NovelToon NovelToon
Terjerat Pesona Ustadz Tampan

Terjerat Pesona Ustadz Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Anak Genius / Aliansi Pernikahan / Anak Kembar / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Tak ada angin, tak ada hujan tiba-tiba, dari balik kerumunan jemaah masjid yang baru saja menyimak tausiyah dzuhur, muncullah seorang gadis berwajah bening dengan sorot mata sekuat badai.

Di hadapan ratusan pasang mata, ia berdiri tepat di depan sang ustadz muda yang dikenal seantero negeri karena ceramahnya yang menyentuh hati.

"Aku ingin menikah denganmu, Ustadz Yassir," ucap Zamara Nurayn Altun, dokter magang berusia dua puluh satu tahun, anak dari keluarga terpandang berdarah Turki-Indonesia.

Seluruh dunia seakan berhenti sejenak. Para jemaah terdiam. Para santri tertegun. Dan sang ustadz hanya terpaku, tak sanggup berkata-kata. Bagaimana bisa, seorang gadis yang tak pernah ia kenal, datang tiba-tiba dengan keyakinan setegas itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 12

Zamara buru-buru mengalihkan pandangan, meski wajahnya sudah merah semerah pakaian yang ia kenakan.

“Eh… anu… aku cuma..” ucapnya terbata-bata karena gugup.

Yassir tersenyum tipis, menyadari istrinya tak berkedip sejak tadi.

“Kamu salfok ya?” katanya menggoda.

Zamara langsung menunduk, menutup wajah dengan kedua tangan.

“Astagfirullah…,” lirihnya pelan.

Tapi senyum di bibirnya tak bisa disembunyikan. Malam itu terasa canggung, manis, dan penuh rasa malu yang hangat.

Bukan karena mereka tak saling cinta, tapi karena keduanya baru belajar menjadi pasangan yang halal dalam setiap pandangan, sentuhan, dan getaran yang menyapa dada.

Ustadz Yassir mematung sejenak, tatapannya jatuh pada sosok Zamara yang berdiri anggun di dekat ranjang.

Lingerie merah yang membalut tubuh istrinya tampak kontras dengan kulitnya yang bening, siluet tubuhnya tercetak jelas di bawah cahaya lampu temaram.

Seketika dada Yassir bergemuruh. Ia bukan lelaki tanpa rasa. Ia bukan suci dari fitrah sebagai manusia.

Dan malam ini, untuk pertama kalinya, ia dihadapkan langsung pada perempuan yang kini halal sepenuhnya untuknya.

Ia mendekat perlahan, langkahnya mantap tapi pandangannya masih tak lepas dari Zamara. Sesekali ia menunduk, seolah berusaha menjaga hati dari gejolak yang tak bisa ia pungkiri.

“Subhanallah…” gumamnya nyaris tak terdengar.

Zamara menggigit bibir bawah, gugup tapi bahagia. Ia tahu ia cantik malam ini, tapi dipuji dari bibir suami yang selama ini dikenal khusyuk, adalah hal yang membuatnya nyaris tak bisa bernapas.

“Kenapa liatnya kayak gitu?” bisiknya, menatap Yassir dari balik bulu matanya yang lentik.

Yassir menelan ludah, lalu menghela napas dalam. “Aku nggak tahu harus ngomong apa. Kamu terlalu cantik, Zam. Dan aku baru sadar kalau jadi suami itu nggak cuma soal bimbing ke surga, tapi juga jaga hati biar nggak meledak tiap lihat istri seindah ini.”

Zamara tertawa kecil, malu tapi senang. “Yakin masih mau tahajud dulu?” godanya lirih.

Yassir tertawa pelan. “Mau tapi mungkin harus ambil wudhu lagi habis ini.”

Dan malam pun menjadi saksi, bagaimana dua hati yang saling mencintai belajar mengenal bukan hanya jiwa, tapi juga raga, dalam ikatan yang diberkahi. Tanpa terburu-buru dan tak memaksanya ada kehangatan, malu-malu dan cinta yang terus bertumbuh.

Malam itu menjadi malam pertama yang tak hanya dipenuhi kehangatan, tapi juga tawa kecil yang tak terduga.

Setelah shalat dan berdoa bersama, keduanya duduk berhadapan di atas ranjang.

Tatapan mereka saling menenangkan, tapi juga menyimpan getar-getar gugup yang tak bisa disembunyikan.

Zamara yang biasanya percaya diri saat mengoperasi pasien, justru salah tingkah.

“Aku deg-degan banget, Mas…” bisiknya pelan sambil memeluk bantal.

