Cerita ini untuk pembaca dewasa. Baca dengan bijak❗
Cherry Gabriella mengambil satu keputusan nekat yang mengubah seluruh hidupnya, menjadi ibu pengganti bagi pewaris berhati dingin, Trevor Spencer.
Namun, ketika bayi mungilnya lahir, Cherry tak sanggup menyerahkan darah dagingnya, meski harus diburu oleh pria yang bisa membeli segalanya… bahkan nyawanya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
“Apa yang kamu katakan?” tanya Trevor datar.
“Enggak ada. Aku cuma bilang, bahaya kalau kamu taruh pistol di situ. Bisa-bisa Arnold lihat terus takut sama kamu,” sahut Edwin santai.
“Mana hasil evaluasi yang kuminta?”
“Ini.” Edwin meletakkan sebuah flashdisk di meja. “File-nya kusimpan tersembunyi, password-nya Edwinganteng123.”
Trevor sempat menatapnya aneh karena password konyol itu, tapi tidak berkomentar. Ia hanya mengambil flashdisk dan segera mencolokkannya ke laptop.
“Jadi, mereka sudah mulai bergerak,” gumamnya.
“Sepertinya begitu. Mereka sudah pulih dari sabotase yang kamu lakukan tujuh tahun lalu. Bukannya kapok, mereka malah makin ingin menjatuhkanmu. Mereka sangat ingin merebut segalanya darimu,” jelas Edwin serius.
“Mulai sekarang, fokus ke jalur bawah tanah,” perintah Trevor.
“Oke. Tapi kalau musuh sudah kembali, berarti kehidupan Cherry dan Arnold bisa terancam lagi. Kamu enggak mau menghentikan kuliah Cherry dulu dan memindahkannya ke kelas online?” tanya Edwin.
“Kelulusannya sudah dekat. Tidak perlu pindah ke online,” jawab Trevor tenang.
“Tapi kamu lupa apa yang mereka lakukan padanya dulu? Kalau waktu itu kamu enggak menyabotase markas bajingan itu, mungkin sampai sekarang mereka masih mengganggu Cherry dan Arnold. Dan sekarang… dendam mereka pasti berlipat ganda. Jeremy mati karena sabotase itu, dan sekarang anak sulungnya yang memimpin. Bisa dipastikan dia akan membalas dendam padamu,” Edwin mengingatkan dengan nada berat.
“Aku akan melipatgandakan pengamanan Cherry di luar,” ujar Trevor singkat.
“Syukurlah. Kukira organisasi itu sudah hancur. Nyatanya susah mati.” Edwin menghela napas. “Lalu apa rencana selanjutnya?”
“Untuk sekarang, kita sibukkan mereka dulu,” jawab Trevor.
“Hahhh, kerja lembur lagi dong.” Edwin menggerutu. “Andai aku juga punya Cherry yang bisa mijat-mijat. Iri banget padamu.”
Tatapan dingin Trevor langsung membuatnya buru-buru mengangkat kedua tangan, membentuk tanda damai.
**
Cherry berjalan menuju ruangan kantor Trevor sambil membawa sepiring kue. Ia mengetuk pintu sebelum masuk. Di dalam, ia melihat Arnold sedang duduk di pangkuan ayahnya. Keduanya tampak sedang berbicara serius.
“Arnold, Mama sudah bilang tunggu di kamarmu. Sebentar lagi jam delapan malam, kamu harus tidur,” tegur Cherry lembut.
“Aku cuma mau bilang selamat malam ke Papa, Ma,” jawab Arnold polos.
“Kalau sudah selesai, kembali ke kamarmu.” Cherry menatapnya tegas.
Arnold pun turun dari pangkuan ayahnya lalu keluar ruangan. Cherry berjalan mendekat dan meletakkan kue di meja Trevor. Itu adalah kue yang ia buat bersama Arnold tadi sore. Arnold sendiri yang bersikeras ingin memberikannya pada ayahnya, jadi Cherry yang mengantarkan.
