NovelToon NovelToon
The Path Of The Undead That I Chose

The Path Of The Undead That I Chose

Status: sedang berlangsung
Genre:Iblis / Epik Petualangan / Perperangan / Roh Supernatural / Kontras Takdir / Summon
Popularitas:314
Nilai: 5
Nama Author: Apin Zen

"Dalam dunia yang telah dikuasai oleh iblis, satu-satunya makhluk yang tersisa untuk melawan kegelapan… adalah seorang yang tidak bisa mati."



Bell Grezros adalah mantan pangeran kerajaan Evenard yang kini hanya tinggal mayat hidup berjalan—kutukan dari perang besar yang membinasakan bangsanya. Direnggut dari kematian yang layak dan diikat dalam tubuh undead abadi, Bell kini menjadi makhluk yang dibenci manusia dan diburu para pahlawan.

Namun Bell tidak ingin kekuasaan, tidak ingin balas dendam. Ia hanya menginginkan satu hal: mati dengan tenang.

Untuk itu, ia harus menemukan Tujuh Artefak Archelion, peninggalan kuno para dewa cahaya yang dikabarkan mampu memutuskan kutukan terkelam. Dalam perjalanannya ia menjelajah dunia yang telah berubah menjadi reruntuhan, menghadapi para Archfiend, bertemu makhluk-makhluk terkutuk, dan menghadapi kebenaran pahit tentang asal usul kekuatannya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Apin Zen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Membakar Bayangan

Kabut hitam itu seperti laut yang menelan cahaya.

Bell hanya bisa melihat sejauh panjang lengannya, sementara suara-suara asing bergema di telinganya.

Bukan suara iblis, bukan suara Eryndra atau Lythienne—tetapi suara masa lalunya.

> “Pangeran yang gagal…”

“Kau membiarkan kerajaanku runtuh…”

“Semua kematian ini… salahmu.”

Suara itu berubah menjadi jeritan, dan dari kabut, bayangan dirinya muncul.

Bentuknya persis Bell saat masih manusia, namun dengan wajah pucat mayat dan mata kosong, menatapnya seperti cermin yang membenci.

---

Di sisi lain, Eryndra mendapati dirinya berdiri di padang pasir merah yang penuh tombak patah dan tengkorak.

Di puncak bukit pasir, berdiri sosok lelaki bersenjata busur yang ia kenal—satu-satunya orang yang pernah ia cintai, dan ia bunuh demi menyelamatkan orang lain.

Namun kali ini, wajahnya retak dan hitam, matanya penuh tuduhan.

> “Kau memanggil dirimu pelindung, tapi kau hanya pembunuh yang menyamar.”

Eryndra memundurkan langkahnya, namun tanah di bawahnya retak dan menelan jejak kakinya.

---

Lythienne merasakan udara di sekelilingnya membeku.

Hutan peri tempat ia dilahirkan membentang di hadapannya, indah namun hening.

Lalu pohon-pohon mulai layu, bunga-bunga berubah menjadi duri, dan dari kegelapan muncul ratusan peri kecil dengan wajah hampa.

Mereka berbisik serentak:

> “Kau meninggalkan kami… dan kini, kami mati karenamu.”

---

Sementara itu, Bell berdiri berhadapan dengan bayangannya.

Bayangan itu tersenyum tipis, mengangkat pedang yang sama seperti milik Bell.

> “Kau membenciku, tapi kau juga membutuhkanku. Aku adalah satu-satunya alasan kau masih ada.”

Pertarungan dimulai—namun bukan pedang melawan pedang, melainkan jiwa melawan jiwa.

Setiap serangan bayangan itu membuat Bell mengingat satu momen masa lalunya yang ingin ia lupakan.

Setiap luka yang diterima, terasa membakar tulang.

---

Di kejauhan, tawa Ard’Vhar bergema seperti badai:

> “Bunuh mereka, atau bunuh dirimu. Apa bedanya? Semua berakhir di tanganku.”

Kabut semakin pekat.

Bell sadar—jika mereka tidak menemukan cara membebaskan diri dari ketakutan mereka sendiri, maka kabut ini akan menjadi penjara selamanya, dan fragmen ketiga akan hilang.

Ia menggenggam pedangnya lebih erat, memandang lurus ke bayangannya.

> “Kalau kau adalah aku… maka kau juga tahu satu hal—aku tidak pernah berhenti melawan.”

Dan dengan teriakan itu, ia menyerang.

Kabut bergetar… seolah merasakan perlawanan yang tumbuh di dalam hati mereka.

Pedang Bell bertabrakan dengan pedang bayangannya, menyalakan percikan api yang aneh—bukan merah, melainkan biru pucat, seperti nyala roh.

Setiap kali ia memukul, ia merasakan kilasan wajah orang-orang yang telah ia selamatkan, bukan yang ia gagal lindungi.

Memori itu menjadi cahaya kecil yang merobek kabut.

> Bayangan Bell: “Kau tidak bisa menghapus dosamu…”

Bell: “Aku tidak menghapusnya… aku menanggungnya.”

Dengan teriakan yang mengguncang kabut, Bell menebas bayangannya. Bukan untuk menghancurkannya, tetapi untuk menggabungkannya kembali ke dalam dirinya.

Rasa sakitnya tak tertahankan, namun begitu tebasan terakhir mendarat, bayangan itu lenyap, meninggalkan jejak kekuatan baru di dalam jiwanya.

---

Eryndra berlutut di pasir merah, darah membasahi tangannya.

Pria yang menatapnya dari atas bukit perlahan melangkah turun, wajahnya perlahan memudar menjadi kabut.

> Eryndra: “Kalau ini adalah dosaku, maka aku akan menanggungnya. Kau tidak akan lagi menjadi rantai di leherku.”

Ia menancapkan tombaknya ke tanah. Cahaya keemasan memancar, pasir merah menghilang, dan hanya tersisa tanah lapang bercahaya di bawah kakinya.

---

Lythienne menatap peri-peri kecil yang menuduhnya.

Air matanya jatuh, bukan karena rasa bersalah, tetapi karena kerinduan.

Ia merentangkan tangan, membiarkan duri-duri melukai kulitnya.

> Lythienne: “Jika kalian ingin menebus dendam… maka biarkan aku hidup untuk membawanya. Aku tidak akan lari lagi.”

Suara bisikan berhenti. Para peri itu larut menjadi cahaya, berputar mengelilinginya, lalu masuk ke dalam tubuhnya—membentuk lingkaran sihir yang berdenyut pelan.

---

Kabut retak.

Di tengah ruang hampa itu, mereka bertiga berdiri saling berhadapan, dengan cahaya baru yang berdenyut di tubuh mereka.

Di bawah kaki mereka, lantai batu kuno mulai muncul, dan dari sela-sela retakan lantai, sebuah peti batu hitam perlahan terangkat.

Fragmen ketiga ada di dalamnya.

Namun sebelum Bell menyentuhnya, suara Ard’Vhar kembali bergema—lebih dekat dari sebelumnya.

> “Bagus… kalian lulus ujian pertama. Sekarang lihat apakah kalian mampu melewati ujian terakhir.”

Dari kegelapan, dua sosok raksasa keluar—setiap langkahnya membuat lantai bergetar.

Mata mereka menyala merah, dan rantai hitam membelit tubuh mereka.

Bell menarik napas dalam-dalam.

> Bell: “Sepertinya ini belum berakhir.”

Dan mereka bersiap menghadapi gelombang berikutnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!