Yassir mengusap lembut punggung istrinya, lalu mencium keningnya dengan tulus.

“Tenang, kita nggak usah buru-buru. Niatku bukan buat nyakitin, tapi buat bahagiain kamu.”

Lalu, ketika momen itu benar-benar terjadi semuanya berjalan pelan dan khidmat tiba-tiba…

“Waduh! Sakit, Ya Allah, Mas! Astaga, ini beneran?!” seru Zamara dengan wajah terkejut campur geli.

Yassir yang semula serius, langsung berhenti dan terdiam. Lalu tanpa sadar ia tertawa kecil. “Loh, kamu dokter bedah, kan? Masa gini aja kaget?” godanya sambil menahan tawa.

Zamara langsung memukul pelan dada suaminya. “Itu kan beda! Yang ini ya ampun, ternyata real tuh gini ya rasanya.”

Yassir tertawa makin keras, tapi tetap berusaha menenangkan istrinya. “Sabar, sabar. Ini baru awal aku juga baru jadi dokter malam ini,” celetuknya sambil tersenyum jahil.

Zamara mencubit lengan suaminya, lalu sembunyi di balik selimut. “Udahlah lanjut tapi pelan-pelan ya. Aku pasrah tapi tetap pengen hidup.”

Malam pertama yang katanya sakral itu, ternyata malah penuh canda dan senyum. Tapi justru dari situlah cinta mereka bertumbuh tidak hanya dengan gairah, tapi juga dengan kejujuran, tawa dan rasa nyaman yang tak dibuat-buat.

Pagi itu, sinar mentari belum benar-benar muncul. Langit masih biru keunguan ketika adzan Subuh berkumandang dari musholla kecil yang ada di sekitar hotel.

Suara lembut itu membangunkan Zamara dari tidur lelapnya. Ia mengerjap pelan, menoleh ke samping, melihat wajah suaminya yang masih terpejam damai.

Pelan-pelan ia bangkit, mencoba turun dari tempat tidur dengan niat ingin mandi dan bersiap untuk shalat. Tapi baru saja ia berdiri tegak, tiba-tiba dia berteriak histeris.

“Aduh! Ya Allah! Astaga sakit banget!”

Zamara langsung meringis, tangan refleks menahan bagian bawah tubuhnya. Napasnya tercekat, rasa perih dan ngilu menjalar sampai ke tulang belakang. Sekejap kemudian teriakan kecil keluar dari mulutnya.

“Aaaaak! Mas Yassir Ini kenapa sih! Sakit banget sumpah!”

Yassir terbangun kaget. Ia duduk buru-buru sambil mengucek matanya, “Hah.. Kenapa Zam?”

Zamara menunjuk dirinya sendiri dengan mata berkaca-kaca. “Kamu semalam tuh ya Allah! Berkali-kali nggak kasian ya?! Ini beneran nggak bisa jalan rasanya!”

Yassir langsung panik, “Eh, iya ya? Waduh, maaf banget. Tapi kamu yang bilang ‘lanjut aja Mas, nggak papa’ tuh kamu juga semangat banget.”

Zamara melempar bantal ke arah Yassir, “Itu semalam! Sekarang rasanya beda! Ini tuh beneran ngilu! Aku mau mandi junub aja nggak bisa berdiri normal!”

Yassir nyengir salah tingkah, lalu mendekat.

“Yah, maafin aku, Zam. Aku juga baru pertama kali. Gimana kalau kamu duduk dulu, aku siapin air anget ya?”

Zamara memeluk bantal sambil mengeluh kecil, “Aku kan dokter, harusnya ngerti tapi ternyata teori beda sama praktik. Aku kayak habis ditabrak gajah.”

Yassir tertawa pelan, lalu mencium tangan istrinya. “Nanti aku bantu wudhu deh, biar nggak terlalu capek. Tapi serius, kamu tetap cantik walau jalannya ngangkang gitu.”

Zamara mencibir, “Huh! Ustadz mesum.”

“Tapi sah,” timpal Yassir santai.

Dan pagi itu pun dimulai dengan tawa, ngilu yang nyata, dan rasa cinta yang tumbuh makin jujur antara Zamara yang belajar bahwa cinta tak hanya soal kemesraan, tapi juga rasa perih setelahnya dan Yassir yang akhirnya sadar, jadi suami itu bukan cuma soal ibadah, tapi juga belajar baca ‘kode’ istri sebelum jadi korban bantal terbang.

