NovelToon NovelToon
RAHASIA DI BALIK PENGKHIANATANMU

RAHASIA DI BALIK PENGKHIANATANMU

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Berbaikan / Selingkuh / Pelakor / Penyesalan Suami / Pelakor jahat
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Desy Far

Rumah tangga Luna yang sangat hangat secara tiba-tiba hancur tanpa aba-aba. Luna mendapati suaminya, Ares, berkhianat dengan sahabatnya sendiri, Celine. Luka yang sangat menyakitkan itu membuat Luna mencari penyebab suaminya berselingkuh. Namun semakin Luna mencari kebenaran, semakin banyak tanda tanya menghantuinya hingga akhirnya Luna memutuskan mengakhiri pernikahan mereka.
Benarkah Ares sudah tidak lagi mencintai Luna?
Ataukah ada suatu kenyataan yang lebih menyakitkan menunggu untuk terungkap?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Far, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

GUGATAN CERAI LUNA

Luna menjalani hari-hari seperti biasanya. Berangkat bekerja dengan langkah yang tegap dengan senyuman tipis melingkar di bibirnya. Siapapun akan mengira bahwa Luna baik-baik saja, padahal di balik pakaian rapih yang ia kenakan serta ketelitian nya dalam bekerja, Luna menyimpan luka yang sangat dalam.

Pagi itu, setelah Luna selesai dengan beberapa tugasnya, Luna berjalan menuju ruangan Noval untuk mengajaknya menikmati kopi hangat di dapur kantor.

Namun, saat ia tiba di depan pintu, dan masuk ke ruangan Noval tanpa mengetuk, pandangannya langsung terpaku pada layar ponsel yang sedang di genggam oleh Noval.

Dari belakang tubuh Noval, ia melihat sosok pria yang dikenalnya, Ares. Berfoto mesra bersama Celine dan diabadikan di sosial media Celine.

Tiba-tiba Noval tersentak ketika menyadari kehadiran Luna di ruangannya. Dengan ekspresi gugup ia buru-buru mematikan layar ponselnya.

“Noval berikan padaku,” ucap Luna dengan suara penuh tekanan.

Noval mencoba menahan, namun kekuatan Luna saat itu mengalahkan segalanya. Dengan gerakan cepat, Luna berhasil merampas dan melihat lebih jelas gambar yang Noval coba sembunyikan.

“Semua orang akan melihat semuanya?” suaranya lirih. “Aku berusaha menutupi semuanya. Aku menutup mata demi harga diriku, namun Celine justru dengan sengaja memerkannya kepada dunia.”

“Maaf  Luna. Aku sudah mengabaikan perasaan kamu. Aku salah karena tidak percaya dengan kamu. Aku tahu semua ini sangat berat untuk kamu,” ucap Noval dengan suara parau.

Luna menatap Noval dengan mata memerah, menahan tangis yang tidak mungkin ia tumpahkan di kantor. Sementara tangannya masih menggenggam ponsel Noval erat-erat.

***

Hari-hari setelah foto itu tersebar, Luna merasa dunianya adalah neraka. Ia tidak pernah tahu seberapa banyak orang yang sudah melihat unggahan Celine bersama Ares, suaminya. Yang pasti harga dirinya sudah terkoyak oleh Celine.

Hingga akhirnya, pada suatu siang, Luna mendatangi ruangan Noval.

Noval yang sedang sibuk menatap layar komputer mendongak begitu melihat kehadiran Luna. “Hai Lun. Ada apa?”

Luna duduk di kursi seberang, kemudian menatap sahabatnya dengan wajah serius.

“Val… aku tahu aku terlalu banyak menceritakan kehidupan rumah tanggaku padamu. Mungkin itu sesekali membuat kamu bosan dan gerah. Tapi kali ini izinkan aku menceritakan lebih dalam, karena hanya kamu teman cerita yang aku percaya Val.” Tatapan serius Luna berubah menjadi tatapan kesedihan.

“Kamu kenapa Lun? Kenapa kelihatan sangat serius?” tanya Noval dengan khawatir.

“Aku sudah berpikir panjang Val, tentang Ares. Tentang diriku sendiri. Dan tentang hubungan kami.”

Noval mengernyit, mencoba menebak arti ucapan Luna.

“Aku memutuskan untuk bercerai saja.”

Kalimat itu meluncur dengan tenang, namun membuat dada Noval tersentak. Noval beranjak dari bangku dan berdiri disisi Luna. “Luna…” Noval terdiam, tidak tahu harus menanggapi apa.

Luna tersenyum tipis. “Ini ujung kesabaranku Val. Celine yang dipilih oleh Ares. Aku sudah mencoba dan berjuang. Aku lelah Val.”

Seandainya ini adalah beberapa tahun yang lalu, yaitu saat mereka masih SMA, mungkin Noval sudah memeluk sahabatnya itu. Namun setelah Luna menikah, Noval sangat menjaga interaksi dengan Luna. Karena Noval mengetahui batas pertemanan mereka saat Luna sudah menikah.

***

Langkah Luna terasa berat ketika keluar dari ruang pengacara. Sebuah map cokelat tebal yang berisi berkas gugatan cerai di peluk erat-erat didadanya. Noval yang berjalan disampingnya, sesekali melirik untuk memastikan sahabatnya dalam keadaan baik-baik saja. Luna yang ia kenal setia, begitu keras kepala mempertahankan rumah tangganya yang hancur, namun kini akhirnya menyerah pada kenyataan.

“Lun, kamu yakin bisa menjalani ini?” suara Noval pelan.

Luna menoleh, matanya berkaca-kaca namun senyum tetap melingkar dibibirnya. Luna mengangguk dengan pelan.

