NovelToon NovelToon
To Wheel And Deal

To Wheel And Deal

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Persahabatan
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author:

Amara Olivia Santoso, seorang mahasiswa Teknik Industri yang sedang berusaha mencari pijakan di tengah tekanan keluarga dan standar hidup di masyarakat. Kehidupannya yang stabil mulai bergejolak ketika ia terjebak dalam permainan seniornya Baskara Octoga.
Situasi semakin rumit ketika berbagai konflik terjadi disekitar mereka. Novel ini menceritakan tentang kisah cinta remaja, persahabatan dan kehidupan kampus.

Seperti oksigen

Sudah seharian penuh Amara bersembunyi di dalam kamar kos, menutup rapat pintu dan jendela kamarnya hingga tak menyisakan ruang untuk cahaya setitik pun menembus keluar.

Sore itu, dia hanya terdiam duduk di tepi ranjangnya, memastikan agar tidak ada satu orang pun yang menyadari keberadaanya ketika terdengar suara langkah kaki yang berlalu lalang dan berhenti tepat di depan kamarnya.

Sayup-sayup terdengar suara yang familiar membicarakan tentang keberadaanya. Ia tersenyum kecut, Ingin sekali rasanya ia berlari keluar dan menemui sahabatnya saat itu juga. Namun, urung ia lakukan. Ia justru semakin menarik selimut yang kini telah menutupi seluruh bagian tubuhnya, duduk meringkuk membentuk perlindungan.

Cukup lama, sekitar lebih dari sepuluh menit ia harus menahan diri untuk tetap berada di posisinya, memastikan mereka benar-benar telah pergi.

“Maafin aku Gwen, Sa ini terlalu beresiko kalo kalian terlibat” Ucapnya dalam hati.

Kamarnya begitu gelap, Amara mungkin akan tersandung dan menabrak beberapa barangnya jika tidak ada cahaya biru dari monitor komputernya yang kini masih menyala.

Setelah meletakkan selimutnya, ia kembali duduk dan mulai memeriksa. Beberapa tap browser kini terbuka, mulai dari situs kampus, media sosial yang di buka dengan fake accountnya, beberapa kumpulan foto dan video kegiatan kampus di google drive miliknya. Semua ia periksa satu persatu agar tidak ada clue yang terlewat sedikitpun.

Rutinitas berulang yang di lakukannya sejak tadi pagi kini mulai membuahkan hasil. Semua variable kini berubah menjadi semacam sebuah puzzle yang saling berkaitan.

Amara tersenyum tipis. Jika prediksinya benar, lelaki itu mungkin masih berada di sekitaran kos. Sembunyi entah di titik sebelah mana, menunggunya untuk keluar.

“Aku ngga mungkin konfrontasi dia terang-terangan. Aku ngga punya bukti yang cukup kuat” Gumamnya pelan.

Amara mulai memainkan rambutnya, mencoba berpikir lebih realistis dan terarah, “Aku ngga bisa ngelibatin siapapun, cukup lama dia udah ngawasin aku. Terlalu beresiko jika dia ngomong yang ngga ngga tentang aku. Ngga ada pilihan, Aku musti jadi umpan buat bisa nyari saksi alami sekaligus ada bukti dokumentasi yang bisa memberatkan dia”.

“Alfamart depan gang” Amara mulai terkekeh pelan.

Diliriknya jam yang berada di bagian kanan bawah monitornya, hampir pukul setengah sepuluh malam. Masih ada kesempatan baginya untuk menggiring stalker itu tertangkap di keramaian.

Berbagai cara ia lakukan untuk senatural mungkin terlihat berbeda agar stalker itu terkecoh dan tidak mengenalinya untuk beberapa saat.  Kini ia sudah siap dengan hoodie dan topi untuk menutupi wajahnya.

Amara mengamati suasana sekitar kos, tidak ada yang mencurigakan. Hanya sebuah mobil berwarna hitam yang terparkir tak jauh dari kosnya. Dengan hati-hati ia membuka gerbang agar tidak menimbulkan suara yang berlebihan.

Ia mulai melangkahkan kaki, pura-pura memainkan ponsel agar tampak menunduk secara natural. Jantungnya berdetak tak beraturan, gang yang biasanya terang benderang entah kenapa malam ini sinarnya terasa meredup. Dengan sekuat tenaga dia berusaha terlihat normal. Setidaknya sampai ia berhasil melewati mobil hitam yang terparkir di depannya.

Amara menghembuskan nafas lega ketika ia sudah berhasil melewati mobil itu sejauh lima belas meter. Setidaknya ia tidak akan terkejar dengan jarak sejauh itu, jika ia berlari dengan cepat. Namun langkah kakinya mendadak menjadi lebih berat ketika ia mendengar suara alarm mobil di belakangnya tiba-tiba terkunci.

Amara menoleh ke belakang, sejenak ia tidak dapat mengendalikan tubuhnya. Ethan, lelaki itu tersenyum penuh kemenangan.

Dengan sekuat tenaga Amara mulai berlari. Alfamart yang berdiri di depan gang semula tampak dekat kini terasa begitu jauh. Kali ini ia salah perhitungan, Ethan yang terlihat seperti anak cupu itu berlari dengan kecepatan penuh ke arahnya.

Nafasnya tinggal setengah ketika akhirnya dia sampai ketitik keramaian yang setidaknya terekam kamera cctv.

Amara bersimpuh di lantai, tangisannya pecah. Samar terlihat beberapa orang duduk di kursi depan, setidaknya kini ia sudah aman.

“Amara” Suara itu sukses membuat Amara terbelalak kaget.