Pagi itu, setelah mandi junub dengan perjuangan dan saling bantu, Zamara akhirnya berhasil mengenakan gamis santai berwarna biru muda dan kerudung tipis. Wajahnya tetap segar meski masih sesekali meringis setiap kali bergerak.

Mereka turun ke restoran hotel untuk sarapan. Yassir berjalan santai, sedangkan di belakangnya, Zamara melangkah pelan-pelan dengan gaya jalan yang agak aneh. Kakinya terbuka sedikit, dan tubuhnya sedikit kaku, seolah takut bagian tertentu kembali terasa perih.

“Zam, kamu yakin nggak mau aku ambilin makanan aja?” bisik Yassir sambil menahan senyum.

“Nggak usah, aku bisa. Tapi jangan ngebut ya jalannya,” gumam Zamara pelan.

Belum sempat mereka sampai ke meja buffet, suara familiar terdengar dari arah kanan.

“Eh! Mbak Zamara? Ya ampun! Seriusan ini kamu?!”

Zamara terperanjat, menoleh pelan. Di sana berdiri Dita, teman satu angkatannya dulu waktu koas, yang juga kebetulan sedang menginap di hotel yang sama.

Dita langsung menghampiri dengan mata berbinar. Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti, lalu menutup mulutnya sambil menahan tawa.

“Ya Allah… jangan bilang kamu pengantin baru, Zam?” celetuk Dita sambil mengedip nakal.

Zamara bingung. “Loh, kok tahu?”

Dita tertawa pelan. “Soalnya kamu jalannya kayak pinguin! Hahah! Fix deh, semalem kayaknya ya gitu ya?” godanya setengah berbisik tapi cukup terdengar.

Yassir yang sedang menuang kopi nyaris tersedak. Zamara memerah, langsung menunduk malu sambil memukul pelan lengan suaminya.

“Mas Yassir, kamu sih,” bisiknya jengkel tapi manja.

Yassir membalas dengan suara rendah, “Aku yang disuruh, siapa yang bilang ‘lanjut aja Mas’ semalam?”

Zamara mencubit perut suaminya, sementara Dita masih tertawa geli melihat pasangan baru itu.

“Aduh, kalian lucu banget. Baru kali ini lihat dokter jaga UGD bisa jadi pinguin cantik gara-gara ustadz. Selamat yah semoga cepat dapet pinguin kecil juga,” goda Dita lagi sebelum pergi.

Zamara menutup wajah dengan tangan, malu tapi geli sendiri.

“Pantes tadi kamu jalan kayak orang abis jatuh dari motor,” seloroh Yassir setengah berbisik sambil menarik kursi untuk Zamara duduk.

Dan pagi itu pun penuh warna antara ngilu yang masih terasa, rasa malu yang tak tertahankan, dan canda yang justru membuat ikatan mereka semakin kuat.

Karena cinta tak harus selalu serius. Kadang, datang dengan langkah seperti pinguin tapi bahagia tanpa kepura-puraan.

1
Abel Incess
nangis bombay pagi" Thor 😭😭😭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: nggak tanggung tissu yah kakak 🤣🤭🙏🏻
total 1 replies
Abel Incess
Asli ini sangat menyakitkan 😭😭😭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sabar kak ini ujian 🤣☺️🤗🙏🏻
total 1 replies
Enz99
jangan lama-lama sedihnya Thor.... balikin zamara nya y
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Mami Pihri An Nur
Wooowww,, perempuan egois, menantang bpknya sndri masalh keturunan, tp dia sndri yg utamakn keturunan laki2 buat penerus trs ditingglkn ank ceweknya,, aku kecewa thour di tengh crtanya ko gini, dikira Setelah punya ank akn bhgia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: masih panjang kak ceritanya 🤭😂
total 1 replies
Isma Isma
apa zamara punya penyakit bikin penasaran
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: tungguin selanjutnya
total 1 replies
Abel Incess
apa sih tujuannya Zamara, makin penasaran
Enz99
bagus bangettt.... lanjut thor
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak
total 1 replies
darsih
zamara penuh teka teki JD penasaran
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak sudah mampir baca
total 1 replies
darsih
JD penasaran SM zamara penuh teka- teki
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: baca lanjutannya kakak biar kejwab
total 1 replies
Eva Karmita
ada misi apa kamu Zamara...dalam satu Minggu harus bisa menaklukkan ustadz Yassir...??
Semoga saja kamu tidak membuat ustadz Yassir kecewa , kamu harus hati" dgn Aisyah
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: rahasia 😂🤣
total 1 replies
Eva Karmita
mampir otor 🙏😊
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!