( 21+ ) Sebuah pernikahan yang terjadi karena harta warisan, menjadi sebuah jalan bagi Veronika, si pekerja malam untuk membalaskan dendam masa lalunya. Dijadikan sebagai istri kedua yang memiliki misi untuk memisahkan sepasang suami istri, tentulah membuatnya merasa sangat semangat. Dia juga harus menghadapi Ibu mertua dan istri pertama dari suaminya, bagaimana detail kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dugaan Tentang Veren
Setelah kegiatan bersama Erick selesai, Veren kembali duduk dipangkuan si pria tinggi besar yang kini tengah menyesap sebatang rokok dan membuang asapnya ke arah lain. Cukup berdekatan dengan Veren, sungguh dia merasa sangat lega. Apalagi, saat mendengar jika suaminya memiliki istri yang sangat dia cintai. Veren juga terlihat tak berminat dengan pria itu, berarti tidak ada yang perlu di khawatirkan. Yang paling penting adalah terus memastikan agar Veren baik-baik saja, begitu juga dengan Denzo yang sudah dia anggap sebagai putranya sendiri meski jarang sekali menemuinya.
" Vero, langkah apa yang akan kau ambil setelah ini? " Tanya Erick seraya mematikan puntung rokok nya. Tangannya mulai bergerak mengusap bagian punggung Veren lalu menjatuhkan tubuh Veren kedalam pekukannya. Di usapnya lembut kepala Veren, tak lupa juga memberikan kecupan disana.
" Aku akan mengikuti saja alur mereka. Tapi tetap aku akan yang akan jadi pengendalinya. " Veren juga memeluk pria yang selama ini selalu bertindak layaknya seorang suami. Dia menyisipkan jemarinya diantara banyaknya rambut Erick lalu membuat dahi mereka saling menempel.
" Kau sedang datang bulan, jadi jangan memancing ku. Kau tahu bagaimana aku kan? " Meskipun berbicara seperti itu, Erick tetap saja memposisikan wajahnya agar bisa berciuman dengan Veren.
" Lihatlah, mulut bicara jangan, tapi si brengsek ini tidak bisa mengendalikan tubuhnya. " Erick tersenyum sembari mengusap lembut wajah Veren, masa bodoh dengan apa yang Veren katakan, dia mulai menyambangi bibir indah Veren dan memainkan lidahnya disana.
" Vero ku, sepertinya aku akan menyusahkan tangan mu lagi. " Erick menuntun tangan Veren kebagian intinya, tentulah Veren tahu benar apa yang harus dia lakukan.
" Tanganku saja masih pegal, kau sudah menginginkannya lagi? kau benar-benar seperti robot yang tidak kenal lelah. " Veren mulai mengeluarkan benda inti milik Erick. Keadaan benar-benar mendukungnya karena dia belum memperbaiki celananya setelah kegiatan pertama tadi.
" Ah,... Babe, " Lenguh Erick sembari menggerakkan tangannya ke bagian tubuh Veren yang paling ia sukai. Seperti inilah Veren dan Erick ketika bertemu. Entah orang lain akan menganggapnya hina, rendahan, atau kata kotor apapun itu, bagi Veren dia sama sekali tidak perduli. Selain karena Erick adalah pria yang setia, Erick adalah satu-satunya pria yang sama sekali tidak pernah terlihat tergoda oleh wanita lain. Iya, dari awal pertama bertemu dengan Veren secara tidak sengaja, dia memang tertarik dengan Veren karena Veren adalah wanita cantik yang tidak mudah untuk didekati. Tatapannya yang tajam tapi juga mengisyaratkan banyak luka membuat Erick begitu penasaran dengan Veren. Dengan kenekatannya, dia mencoba peruntungan untuk mendekati Veren. Sungguh keberuntungan bagi keduanya karena memiliki kecocokan dari berbagai sisi. Hingga pada akhirnya, lima tahun sudah mereka menjalani hubungan.
" Erick, apa kau akan kembali ke negaramu? " Tanya Veren yang entah mengapa tiba-tiba merasa akan kehilangan jika tidak melihat wajah Erick. Biasanya Erick akan kembali dua atau tiga bulan, kalau sudah sampai disana, dia akan sulit dihubungi meski sekretarisnya selalu mengirimkan photo tentang kegiatan keseharian Erick. Barulah kalau sudah benar-benar kosong dia akan melakukan panggilan Video kepada Veren untuk melepas rindu.
" Vero, apa kau sedang mengusirku? " Tanya Erick sembari memainkan jemari nya di punggung Veren dengan gerakkan yang menggoda.
" Kenapa aku harus mengusir mu? "
" Lalu, apa tujuan mu bertanya? "
Veren menegakkan tubuhnya untuk menatap mata Erick dengan seksama.