Sampai di halaman depan kantor pengacara, Luna menghentikan langkahnya. Ia menengadah sebentar, melihat awan-awan yang bergerak lambat sambil menarik napasnya sangat dalam. Untuk pertama kalinya, ia merasakan lega walau hatinya masih belum sepenuhnya sembuh.

Noval sudah menunggu di dalam mobil, tangannya mengetuk pelan setir untuk mengisi waktunya menunggu kehadiran Luna. Tanpa banyak bicara, mereka melaju menuju sebuah kantor yang bergerak di bidang konstruksi milik Ares.

Sesampainya di kantor, Noval memilih menunggu di mobil dan membiarkan Luna kali ini bergerak sendiri.

Luna keluar dari mobil, berjalan masuk ke dalam bangunan megah dan berjalan melewati lobby kantor. Dalam benaknya terbayang adegan-adegan seperti di film yang pernah di tontonya: karyawan panik melihat kehadiran Luna, berbisik, bahkan berusaha menghadang agar dirinya tidak masuk ke  ruangan Ares.

Namun kenyataan yang terjadi jauh berbeda. Karyawan justru menyapanya dengan ramah. Senyum sopan dan sapaan hormat justru melayang di telinganya, hal tersebut tentu membuat Luna bingung.

Luna berdiri di depan pintu ruangan Ares, tangannya menyentuh ganggang pintu dengan bergetar. Perasaannya gugup, namun melihat map di tangannya membuat ia menguatkan dirinya.

Tanpa mengetuk terbih dahulu, Luna memutar ganggang dan mendorong pintu perlahan.

Saat pintu terbuka, di balik meja besar, terlihat Ares sedang sibuk menekuni berkas yang ada di hadapannya, sorot matanya fokus.

Pemandangan aneh terlihat di dinding belakang, terlihat sebuah bingkai besar masih memampang foto dirinya bersama Ares.

Luna mengernyit. Semakin bingung dengan keadaan yang terjadi. Bukankah seharusnya foto itu sudah tidak ada karena kejadian yang selama ini terjadi. Namun Luna membuang fokusnya terhadap foto tersebut. Bisa jadi Ares tidak ingin karyawan menanyakan keberadaan foto tersebut jika Ares menurunkannya.

Tanpa sepatah kata pun, Luna melangkah mendekati meja kerja Ares. Mendengar suara hak sepatu beradu pelan dengan marmer, Ares mengangkat kepalanya dan mengerutkan alisnya ketika melihat Luna berdiri di hadapannya.

Tanpa menjelaskan maksud kehadirannya, Luna meletakkan map yang sedari tadi ia peliuk ke atas meja Ares.

Ares menatap map tersebut, lalu beralih pada wajah Luna.

Luna berdiri tanpa bergerak, ia tahu Ares paham isi map itu. ia tahu Ares pasti mengerti betapa berat langkah yang harus ia ambil untuk sampai ke titik ini.

Akhirnya Ares mengulurkan tangannya menggapai map itu. ia mengangkatnya perlahan, namun bukannya membuka atau melirik isinya, Ares justru menatap sebentar map nya lebih dekat dan menarik laci meja kerjanya.

Map tersebut dimasukan kedalam laci tanpa satu katapun. Suara benturan laci tersebut menggema di teliga Luna, terasa lebih menyakitkan daripada bentakan kasar.

Luna mematung di tempatnya. Ia menunggu kata, reaksi ,atau apa saja respon dari Ares. Barangkali sebuah penolakan, atau setidaknya pertanyaan alasan Luna melayangkan gugatan padanya. tapi kenyataannya ia hanya melihat Ares yang dingin kembali sibuk dengan pekerjaannya.

Ingin rasanya Luna berteriak di telinga Ares. Bukan hanya sekali ini saja Ares melukai hatinya. Dada Luna terasa seperti di remas. Bibirnya bergetar menahan tangis.

“Kalau kamu berpikir kamu bisa terus mempermainkan aku, Ares, kamu salah besar.” Suaranya bergetar, namun keluar dengan mantap.

Seketika Ares terdiam. Jemarinya yang sedang menulis pun ikut berhenti. Ia menoleh sekilas, namun kembali menunduk.

Bagi Luna, respon tersebut adalah bukti bahwa ia di pandang remeh oleh Ares.

Tanpa kata-kata, Luna memutar tubuhnya. Ia tahu, jika ia tetap disana, ia hanya akan diinjak dengan sikap acuh Ares.

Untuk pertama kalinya, tidak ada setetes air mata pun jatuh di pipi Luna. Sorot matanya menyala dengan kekuatan baru. Luna merasa semua cukup.

Di parkiran, Noval yang sudah menunggu sontak menegakkan tubuhnya begitu melihat kehadiran Luna. Tanpa bertanya apa pun, Noval membuka pintu untuk Luna.

Sorot mata Luna yang berapi dan tegar membuat Noval tidak meminta Luna menceritakan kejadian pertemuan Luna dan Ares.

Noval menyalakan mesin mobil, kemudian membawa mobil perlahan meninggalkan halaman kantor Ares.

Luna menatap lurus kedepan, ia tersadar telah terluka. Namun luka itu justru mengubahnya lebih kuat dari sebelumnya.

1
LinJibongs
Thor, jangan biarin kami kelaparan. Update secepatnya 🥺
Desy Far: Kak. Sudah diupload ya bab selanjutnya. Selamat membaca 🫶🏻
total 1 replies
Gbi Clavijo🌙
Thor, jangan bikin pembaca gatal gatel nunggu update ya!
Desy Far: Tenang aja kak. Aku bakal ajak kakak greget sama kisah Luna ini 🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!