Apa jadinya, ketika hubungan rumah tangga jauh dari rasa saling memperhatikan? Apakah Laras akan mampu terus menahan jeritan-jeritan batin-nya yang selama ini ia pendam?
Simak keseruan konflik etika yang terjadi dirumah tangga Laras! Jangan lupa dukung karya baru ini, ya. See you~
Update: Setiap hari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imen Firewood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia yang Terjaga
Saat ini. Andi baru saja terbangun dari tidurnya. Ketika ia merasa sudah bisa sedikit mengobrol dengan Laras. Orang itu sudah tidak ada sejak ia perlahan membuka mata-nya. Hingga timbul pertanyaan di dalam batin Andi.
"Kemana Laras?" -Laras
Beberapa saat kemudian. Andi mendengar suara air mengalir. Seperti orang yang sedang mandi menggunakan shower. Pada jam 12 malam. Andi berpikir kembali.
"Apa ia jam segini sedang mandi?" -Andi
Andi melihat kearah jam dinding besar di kamarnya yang menunjukan pukul 12 malam. Setelah cukup termenung memperhatikan jam itu, Laras yang hanya mengenakan handuk membuka pintu kamarnya.
Tek!
Ia merasa kaget karena Mas Andi yang sudah terbangun saat ini. Karena hubungan mereka sudah bisa dikatakan mulai adanya komunikasi, Andi bertanya tentang kenapa Laras mandi malam-malam.
"Apa kamu baru saja mandi?" -Andi
"Iyaa, Mas ... Tiba-tiba saja, seluruh badan-ku merasa gerah." -Laras
Ketika Laras sudah dudu di sisi kasur, posisi Andi yang baru saja bangun dari tidurnya berada di belakang Laras. Laras sangat berharap, semoga Andi tidak meminta hal-hal seperti berhubungan. Karena Laras sudah terlalu lelah.
"Semoga ... Ia tidak ingin melakukan-nya sekarang." -Laras
Suara batin Laras itu tidak terucap di dalam-nya. Ketika Andi kini tengah bernafas di belakang tengkuk Laras. Menghembuskan nafasnya secara perlahan dan membuat Laras merasakan sensasi yang dingin.
Hmm ...
"Mas ... Aku baru saja selesai mandi." -Laras
"Tidak apa ... Aku suka dengan aroma di tubuh-mu." -Andi
Di dalam hati Laras. Kembali berkata, soal penolakan yang tidak bisa ia lakukan. Di saat begini, Andi akan malah merasa curiga dan hubungan yang baru saja dekat, bisa kembali menjauh menurut Laras.
Mau tidak mau, Laras akhirnya mulai menikmati setiap sentuhan-sentuhan itu. Ketika sentuhan kini mulai berjalan dari lutut Laras ke atas.
Nnggh~
Mas ...
Tangan Laras seakan mengikuti tangan kiri Andi yang mengusap-usap paha-nya. Seakan Laras ingin memberitahu Andi untuk lebih tidak terburu-buru.
Di tengah-tengah adegan itu berlangsung. Tiba-tiba saja suara Dina yang menangis terdengar dari kamar-nya. Ia memanggil Laras yang tidak berada di samping-nya ketika Dina bangun.
"Ibuuu ... !" -Dina
Mendengar suara itu, membuat sepasang suami istri itu menghentikan kegiatan-nya. Laras yang tadi-nya mendongak ke atas kini menatap Andi. Seraya mengatur deru nafas-nya yang tidak normal.
"Dina bangun, Mas ... Aku harus kesana." -Laras
Andi yang mengerti itu. Membiarkan Laras membenarkan kembali handuk-nya yang sudah turun. Andi tersenyum dan memberi kode bahwa Dina ingin di temani oleh Laras. Ia pun meninggalkan Andi kemudian.
Tek!
Suara pintu kamar yang di tutup Laras. Di satu sisi, Laras merasa tertolong oleh keadaan ini. Oleh Dina yang tidak sengaja membutuhkan diri-nya untuk di temani.
"Yaa tuhan ... Syukurlah. Tubuh-ku benar-benar sudah tidak kuat menerima-nya." -Laras
Andi yang sudah di tinggal sendiri di dalam kamar-nya. Memandang lama pintu yang baru saja Laras tutup. Serta menghembuskan udara kecil yang keluar dari mulut-nya.
Pyuuh~
Keesokan hari-nya.
Kini Laras telah menghianati pernikahan-nya. Di dalam diri-nya ia telah menyadari bahwa telah berselingkuh dengan Riko. Ketika keluarga kecil itu sedang sarapan pagi, Laras dengan hati-hati menyembunyikan hal-hal itu agar Andi tidak merasa curiga.
Di saat hubungan Laras dengan Andi mulai baik, ia harus berpaling menghianati-nya. Itu terlihat ketika pagi ini Laras sedang menyendok nasi untuk Dina dan Andi, sebuah pesan berbunyi di ponsel Laras yang tergeletak di meja menghadap kedepan.
Ting~!
Laras yang masih memegang piring Andi, dengan cepat membalik ponselnya agar Andi tidak melihat nama siapa yang mengirimi-nya pesan se-pagi ini. Pandang Laras dan Andi bertemu sebelum Laras mengalihkan perhatian-nya dengan tersenyum.
"Mau pakai lauk, apa Mas?" -Laras
Andi yang sempat terdiam beberapa saat. Secara tidak sadar langsung teralihkan. Tidak berpikir yang aneh-aneh sama sekali tentang Laras yang menurut ia, Laras sudah mulai perhatian.
"Apa aja ... Aku suka semua masakan-mu." -Andi
Mendengar itu, membuat Laras tersipu malu. Menunduk sebelum akhir-nya kembali menatap suaminya sambil tertawa lirih.
"Bisa aja kamu." -Laras
Pagi ini, menjadi awal pertumbuhan pernikahan mereka yang telah terasa hampa beberapa bulan kebelakang. Sekaligus, kehancuran akibat rahasia yang Laras pegang dan tidak ingin Andi mengetahui kebenaran-nya.
Bersambung ...