. Ia selalu menemani putri keluarga tersebut, Catalina Thompson.
Catalina selalu memperlakukan Isabella dengan buruk. Memperkejakan Isabella semena-mena. Suatu hari, Catalina mengalami kekalahan dalam bertaruh dengan teman-temannya. Ia memerlukan uang banyak, karena tidak ingin kebiasaan buruknya di ketahui oleh kedua orangtuanya, Catalina tega menjual Isabella pada mucikari.
Isabella tidak bisa membantah perlakuan Catalina. Wanita itu mengancam keselamatan ibunya. Tidak mau ibunya lenyap oleh Catalina, Isabella pasrah ketika dijual di rumah bordil.
Bagaimana kisah Isabella selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon susi sartika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi liar
Pagi harinya, Isabella terbangun lebih dulu. Tidak biasanya ia akan tetap tinggal di kamar itu sampai pagi menyingsing, mungkin karena kelelahan dan terlelap begitu permainan panas selesai.
Dilihatnya Alejandro pun masih tertidur dengan posisi tengkurap. Punggung tegapnya menjadi perhatian wanita itu. Semalam ia masih mengingat jelas, jika jemarinya menyentuh tubuh itu dengan sensuall.
"Bagaimana ini?" ia beranjak bangun, lalu menutupi tubuh polosnya dengan selimut. Sekarang Isabella bingung harus apa. Jika ia keluar kamar, sudah banyak pelayan yang berlalu lalang, mulai menjalankan tugas.
"Tuan.. tuan.." Isabella memberanikan diri membangunkan Alejandro.
"Hemm.." pria itu bergumam tidak jelas.
"Tuan, ini sudah pagi. Aku harus bagaimana?" Isabella berkata lirih. "Aku ingin kembali ke kamar ku, apa Emma menunggu ku di depan?"
"Tuan.." wanita itu mengguncang bahu Alejandro agar cepat bangun.
Tanpa banyak bicara, Alejandro menarik lengan Isabella, lalu memeluknya erat. "Tidur lagi, aku tidak mengijinkan mu pergi dari sini."
Isabella terdiam, ia menikmati wajah tampan Alejandro yang berjarak sangat dekat dengannya. "Tuan.."
"Diamlah! aku masih mengantuk!" seru Alejandro tanpa membuka kedua matanya. Pria itu sudah memeluk Isabella bak guling kesayangan.
Isabella membeku, ia tidak bisa lagi membantah perkataan Alejandro. Lama menunggu, Isabella tertidur kembali.
***
Saat Isabella terbangun, Alejandro terlihat sudah rapih. "Maaf tuan.." Isabella segera menundukkan kepala, meminta maaf karena terlambat bangun dari sang tuan.
Alejandro tidak membalas ucapan Isabella, pria itu sedang menikmati secangkir teh hangat di tangannya. "Kau ingin terus tellanjang seperti itu? menggoda ku, hem?" ucapnya seraya meletakkan kembali cangkir ke atas meja.
Isabella mengeratkan selimut yang menutupi tubuh polosnya. "Maaf, aku akan segera membersihkan diri." ucapnya. Pergerakan Isabella terhenti tatkala ia baru menyadari jika sekarang ia tengah di kamar lain, bukan miliknya. "Aku.. aku.." ia gugup, takut bertanya. Tatapan Alejandro benar-benar terlihat seperti sedang mengulitinya.
"Pintu itu menuju pemandian, mandilah di sana. Emma sedang menunggu mu." kata Alejandro yang seolah mengerti apa yang sedang dikhawatirkan Isabella
"Terimakasih tuan.." dengan langkah cepat Isabella menuju pintu yang dimaksud. Benar saja, di sana ada Emma dan seorang wanita lainnya.
"Kau sudah bangun?" Emma menyapa Isabella. "Kemarilah, aku akan membantu mu.." ucap Emma.
Isabella mengangguk lalu mendekati Emma, kedua matanya melirik pada wanita yang tengah asik membaluri tubuhnya dengan wewangian.
"Apa kau wanita kesayangan Ale, saat ini?" wanita itu bertanya tanpa menoleh ke arah Isabella.
Isabella melirik pada Emma, meminta penjelasan pada wanita itu.
"Jangan hiraukan dia.." ujar Emma.
"Kau terlihat sangat lugu.. kau datang dari rumah bordil?" tanyanya lagi.
"Nona Rossi, diamlah!" tegur Emma.