“Kakkk tolongin aku kakkk, tolong aku di ikutinn” Amara menangis meraung.

Tangannya yang sedingin es itu meraih lengan Baskara yang kini duduk jongkok menyetarakan tingginya dengan Amara.

“Kakkk tolong aku” ia masih saja menangis, semua ketegangan yang ia lewati terasa runtuh. Ia memeluk Baskara erat, seolah ia adalah oksigen yang datang memberinya nafas untuk tetap hidup.

Baskara menatap tajam ke arah Ethan yang berdiri. Terlihat keraguan dan ke kecewaan dari sorot mata Ethan. Kali ini ia benar-benar telah gagal, tak akan ada kesempatan lain baginya. Sebelum situasi menjadi lebih rumit, Ethan memutuskan untuk berlari menjauh.

Fokus Baskara beralih ke Amara yang masih menangis sesegukan, ia kemudian membalas pelukan itu dengan menepuk pundak Amara. Mencoba menyakinkan semua baik-baik saja.

“Kamu masih mau disini atau aku temenin buat nyari angin seger?” Tanya Baskara meredam tangis Amara.

“Bawa aku pergi dari sini kak” Pinta Amara.

Tanpa pikir panjang, Baskara menuntun Amara naik ke dalam mobilnya. Dengan telaten ia bahkan mengenakan sabuk pengaman untuk Amara.

Mobil itu melaju di tengah keheningan malam. Sudah hampir setengah jam Amara hanya duduk terdiam, ia tidak berbicara sama sekali, sedangkan Baskara hanya bisa menunggu Amara siap bercerita.

“Ra? Kamu beneran ngga mau cerita?” Tanya Baskara menurunkan sedikit egonya.

“Aku ngga tau musti mulai dari mana kak” Jawab Amara.

“Apa ini ada kaitannya sama stalker yang di bilang Gwen?” Tanya Baskara lagi.

Amara mengernyitkan dahinya, “Gwen cerita apa aja ke kakak?”.

“Yaa semacam ada orang yang stalk kamu, yang nerror kamu dan terakhir kamu yang tiba-tiba menghilang” Jawabnya singkat.

“Ahhh, dia cerita sama siapa aja kak?” Tanya Amara.

“Ngga banyak, Cuma satu gengku aja. Itupun pas kebetulan kita ketemu di perpus. Jadi gimana? Iyaa atau ngga?” Baskara terus mendesak.

Amara mengangguk kecil, “Hari ini aku sengaja kabur kak, aku ngga pengen ketemu sama siapapun. Makanya ponsel tak matiin, aku ngga masuk kuliah. Aku merasa selalu ada orang yang mengawasi aku, jujur rada takut sih kak. Apalagi tadi aku bener-bener takut banget kek udah hampir mati rasanya”.

Bakara menepikan mobilnya di pinggir jalan. Cukup lama ia menatap Amara dalam.

“Kenapa kamu ngga minta bantuan?” Tanya Baskara.

“Ngga akan ada orang yang percaya sama aku kak, aku ngga punya bukti apapun. Mereka pasti berpikir aku cuma cewk pick me yang haus perhatian dan butuh validasi. Kalo besok Ethan kembali nerror aku pun, aku ngga bisa berbuat apa apa” Jelas Amara.

“Sshh Aku bakalan jagain kamu, setidaknya sampai Ethan kapok dan ngga gangguin kamu lagi” Baskara meyakinkan.

“Aku pikir.. aku udah tamat kalo ngga ketemu kak Bas disana” Kata Amara lirih.

“Udah ngga usah di pikirin, kebetulan aja aku lagi disana. Kamu kalau ada yang ganjel cerita aja. Ada Gwen sama Angkasa yang khawatir setengah mati. Nanti kalo udah sampe kos kamu langsung hubungi mereka” Kata Baskara.

“Iyaa kak, Cuma mereka yang aku punya di kampus” Amara tersenyum getir.

“Ada aku, kamu bisa ngandelin aku buat beberapa hal” Baskara meyakinkan

Amara hanya tersenyum, ia mengangguk pelan. Hatinya sangat lega, tidak ada lagi ancaman dan Baskara menjadi saksi yang datang menyelamatkannya.

“Makasih kak” Ucapnya pelan.

“Besok kamu ada kelas jam berapa? Nanti aku jemput” Tanya Baskara.

“Eeeh ngga usah kak, nanti ngrepotin” Sanggah Amara.

“Gapapa, mobilmu masih rusakkan? Kamu terima niat baikku atau kamu ngampus sendirian dan ketemu Ethan?” Tanya Baskara penuh penekanan.

“Aku ada kelas jam delapan kak” Ucap Amara.

“Okeee besok pagi aku jemput, sekarang ayo kita pulang ke kosmu dulu” Ucap Baskara sebelum menyalakan kembali mesin mobilnya.

1
Ritha Tyas
karyanya bagus banget
Chikita Yoppan: makasihh kakkkk ya Allah terharu banget🥺🥺
total 1 replies
Ranti Lestari
semangat kak. btw jgn lupa mampir ya kak🥰
Ranti Lestari: siapp kak🥰
total 3 replies
yourbee
amara kenapa suka senyum licik dah😭
Chikita Yoppan: Amara emg sedikit manipulatif kak heheh
total 1 replies
yourbee
Bahasanya bagus tapi agak bingung banyak tokohnya, btw semangat kak
Chikita Yoppan: makasih kak/Angry/
total 1 replies
cøøkie
Ngakak!
Maria Fernanda Gutierrez Zafra
Luar biasa thor, teruslah menulis 🎉
Chikita Yoppan: makasih kak🥺 mohon dukungannya yaaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!