Kisah ini menceritakan tentang dua insan manusia yang terpaksa menikah hanya untuk membahagiakan orang tua masing-masing.
Aluna Alexander seorang mahasiswi keperawatan terpaksa menikah dengan seorang pria asing putra dari sahabat Alexander.
Bryan Smith seorang CEO dingin, memiliki sifat cuek dan anti wanita. Baginya wanita yang patut dicintai di dunia ini hanya Eliza cinta pertama Bryan.
Akankah cinta mereka bersemi atau malah layu disaat cinta itu belum tumbuh?
Penasaran? Yuk baca trus ceritanya. 🤗
Jangan lupa masukan dalam list favorit agar tidak ketinggalan cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Kisah Aluna-Rossa
Keesokan harinya, Aluna dikagetkan oleh suara gadis yang tiba-tiba menyelinap masuk disaat Aluna masih tertidur nyenyak dikasur empuk miliknya. Kamar itu berukuran minimalis maklum saja Alexander hanya seorang guru di lembaga bimbingan belajar atau yang biasa kita kenal dengan istilah "bimbel". Jadi dia hanya bisa membeli rumah dengan budget minim asalkan bisa tidur dengan nyenyak, tidak kena hujan ataupun panas itu saja sudah untung bagi Alexander.
Pagi itu Aluna bangun kesiangan karena sekujur tubuhnya terasa lelah akibat kemarin hampir setengah hari dia habiskan untuk berdebat dengan Bryan. Mulai dari awal bertemu di cafe hingga terakhir berdebat di toko perhiasan sungguh sangat melelahkan bagi Aluna. Jadi hari ini mumpung hari libur, dia sengaja tidak memasang alarm agar bisa tidur lebih lama. Untungnya Alexander tidak mempermasalahkan, asalkan Aluna menerima perjodohan dengan Bryan itu saja sudah sangat membahagiakan. Toh selama ini Alexander bisa meng-handle semua urusan pekerjaan rumah tangga jadi kalau Aluna absen sehari untuk tidak mengurusi pekerjaan rumah tangga, dia tidak keberatan.
"Aluna kebo, woy bangun." Bisik Rossa ketika memasuki kamar Aluna.
Sementara Aluna hanya berguling ke kiri tanpa membuka mata. Dia masih asik dengan mimpinya.
"Aluna, kebo. Bangun!"
"Hm." Aluna masih memejamkan mata.
"Astaga nih anak, kebonya kebangetan deh." Karena kesal Aluna tidak merespon, Rossa langsung berteriak sambil melempar boneka beruang yang sedang dipeluk oleh Aluna.
"Kebo bangun, udah siang!"
"Astaga Ocha, kamu kenapa sih hobi sekali teriak! Kaget tahu, jantungku hampir copot nih." Aluna sambil mengusap dada dengan posisi mata masih belum terbuka sempurna.
"Lagian kamu, udah siang begini tumben belum bangun. Biasanya jam segini kamu sudah menyiram tanaman didepan." Rossa langsung duduk dikasur Aluna.
"Iya nih, aku merasa lelah sekali hari ini jadi sengaja bangun siang. Tumben kamu pagi-pagi sudah ada dirumahku. Ada apa?" Tanya Aluna sambil menguap.
"Ih bau, dasar jorok!" Rossa langsung menghindar menutup hidungnya untuk menghalau aroma tak sedap dari tubuh Aluna.
"Wajar kali, aku bau. Kan baru bangun tidur. Suruh siapa jam segini sudah bertamu ke rumah orang."
"Aku kesini mau bahas yang kemarin." Rossa mendekat kembali duduk dikasur Aluna.
"Bahas apa?" Tanya Aluna masih belum tahu maksud kedatangan Rossa.
"Aih, kamu berhutang penjelasan kepadaku tapi pura-pura lupa. Itu loh calon suamimu."
"Oh itu."
"Ayo coba ceritakan kepadaku." Rengek Rossa sambil memasang puppy eyes.
"Aduh, kalau sudah memasang wajah ini aku sudah tidak bisa berkelit lagi. Baiklah, akan aku ceritakan tapi aku mandi dulu."
"Idih, Aluna jahat. Aku sudah tak sabar malah kamu gantungin begini."
"Kamu mau aku bercerita dengan kondisi tubuhku seperti ini?"
"Ya sudah, aku akan menunggumu. Sana mandi tapi jangan pakai lama. Cukup lima menit saja dikamar mandi."
"Ocha gila, waktu lima menit tuh hanya cukup untuk menyikat gigi dan mencuci wajah saja. Aku membutuhkan waktu kurang lebih dua puluh sampai dua puluh lima menit per sekali mandi. Terserah kamu mau menunggu atau tidak." Aluna beranjak dari kasur sambil membawa handuk menuju kamar mandi.
"OMG, keburu basi ceritamu Luna."
"Bodo amat!" Aluna tetap berjalan tidak menghiraukan Rossa.
"Tapi ya sudahlah, demi bahan gosip aku akan menunggu kamu Luna." Ucap Rossa sambil mengepalkan tangan di depan dada.