“Mulai sekarang, kamu tidur di kamarku,” ucap Trevor tiba-tiba.
Mata Cherry melebar. “Arnold memaksamu, ya? Kamu tahu kan, kamu bisa menolaknya. Kalau kamu terus menuruti semua kemauannya, dia bisa jadi manja.”
“Dia bilang ini yang terakhir kalinya,” sahut Trevor tenang.
“Tetap saja. Sebentar, aku mau bicara sama anak itu,” kata Cherry kesal.
Namun Trevor menahan tangannya. “Dia pasti sudah mengunci pintunya. Sudah hampir jam delapan, biarkan dia tidur.”
Cherry akhirnya hanya mengangguk pasrah. “Kalau begitu, aku tidur di kamar sebelah.”
“Kalau besok dia lihat kita tidak tidur bareng, dia bilang tidak akan bicara sama kita lagi,” jelas Trevor.
“Jangan percaya. Dia enggak akan tega,” Cherry mencoba menolak.
“Lakukan saja. Aku sudah janji padanya. Kamu mau aku mengajarkan dia untuk mengingkari janji?” Trevor menatapnya lekat.
Cherry menggeleng pelan. “Baiklah, tapi besok aku tetap bicara sama dia.”
“Tidur di ranjang,” perintah Trevor.
“Enggak, aku di lantai saja,” Cherry buru-buru menolak.
“Lakukan saja,” desak Trevor.
Cherry mendengus kecil, lalu mengangguk. Ia keluar dari kantor Trevor dengan wajah cemberut dan menuju kamar.
Begitu masuk, matanya langsung tertuju pada ranjang besar itu. Ia mendekat, pipinya memanas. Sentuhan tangannya meraba seprai, ingatan lama tiba-tiba kembali. Dulu, saat pertama kali Trevor membawanya ke kamar ini, ia mengira itu hal yang wajar sebagai ibu pengganti. Mereka berbaring di ranjang ini… dan Cherry tak bisa melupakan bagaimana ia mencengkram seprai erat-erat, hampir merobeknya.
Ranjang besar berukuran king size itu terasa begitu kosong. Selama ini hanya Trevor yang tidur di sini. Apa dia tidak takut ada hantu tidur di sebelahnya? batin Cherry, mencoba menepis degup jantungnya sendiri.
“Belum ngantuk?” suara Trevor membuatnya terlonjak kecil.
Cherry buru-buru menoleh. “Kuenya sudah habis?” tanyanya, berusaha menutupi rasa gugup.
“Hm.” Trevor mengangguk singkat.
Cherry jadi bertanya-tanya, cepat sekali? Atau justru ia sendiri yang tidak sadar waktu karena terlalu sibuk dengan pikirannya?
Trevor menuju lemari, mengambil pakaian, lalu masuk ke kamar mandi. Cherry segera berbaring di tepi ranjang, menarik selimut tinggi-tinggi. Ia sengaja berada di ujung supaya tidak bersentuhan dengannya. Lagipula ia memang tidak banyak bergerak saat tidur.
Ia harus pura-pura tidur sebelum Trevor keluar dari kamar mandi, agar tidak merasa canggung. Tapi sialnya, matanya sama sekali tidak bisa terpejam.
Suara pintu kamar mandi terbuka membuatnya makin tegang. Cherry menggenggam erat selimut.
“Kamu kedinginan? Mau kunaikkan suhu AC?” tanya Trevor.
Jangan jawab, Cherry. Pura-pura tidur saja, batin Cherry panik.
Tak lama, suara AC terdengar berubah. Trevor benar-benar menaikkan suhunya.
Ranjang bergoyang ringan saat Trevor naik ke atasnya. Cherry bisa merasakan pergerakan selimut ketika pria itu ikut berbaring. Ia memejamkan mata rapat-rapat, mencoba menenangkan diri.
Malam ini… sepertinya akan jadi malam panjang bagi Cherry.