Ia dulu adalah Hunter Rank-S terkuat Korea, pemimpin guild legendaris yang menaklukkan raid paling berbahaya, Ter Chaos. Mereka berhasil membantai seluruh Demon Lord, tapi gate keluar tak pernah muncul—ditutup oleh pengkhianatan dari luar.
Terkurung di neraka asing ribuan tahun, satu per satu rekannya gugur. Kini, hanya dia yang kembali… membawa kekuatan yang lahir dari kegelapan dan cahaya.
Dunia mengira ia sudah mati. Namun kembalinya Sang Hunter hanya berarti satu hal: bangkitnya kekuatan absolut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12-Dunia Baru Wajah Baru
Langkah kaki Jinwoo menyusuri trotoar kota. Deru kendaraan melintas tiada henti, klakson bersahut-sahutan, suara orang bercengkerama bercampur dengan hiruk pikuk kehidupan. Gedung-gedung menjulang tinggi bagaikan raksasa besi, lampu neon menghiasi papan iklan, dan layar raksasa di sebuah gedung memutar berita terbaru.
Semua terasa asing sekaligus menyesakkan.
Berbeda… terlalu berbeda.
Jinwoo berhenti sejenak, menatap lalu lintas yang sibuk. Di pikirannya, bayangan neraka masih jelas—tanah retak berlumur darah, kabut pekat beracun, jeritan demon lord yang ia bantai. Suasana sunyi dan mencekam yang menyimpan bahaya di setiap langkah. Ribuan tahun ia bertahan di tempat itu, hanya ditemani aroma kematian.
Dan kini, dunia terasa… bising. Terlalu penuh kehidupan.
Dadanya mengencang. Ada rasa bersalah yang muncul—seakan dunia bergerak maju, sedangkan ia tertinggal.
“Bu, kenapa gelandangan itu bertingkah aneh?” suara seorang anak kecil terdengar tak jauh darinya.
Seketika sang ibu menutup mulut anak itu, wajahnya panik. “Hush! Jangan keras-keras! Nanti orang gila itu mengamuk dan mengejar kita.”
Anak itu menelan ludah, matanya membesar ketakutan. Ia segera bersembunyi di balik ibunya.
Jinwoo sempat menoleh. Sekilas, tatapannya jatuh pada anak itu. Tapi tidak ada amarah di matanya, hanya… hampa. Ia kembali melangkah. Bagi Jinwoo, hinaan semacam itu tidak lebih dari debu.
Orang-orang tetap menatap rendah. Beberapa menutup hidung saat berpapasan, yang lain melangkah menjauh dengan jijik.
Tak lama, sebuah bangunan elegan menarik perhatiannya. Papan besar bertuliskan “Royal Luxe – Boutique & Barbershop” berdiri megah, kaca bening memantulkan cahaya lampu kota. Manekin berbalut jas mahal dipajang di balik etalase.
Jinwoo berdiri di depan kaca. Wajahnya sendiri menatap balik—kusut, kumal, rambut berantakan, pakaian lusuh sobek di sana-sini.
Sepertinya aku harus memperbaiki penampilanku. Aku tidak ingin mengundang kesalahpahaman yang tidak perlu.
Dengan langkah tenang, ia mendorong pintu dan masuk.
Suasana dalam butik seketika beku. Para pelanggan menoleh bersamaan, wajah mereka menunjukkan keterkejutan.
“A-apa… dia perampok?” bisik seorang wanita, matanya melebar ketakutan.
Seketika seorang penjaga toko, tubuh kekar dengan seragam rapi, muncul dan menghadang Jinwoo. Senyum sinis terukir di wajahnya.
“Tunawisma seperti mu tidak diizinkan masuk ke tempat mewah ini,” ucapnya dengan nada meremehkan.
Jinwoo terdiam. Matanya perlahan bergeser, menatap lurus pada penjaga itu.
Dan seketika—
Penjaga itu merasa dirinya jatuh ke dalam lautan darah. Ribuan tangan seakan menarik tubuhnya ke dalam pusaran neraka, suara jeritan monster menggema di telinganya.
“Arghh!” tubuh penjaga itu gemetar, ia terhuyung dan jatuh ke belakang. Wajahnya memucat, keringat bercucuran deras.
Semua orang terdiam membeku.
“Tidak mungkin…” bisik seorang pelanggan. “Penjaga itu… Hunter Rank A berpengalaman. Bagaimana dia bisa jatuh hanya karena tatapan tunawisma itu?”
Jinwoo akhirnya berbicara, suaranya datar namun menggema tajam.
“Aku datang ke sini bukan untuk mencari masalah. Aku datang sebagai pelanggan. Apakah ini sikap kalian terhadap pelanggan?”
Suasana semakin sunyi. Orang-orang menelan ludah, takut menatap wajah Jinwoo.
Penjaga yang jatuh tadi merangkak bangkit. Wajahnya merah padam, gengsinya tercabik. Aku Hunter Rank A! Bagaimana mungkin dipermalukan begini di depan umum?
“Bajingan…” geramnya, lalu melesat maju, melayangkan pukulan dengan aura penuh amarah.
Namun—
Tap.
Jinwoo mengangkat satu jari. Hanya satu jari.
Tinju yang seharusnya menghancurkan tembok padat, terhenti begitu saja.
Penjaga itu menelan ludah, matanya melebar tak percaya. Rasa sakit menjalar ke pergelangan tangannya.
Tak masuk akal…!
Seketika Jinwoo mengibaskan jarinya, menyentil pelan.
Bwoosh!
Tubuh penjaga itu melayang, menghantam rak kaca hingga pecahan beterbangan. Ia jatuh berguling, mengerang kesakitan.
Jinwoo menghela napas pelan, tatapannya menyapu seisi ruangan.
“Kenapa manusia selalu menilai buku dari sampulnya?”
Kata-katanya menggema, menusuk hati orang-orang yang menatapnya.
Tiba-tiba, suara berat dan dingin terdengar dari bagian dalam butik.
“Apa yang terjadi di sini!? Kenapa kacau sekali?”
Semua orang spontan memberi jalan. Dari balik lorong, langkah anggun terdengar mendekat.
Seorang wanita muncul, dengan aura yang membuat semua orang tertekan. Rambut pirang keemasan tergerai indah, mata biru menatap tajam penuh otoritas. Tubuhnya tinggi semampai, lekuk elegan dibalut gaun bisnis hitam yang berkelas. Wajahnya cantik, bagaikan model papan atas, namun aura yang dipancarkannya jelas bukan milik manusia biasa.
Itu adalah wajah seorang predator.
Dia berdiri di hadapan Jinwoo, tatapannya menusuk.
Seorang manajer toko cepat-cepat maju, menunduk hormat. “M-maaf, Nyonya. Ada tunawisma yang membuat keributan di toko Anda, mengganggu kenyamanan pelanggan lain.”
Wanita itu menoleh, matanya menilai Jinwoo dari atas ke bawah. Wajahnya datar, suaranya dingin bagaikan es.
“Apa yang kau lakukan di toko ku, gelandangan?”
Suasana makin menegang. Para pelanggan menahan napas. Mereka tahu siapa wanita itu.
Elizabeth Crowell.
Hunter Rank S Amerika. Salah satu wanita paling berbahaya di dunia, sekaligus pemilik butik mewah Royal Luxe.
Bertemu langsung dengannya bagaikan bertemu singa lapar.
Namun Jinwoo hanya menatap balik dengan datar.