Azalea, Mohan, dan Jenara. Tiga sahabat yang sejak kecil selalu bersama, hingga semua orang yakin mereka tak akan pernah terpisahkan. Namun dibalik kebersamaan itu, tersimpan rahasia, pengkhianatan, dan cinta yang tak pernah terucapkan.
Bagi Azalea, Mohan adalah cinta pertamanya. Tapi kepercayaan itu hancur ketika lelaki itu pergi meninggalkan luka terdalam. Jenara pun ikut menjauh, padahal diam-diam dialah yang selalu menjaga Azalea dari kejauhan.
Bertahun-tahun kemudian, Jenara kembali. Dan bersama kepulangannya, terbongkarlah kebenaran masa lalu tentang Mohan, tentang cinta yang tersimpan, dan tentang kesempatan baru bagi hati Azalea.
Kini, ia harus memilih. Tetap terikat pada luka lama, atau membuka hati pada cinta yang tulus, meski datang dari seseorang yang tak pernah ia duga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Faroca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa Cemburu
Greb!!!
Tiba-tiba sebuah pelukan erat dan hangat dari belakang, membuat tubuh Azalea kaku seketika. Aroma parfum yang sangat familiar, memenuhi indra penciumannya. Dekapan itu, seakan ingin menenggelamkan tubuh mungil Azalea saat ini. Hembusan nafas beratnya mulai terasa mengalir di tengkuk gadis itu.
"Sebentar aja, biarin gue meluk lo. Biasanya cuma lo yang selalu bisa bikin gue nyaman," Suara berat itu terdengar di telinga Azalea.
Gadis mungil itu membeku ditempatnya, membiarkan lengan besar cowok itu melingkar dipinggangnya. Ada perasaan aneh di diri Azalea, debaran yang dirasanya saat ini tidak seperti dulu.
'Padahal dulu, gue sering deg-degkan parah kalo dapet pelukan dari dia. meski pelukan itu hanya sebatas pelukan seorang sahabat, tapi jantung gue tuh kaya pengen keluar sambil joget-joget India. Tapi hari ini, gue ngerasa biasa aja, meski masih ada, tapi itu cuma sedikit banget.'
"Mohan! lo berat, gue capek," seru Azalea, sesaat kemudian.
"Bentar lagi ya Za, please! Gue butuh lo saat ini," tahan Mohan.
"Tapi gue keberatan Mohan, badan Lo tuh gede banget ...." Mohanpun terpaksa melepaskan pelukan itu.
Azalea membalikkan badannya. "Kenapa sih lo? kusut banget mukanya," tanya Azalea melihat wajah frustasi Mohan
"Gue berantem sama Amara," jawabnya lesu.
Azalea mengangguk-anggukkan kepalanya, berpura-pura tidak tahu. Padahal dari awal pertengkaran mereka, Azalea berada disana.
"Gue ngerasa dia berubah Za,"
"Berubah? Jadi satria baja hitam gitu?" Azalea berkata sambil duduk di gazebo yang terdapat di taman belakang rumahnya.
"Aza, serius gue. Malah bercanda," kesal Mohan.
Azalea cengengesan, "Ya lo—udah beberapa bulan ini ngilang. Terus tiba-tiba bilang Amara berubah,"
"Tapi emang dia berubah Za, dia bukan Amara yang lembut. akhir-akhir ini dia egois dan suka marah-marah," cerita Mohan pada sahabatnya itu.
"Nggak soal sisi indahnya aja Moh, semua orang punya sisi egois, keras kepala bahkan menyebalkan. Dan itu, nggak akan terlihat langsung di awal kalian kenal. Menurut gue, lo terlalu terburu-buru. Lo cuma liat kelembutannya aja, jadi di saat sisi lain yang lo bilang egois itu mulai keliatan. Lo jadi kaget, padahal sisi keegoisannya mungkin udah ada sejak dulu," Azalea menasehati dengan suara lembutnya.
Mohan terdiam beberapa saat, seakan mencerna nasehat dari sahabatnya itu. "Za! Lama kita nggak nongkrong bareng, lo lebih dewasa deh."