Selama Aluna mandi, Rossa atau yang biasa dipanggil Ocha menunggu dikamar. Dia berkeliling melihat isi kamar sahabatnya. Dia sudah jarang sekali berkunjung kerumah itu akibat kesibukan kuliah yang mengharuskan mereka pulang sore hampir setiap hari belum lagi mengerjakan tugas kelompok, tugas praktikum dan Rossa juga baru-baru ini diberikan kepercayaan oleh sang Bunda untuk memeriksa keuangan lembaga bimbingan belajar yang di dirikan oleh keluarga Rossa.
Rossa melihat semua foto yang dipasang di dinding kamar Aluna. Semua barang yang ada disitu di dominasi warna biru, warna kesukaan Aluna. Mulai dari sprei, warna cat tembok, lemari yang dilapisi wallpaper sticker dinding dan beberapa hiasan kamar lainnya. Mata Rossa tertuju kesebuah foto yang terpasang diatas head board kasur Aluna. Di foto itu, terdapat dua orang gadis belia masih menggunakan seragam sekolah berpose alay dengan saling bergandengan tangan satu sama lain. Mereka nampak bahagia dalam foto itu. Foto itu diambil bertepatan dengan anniversary perayaan persahabatan antara Aluna dan Rossa.
"Kamu masih menyimpannya Luna. Aku terharu dengan kesetiaanmu terhadap persahabatan kita." Ucap Rossa sambil mengusap foto itu.
Flash back on
Pagi itu hari pertama semua murid memasuki tahun ajaran baru, sebelum memulai kegiatan belajar mengajar terlebih dahulu pihak sekolah mengadakan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), juga dikenal sebagai Masa Orientasi Siswa (MOS) atau Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPD) dengan tujuan untuk melatih ketahanan mental, disiplin dan mempererat tali persaudaraan. Selain itu, MPLS juga sering dipakai sebagai sarana perkenalan siswa terhadap lingkungan baru di sekolah tersebut. Baik itu perkenalan dengan sesama siswa baru, senior, guru hingga karyawan lainnya di sekolah itu. (sumber wikipedia)
Bel sekolah berbunyi
Semua murid lulusan SMP dari berbagai sekolah berkumpul di lapangan basket SMA Harapan Pelita. Mereka berkumpul sesuai urutan nama dan kelas yang sudah diumumkan sebelumnya. Per kelas ada sekitar empat puluh orang sampai empat puluh lima orang. Aluna Alexander dan Rossa Dinata disatukan dalam kelas yang sama. Mereka duduk diatas alas yang sudah dibawa oleh masing-masing dari rumah. Aluna dan Rossa duduk bersebelahan.
Setelah kepala sekolah dan beberapa staf memberikan sambutan, semua murid diminta memasuki kelas.
"Selamat pagi semua." Sapa seorang senior yang diketahui bernama Nurma.
"Selamat pagi kak." Balas semua murid serempak.
"Kita mulai perkenalan dulu, mulai dari pojok kanan situ." Ucap Nurma sambil menunjuk kearah Aluna.
Aluna maju dan segera memperkenalkan diri di hadapan teman-teman baru.
"Halo semua, perkenalkan nama saya Aluna Alexander. Asal dari SMP Pelita Harapan Jakarta. Senang bertemu kalian semua." Ucap Aluna dengan nada lembut.
Satu persatu murid maju memperkenalkan diri. Kini giliran Rossa memperkenalkan diri. Dengan gemetar dia maju ke depan kelas.
"Halo se-semua, perkenalkan sa-saya Rossa Dinata dari SMP Merah Putih." Ucap Rossa dengan gugup. Dia memang sering mengalami demam panggung dan belum terbiasa tampil dihadapan orang banyak.
"Kamu kenapa gugup begitu? Apa kamu grogi?" Tanya Nurma.
"Iya kak, sa-saya sering mengalami demam panggung." Ucap Rossa lirih namun suaranya masih terdengar karena saat itu keadaan kelas sedang sunyi.
"Tidak apa-apa, nanti juga kamu akan terbiasa. Ya sudah silahkan duduk kembali."
Rossa langsung duduk kembali ke kursi semula setelah dipersilahkan Nurma. Rossa melirik ke arah Aluna, sementara Aluna hanya tersenyum dan mengulurkan tangan ke arah Rossa untuk mengenalkan diri secara pribadi.
Sesungguhnya mereka (novelis dan reader) yang memuja2 pebinor adalah manusia (novelis dan reader) dengan kesetiaan sangat rendah,
Coba tanya kan pada diri kalian, juga ada wanita lain yang suka pasa suami kalian dan berusaha sok baik didepan suami kalian dan berusaha dekat dengan suami kalian dan yang paling penting bawa suami kalian pergi jauh, apakah kalian akan bilang wanita itu adalah wanita baik2 dan punya cinta tulus bukan pelakor,
Coba tolong jangan munafik dalam menilai.
Karena sesungguhnya pelakor dan pebinor sama2 menjijikan
ujung2 nya balik ke Bryan