Wanita yang bernama Rossi itu terkekeh. "Kau semakin berani pada ku, Emma. Lihat saja nanti, aku akan memberi mu perhitungan." ucapnya sinis.
Emma kembali fokus membantu Isabella merawat rambut panjangnya, serta membalurkan ekstrak bunga mawar.
"Terimakasih, Emma. Tapi aku bisa sendiri." ujar Isabella yang tidak terbiasa di perlakukan seperti seorang putri.
"Aku membantu mu supaya cepat selesai. Setelah ini, kau duduk di atas uap itu." Emma menunjukkan cawan dari logam yang terdapat kepulan uap.
"Apa itu?"
"Itu beberapa ramuan yang bisa merawat bagian kewanitaann mu." jelas Emma. "Kau pasti membutuhkannya.."
Isabella tertunduk, ia tersipu malu. Emma begitu lancar mengatakan hal pribadi seperti itu.
"Nona Rossi! kau di larang masuk ke sana!" seru Emma yang melihat Rossi hendak memasuki pintu, yang membawa Isabella ke pemandian ini.
Rossi melototi Emma, ia mengeram kesal. Kemudian, Rossi bergegas keluar dari pemandian ini.
"Siapa Rossi, Emma?"
Emma tidak mau menjawabnya, ia bergegas mengerjakan tugas lainnya. Menghindari pertanyaan Isabella.
Seusai mandi dan melakukan perawatan, Isabella kembali ke kamar yang ditempatinya semalam bersama Alejandro.
Isabella terkesiap melihat Alejandro masih berada di sana.
"Kemari.." Alejandro menyuruh Isabella untuk mendekat. "Isi perut mu.."
Isabella menurut, ia menikmati hidangan makanan mewah yang tersedia. "Tuan, apa setelah ini aku bisa pergi?" tanya Isabella sembari mengunyah.
"Jangan berbicara saat makan."
Isabella mendengus kesal, ia kembali menikmati makanannya.
"Aku sudah kenyang." meskipun lezat, tetap perut kecilnya tidak bisa menampung makanan lebih banyak lagi. "Aku boleh pergi?" tanya Isabella.
Alejandro diam, ia tidak menanggapi ucapan Isabella. Alejandro sibuk mengukir sebuah logam mulia dan batu permata, setelah sebelumnya membersihkan pistol yang selalu menempel di tubuhnya.
Isabella menghela, ia tidak berani bersuara lagi. Bisa-bisa ia di tembak dengan pistol karena berani mengganggu ketenangan sang tuan.
"Kau tidak bisa keluar dari kamar ini." ucap Alejandro memecahkan keheningan.
"Kenapa?"
Alejandro menghentikan kegiatannya, ia beralih menatap Isabella. "Bukankah kau berjanji akan belajar untuk memuaskan ku?"
Isabella terkesiap, apa maksud ucapan tuanya itu? apa mereka akan melakukan kegiatan panas lagi? oh.. tidak! Isabella masih terlalu lelah untuk mengulanginya.
Alejandro menepuk pahaanya. Mengisyaratkan agar Isabella duduk di pangkuannya
Dengan ragu, Isabella menurut. Wanita itu duduk di pangkuan Alejandro dengan kepala yang tertunduk. Bertatapan langsung dengan Alejandro membuat Isabella gugup.
Alejandro menjepit dagu Isabella, agar tatapan mereka bertemu. "Kenapa? apa kau ragu, ingin belajar memuaskan ku?" Alejandro berbisik, ia mengeluarkan suara yang terdengar serak, bulu kuduk Isabella meradang.
Hangat nafas Alejandro begitu menggetarkan jiwa. Mereka sangat dekat dengan posisi yang cukup erotis. Apalagi jemari Alejandro menyentuhnya dengan sensuall.
Alejandro menyatukan bibir mereka, membelit dengan lembut. "Ciuman mu sangat buruk, kau harus mencium ku dengan liar. Aku suka wanita liar." gumamnya di sela pagutan itu.
Perlahan, Isabella membalas ciuman itu. Menyatu, terlepas, menyatu kembali, begitu seterusnya sampai Isabella terbiasa melakukannya.
"Sekarang.. bukan hanya sekedar ciuman, kau harus mahir melakukan ini..." Alejandro menyeringai. Ia ingin Isabella melakukan apapun yang ia inginkan. Menjadikan Isabella wanita liar saat bersamanya.