"Sssssttt, sssssttt ahh, ahh,aaahh...Aaaahhhk."
Aku terbangun saat waktu sudah menunjukkan pukul 23:25. Sebab Mas Saka tidak ada di sebelahku. Ntah kemana dia, aku tidak tahu. Baru saja aku akan melangkah menuju keluar, namun aku mendengar suara aneh dari kamar mama, yang aku dengar seperti suara desahan dan lenguhan panjang.
Aku sampai bergidik ngeri mendengarnya, suara apakah itu? Aku tidak tahu pasti itu suara apa? Namun aku menebak, itu seperti suara orang yang sedang berhubungan. Apakah mamaku itu sedang menonton film??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MAMA DOYAN MAKAN
Hari-hari yang mama lalui tetap mual/muntah seperti itu, kini mama juga menjadi banyak diam. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan mama. Sudah di pijat, di periksa. Tetapi tidak.kunjung sembuh juga. Sudah hampir lima hari mama tidak pergi ke kantor. Sudah hampir lima hari juga mas Saka tidak lembur.
Ya aku sih bersyukur. Itu artinya mas Saka tidak terlalu lelah bekerja. Di satu sisi mama wajahnya murung, sedih/gelisah aku tidak tahu. Tetapi di sisi lain, mas Saka semangat dalam bekerja. Di setiap harinya mas Saka selalu bersenandung ria.
Bahkan di setiap harinya mas Saka juga selalu menawari mama untuk makan apa! Ya aku akui. Mama memang sudah beberapa hari ini tidak suka makan. Makanya aku dan mas Saka membujuk mama agar mau makan. Tidak salah kan, seorang menantu perhatian dengan mama mertuanya?
Sudah beberapa hari juga aku tidak masak. Sebab mama tidak suka mencium bau masakan. Katanya sih, bikin perut enek. Ya aku tidak tahu lah. Dua kali periksa. Dokter mengatakan hanya masalah lambung saja. Ya aku tahu, lambung kan sangat begitu sensitif.
Tapi masa iya sih. Jika lambung harus mual dan muntah setiap hari? Seperti orang hamil saja. Tidak mungkin mama ku itu hamil. Mau hamil sama siapa? Suami saja tidak punya. Jin, setan atau genderuwo. Apa sih aku ini.
Dan sore ini seperti yang sudah aku katakan. Mas Saka selalu membawa cangkingan jika pulang dari kantor. Entah apa itu aku tidak tahu, yang jelas hampir setiap hari mas Saka Selalu membawakan makanan untuk mama. Ya meskipun mama tidak mau memakanya.
"Kamu bawa apa lagi itu mas?" tanyaku.
"Oh ini, ini buah lontar, gihh siapkan untuk mama." ucap mas Saka sambil memberikannya kepadaku.
Hah, buah lontar? Memangnya mama minta mas?" ucapku bertanya.
Ya masa mas Saka bisa paham sedetail itu apa yang mama inginkan.
"Iya. Tadi mama chat aku. Sudah ah, aku mandi dulu ya." ucapnya dan berlalu.
Aku menuju dapur untuk menyiapkan buah lontar keinginan mama.
Ku ketuk pintu kamarnya. Dan aku pun di suruh masuk,
"Ini ma, katanya mama pengen buah lontar." ucapku sambil duduk di tepi ranjang mama.
"Oh iya Rey, Saka sudah pulang ya? maaf ya. Mama selalu titip makanan ke suami kamu." ucap mamaku.
"Mas Saka sudah pulang ma. Sedang mandi orangnya. Tidak masalah kok ma. Asalkan di makan. Jangan hanya minta nya.saja. Biar mama cepat sehat." ucapku sambil meletakkan buah lontar di atas pangkuan mama.
"Iya Rey, maafkan mama ya yang merepotkan kamu" ucap mama ku itu.
"Sudah berapa kali sih ma, mama selalu berkata seperti itu. Mama itu tidak merepotkan Reyna. Reyna sayang mama, sampai kapan pun mama bukan beban untuk Reyna." ucapku sambil mencium tangan mama.
"Terima kasih nak." ucapnya.
Malam harinya, aku terbangun dari tidurku. Entah mengapa tenggorokanku rasanya kering sekali! Aku melihat mas Saka tidak ada di sebelahnya. Gelasku di atas nakas juga sudah kosong.
Aku bangkit keluar untuk ke dapur. Tetapi baru saja dua langkah aku jalankan kaki menuju dapur, terdengar suara bincangan orang mengobrol dari arah dapur. Namun siapa malam-malam begini? Aku memelan kan langkah kakiku. Ingin mendengar. Siapa yang sedang ada di dapur.