" Apa kau bisa tinggal lebih lama? tidak tahu kenapa, aku tiba-tiba merasa ragu dan takut dengan alasan yang tidak jelas itu apa. "
Erick menghela nafas lalu mengecup kening Veren. Ditatapnya dua bola mata berwarna coklat dengan tatapan yang terlihat tulus, jelas sekali kalau kata-kata Veren barusan benar-benar sungguhan.
" Aku akan cukup lama disini. Keadaan disana sedang stabil, jadi kalau tidak ada yang mendesak, aku tidak akan pergi meninggalkan wanitaku disini. "
" Kau sungguhan? " Pertanyaan Veren barusan benar-benar mendapatkan anggukan dari Erick dengan tatapan yang penuh keyakinan. Karena merasa begitu bahagia, Veren mendekatkan bibirnya ke telinga Erick lalu membisikkan sesuatu.
" Babe, sebenarnya datang bulan ku belum datang loh. "
Erick memundurkan tubuh Veren agar bisa menatap wajahnya. Dengan alis yang mengeryit saking bertautan Erick bertanya dengan tegas.
" Kau serius?! " Veren tersenyum lalu mengangguk. Dia bahkan sama sekali tidak terlihat takut dengan tatapan dingin dan tajam dari Erick kepadanya. Terus saja tersenyum sembari menggerakkan tubuhnya maju mundur agar si pemilik wajah seram ini segera menghilang dan ganti ekspresi.
" Vero, kau membuatku menuntaskan dengan jemari hingga dua kali, apa kau sengaja? "
" Iya, karena kalau tidak begitu, kau tidak bisa diajak bicara serius. "
Erick mendesah sebal, seketika dia mengangkat tubuh Veren, memapahnya menuju kamarnya. Veren yang merasa heran tentu saja dia sedikit memberontak kecil.
" Erick! kan sudah dua kali? "
" Tapi aku tidak mengeluarkan tenaga. Aku mau Veren ku yang bisa membuatku lemas. "
Klak....
Pintu tertutup rapat saat Erick mendorongnya dengan satu kaki.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Alex yang tak bisa tidur sedari tadi hanya bisa membaca beberapa dokumen diruang kerjanya. Sudah cukup lama ia berada disana, hingga suara ketukan pintu membuatnya teralihkan.
" Masuk! " Ucap Alex tanpa mau menduga-duga siapa orang yang mengetuk pintu ruang kerjanya.
" Ibu? " Alex bangkit dari posisinya, lalu berjalan mendekati Ibunya.
" Istirahat lah Nak. Ini sudah sangat larut. " Ucap Ibu yang tengah menatap putranya dengan tatapan iba. Alex tentu menyadari bagaimana Ibunya menatap wajahnya.
" Ada apa, Bu? "
Ibu Mila menghela nafas kesalnya. Rasanya tidak tahan kalau harus menyimpan saja apa yang dirasakan hatinya, maka mengungkapkan saja adalah pilihan terbaik.
" Kau sekarang memiliki dua istri, tapi lihatlah sekarang, semua istrimu malah sibuk dan belum juga pulang selarut ini. Ibu tidak habis pikir, apa yang ada didalam otak mereka. Satu begitu memikirkan dunia modelnya, satu lagi entah apa yang dia kerjakan sampai selarut ini. Oke lah kalau Angel Ibu bisa memahami, lalu bagaimana degan wanita itu? jangan-jangan dia sedang tidur bersama pria lain. "
Alex menghela nafas lalu mengusap wajahnya. Tidak tahu mengapa, tapi apa yang dikatakan Ibunya tentang Veren benar-benar dadanya berdenyut. Padahal, kenal saja baru satu hari, itupun mereka hanya sepatah dua patah saat bicara.
" Ibu, biarkan saja Veren melakukan apa yang dia lakukan. Lagi pula, dari awal dia tidak Ibu anggap sebagai menantu kan? "
" Alex, kenapa kau selalu membelanya? " Ibu Mila menatap Alex dengan tatapan menyelidik.
" Aku, " Alex mengepalkan tangannya erat. Membela? benarkah? kenapa? Alex kembali mengingat bagaimana mereka bertemu untuk pertama kali. Dalam balutan gaun pengantin berwarna putih, Veren memang terlihat cantik, anggun dan berkelas. Saat itu dia berpikir, Veren hanyalah wanita rendahan yang rela melakukan apa saja hanya demi uang. Tapi saat melihat wajah Veren tanpa sapuan make up, ditambah lagi cara dia berbicara, cara dia menatap nya, semua seolah tidak sesederhana hanya perihal uang.
TBC
semangat berkarya terus y tor👍❤️
sekali" bikin beda napa thor🤭🤭
ahh othor mah gg konsisten🤣🤣