Azalea tersenyum, "gue masih Azalea yang dulu Moh, cuma beberapa bulan terakhir ini. Tugas kuliah yang maksa gue buat jadi dewasa. Lo tau kan Psikologi?" ujar Azalea panjang lebar.
"Gue kangen Za, sama Lo dan Jenara?" ucap Mohan sambil mengelus rambut gadis itu dengan lembut.
"Masuk kedalem yuk, udah menggigil gue." Ajak Azalea yang langsung di setujui oleh Mohan.
Azalea berjalan menuju ruang tamu dengan diikuti oleh cowok itu. Sesampainya di ruang tamu, langkah kaki gadis itu tertahan. Di sofa ruang tamu, Jenara duduk dengan buku tebal yang saat ini dipegangnya. Sedetik kemudian, Jenara menatap Azalea dengan tatapan tajam membuat jantung Azalea berdebar kencang.
"My bro! Apa kabar," ucap Mohan sambil merangkul Jenara.
"Masih inget sama kita lo Moh?" ucapnya dingin.
"Masih nggak berubah cowok satu ini ya, tetep dingin seperti biasa." ujarnya sambil terkekeh. Tiba-tiba ponsel di saku Mohan berbunyi, nama Amara terpampang jelas dilayar ponselnya. Mohan beranjak menjauh dari kedua sahabatnya itu.
Azalea yang masih berdiri, menatap punggung Mohan yang mulai menjauh.
"Jangan diliatin terus, nanti nggak bisa lupa." ucap Jenara Sinis.
Azalea menatap Jenara bingung, dia merasa kaget dengan reaksi Jenara yang tidak seperti biasanya. "Sinis banget si lo ngomongnya," seru Azalea.
Jenara tersenyum sinis,"Seneng ya, dapet pelukan se-deep itu dari orang yang lo suka?"
"Je apaan sih, itu nggak seperti yang lo liat." ucap Azalea takut kalo Jenara jadi salah paham.
"Tiba-tiba Mohan peluk gue dari belakang tanpa setau gue, dia cuma butuh tempat buat bikin hatinya nyaman Je." jelas Azalea,
"Tapi lo juga nyaman kan?" tuduh Jenara, ada nada cemburu di suaranya.
"Nggak kok, gue malah nyuruh dia cepet lepasin gue." Azalea mulai bingung mau menjelaskan.
Jenara membuang muka, wajah cemburunya tidak bisa di sembunyikan. bayangan pelukan mereka tadi masih berputar di otaknya.
Azalea mendekati Jenara, gadis itu duduk disampingnya. "Je, pelukan itu bukan kemauan gue. Mohan tiba-tiba peluk gue, jangan marah ya?" ucap Azalea masih ingin menjelaskan.
Jenara meraup wajahnya kasar, tanpa sepatah kata—dia membawa Azalea kedalam pelukannya. Pelukan yang hangat, kuat tapi juga penuh gejolak.
Azalea membeku seketika, mendapat pelukan mendadak dari Jenara. Hatinya berdegup kencang, tak karuan.
'Kenapa tiba-tiba manusia es ini peluk gue? Masa dia cemburu sama Mohan? tapi kenapa beda banget rasanya, kali ini hati gue beneran pengen keluar sambil joget-joget India." ucapnya dalam hati.
'Sebenernya yang gue suka ini Mohan apa Jenara sih?' sambungnya lagi.
Jenara memejamkan matanya, wajahnya terbenam di rambut Azalea. Dia mencium lembut pucuk kepala gadis itu.
'Maaf, kali ini gue nggak bisa liat lo sama Mohan. Mungkin kedengerannya gue egois, tapi itu yang gue rasain.Gue benci rasa cemburu ini, tapi gue lebih benci lagi kalo suatu saat, gue harus kehilangan lo.'
Keheningan menyapa, hanya bunyi detak jantung mereka berdua yang terdengar begitu dekat. Hingga akhirnya, Jenara menarik nafas panjang dan lalu berkata.
"Jangan pernah bikin orang lain nyaman. Karena kenyamanan itu cuma buat gue," Bisik Jenara lembut.
Hati Azalea bergetar hebat, senyumnya pun terukir dibibir mungilnya.
Dan pelukan itu tetap tak terurai.