"Aku gak bisa."
Seperti itulah yang aku dengar. Hingga tiba-tiba saja aku terbatuk. Mengapa ini batuk tidak bisa di ajak kompromi. Orang lagi nguping pakai acara segala batuk. Uhuk. Tenggorokanku sudah sangat kering sekali.
"Reyna." ucap mama.
Aku pun berjalan ke arah mama dengan senyum canggung. Aku hanya melihat mama saja disana. Lalu mama berbicara dengan siapa barusan.
"Mama sedang apa disini malam-malam?" ucapku.
"Mama lapar Rey, makanya ini mama pesan makanan di online." ucap mama ku sambil memindahi makanan yang aku lihat.
"Online? Memang masih ada ojek online yang beroperasi di jam segini ma?" ucapku.
"Em, ya pasti ada dong Rey, ini buktinya mama dapat nih." jawab mama ku yang berjalan ke arah meja makan.
Aku langsung mengambil air putih di gelas dan menghampiri mama kembali.
"Mama lihat mas Saka tidak?" tanyaku sambil minum.
"Mama gak tahu Rey, mungkin saja nongkrong sama bapak- bapak komplek." ucap mama ku sambil makan.
"Kamu mau Rey?" lanjut mama.
Aku menggeleng dan menuju depan. Dan benar saja, aku mendengar suara mas Saka yang berada di luar gerbang sedang berbincang dengan suaminya Linda. Aku pun masuk kembali ke dalam kamar, merebahkan diri. Sebab mata juga masih sepet sekali.
Tapi aku benar-benar tidak salah mendengar. Mama seperti sedang berbicara dengan seseorang. Tapi siapa? Apa iya mama bicara sendiri? Hah. Seperti orang gila saja. Aku mulai memejamkan mata. Aku tidak menunggu mas Saka. Sebab jika sudah mengobrol, mereka tidak ingat waktu, pastilah sampai pagi.
...🌄🌄🌄🌄🌄...
Pagi harinya, pagi-pagi sekali setelah aku membangunkan Kiara, terlihat mama yang sudah nongkrong di meja makan. Mulutnya juga sedang mengunyah. Tumben sekali.
Biasanya mama tidak suka makan. Dan biasanya pagi-pagi mama selalu bergulat dengan perutnya yang mual. Tetapi aku lihat pagi ini wajah mama sangat cerah sekali. Bahkan sangat lahap makan.
"Mama pagi-pagi sudah makan sebanyak ini, apa tidak sakit perut ma?" tanyaku sambil menatap ke arah meja makan.
Terdapat ada nasi uduk, nasi kuning, bubur ayam, dan juga ketupat sayur. Tidak lupa topingnya. Seperti sate-satean. Krupuk. Juga masih banyak lagi yang lainya.
"Tidaklah Rey, mama lapar banget sih." ucap mama sambil asik melahap.
Aku menyatukan kedua alisku. "Tapi mama kan baru saja semalam makan. Semalam juga mama makannya lewat tengah malam. Masa pagi-pagi begini sudah lapar lagi?" ucapku.
"Kamu tuh aneh ya Rey, mama tidak makan kamu khawatir. Giliran mama banyak makan, kamu malah ribut!" celetuk mas Saka yang tiba-tiba saja datang.
"Ini nasi uduk untuk kamu, dan bubur ayam untuk Kiara. Mana Kiara. Ayo sarapan sama-sama." ucap mas Saka yang duduk di hadapan mama.
"Ayo Rey, ayo, ajak Kiara sarapan." ucap mama.
Aku pun hanya bisa menelan saliva ku dengan susah payah melihat mama yang makan sangat lahap sekali. Aku pun segera memanggil Kiara untuk bersarapan.
"Oh iya Rey, nanti kamu masak apa? Mama request boleh kan?" ucap mama.
Padahal beliau masih makan. Tapi sudah membicarakan makan saja.
"Iya ma. Memang mama mau Reyna masakan apa?" ucapku sambil menyuap nasi udukku.
Begitu pun mas Saka dan Kiara yang asik makan.
"Emm, mama ingin kerang saos padang. Kamu bisa kan?" ucap mamaku itu.
Aku mengangguk. "Bisa. Ya udah. Nanti Reyna ke pasar dulu, soalnya tidak ada stok kerang di kulkas." ucapku.
msh mndg pelakornya org lain itupun msh atur waktu buat ketemu sesekali lha ini serumah bhkn istri sah mlh sdh d hlngkn perannya. gila memang moga2 kecelakaan gancet kek