Naura Anjani, seorang gadis desa yang menikah dengan pria asal kota. Namun sayang, gadis itu tidak di sukai oleh keluarga suaminya karena dianggap kampungan dan tidak setara dengan menantu lain yang memiliki gelar pendidikan tinggi dan pekerjaan yang memadai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Azriel sedang pergi beli es krim dengan anak-anak dan Ria. Tadi anak-anak menangis minta es krim sekalian jajan, jadi Mama minta Azriel untuk menemani Ria ke mini market," jawab Mama Sovi yang masih menatap ke arah Naura dengan tetapan yang sulit dimengerti.
"Sepertinya baju yang kamu pakai itu mahal ya, Ra?" tanya Rere yang tiba-tiba saja bangkit dan berjalan ke arah Naura.
Ia bahkan meraba kain baju yang Naura kenakan demi memastikan apakah baju yang di pakai Naura ori atau kw.
"Aku lupa harganya, Mbak. Ini baju yang tadi aku beli di butik yang baru buka dekat Mall. Aku lihat di sana ramai pengunjung, jadi aku memutuskan untuk masuk juga. Ternyata bajunya bagus-bagus dan cocok dengan seleraku," jelas Naura apa adanya.
"Kalau kamu lupa harganya, berarti baju yang kamu beli tadi banyak, dong! Bukan hanya ini saja?" Rere yang merasa tidak puas dengan jawaban yang dilontarkan Naura.
Ia kembali menanyakan hal yang bagi Naura cukup ambigu. Mengingat selama ini hubungan mereka memang tidak terlalu dekat.
Naura merasa kalau pertanyaan yang dilontarkan kakak iparnya itu terasa kurang sopan.
"Ya, aku memang beli beberapa, aku lupa jumlahnya ada berapa. Kebetulan aku juga lupa berapa total harga semuanya," jawab Naura seadanya sambil terus melirik ke arah pintu.
Berharap suaminya akan segera kembali dan mengajaknya untuk makan malam di luar.
Karena semakin lama ia bicara dengan Rere dan mertuanya, pasti akan ada hal yang membuat mereka semakin membencinya.
"Bagus ya kamu, Naura! Kamu tahu sendiri kan kalau Azriel lelah bekerja dari pagi sampai sore, tapi kamu masih saja menghambur-hamburkan uang anak saya. Kamu tidak pernah lihat baju-baju mahal ya? Kok bisa-bisanya kamu punya pikiran untuk belanja barang-barang mahal dan branded?"
"Bukankah seharusnya kamu sadar diri kalau kamu itu pengangguran dan hanya menjadi beban suami. Pantas saja semenjak menikahi kamu, Azriel tidak pernah lagi memberikan saya barang-barang mewah dan kado spesial seperti biasanya. Ternyata uangnya habis kamu pakai sendiri," seloroh Mama Sovi yang tiba-tiba saja murka dan menatap Naura dengan tatapan tajam.
Selalu saja seperti itu, Mama Sovi akan terus memojokkan Naura dengan selalu mengatakan jika dia hanyalah istri yang akan membebani suami.
Padahal jelas-jelas itu semua adalah tanggung jawab Azriel terhadap istrinya sendiri.
Karena jika bukan pada Azriel lantas pada siapa lagi Naura meminta nafkah?
"Mama benar, Naura. Seharusnya kamu sadar diri kalau gaji Azriel tidak akan cukup untuk memenuhi fashion kamu yang tiba-tiba mahal seperti ini. Mungkin saat ini Azriel bisa memenuhi semua keinginan kamu karena kalian belum punya anak. Tapi kalau misalnya kalian nanti punya anak, kasihan Azriel kalau harus banting tulang sendirian untuk menghidupi kalian," Rere pura-pura bersikap bijak di hadapan mertuanya.
"Seharusnya kamu mencontoh aku dan Ria, meskipun gaji Mas Rio dan Rangga besar. Kami tetap bekerja karena sadar dengan kebutuhan hidup yang selalu meningkat akhir-akhir ini. Jadi, tolong stop bersikap kampungan dengan membeli barang-barang mahal dan menghabiskan uangnya Azriel," Rere bersikap seolah sedang menasehati meski sebenarnya terselip kata-kata hinaan dibaliknya.
Dan hal itu tentu saja bukannya meredakan amarah Mama Sovi, wanita itu justru malah menambah runyam keadaan.
"Jadi menurut, Mbak. Aku harus minta nafkah sama siapa selain sama Mas Azriel? Sama Mas Rio?" sergah Naura yang membuat wajah Rere memerah.
Bagaimana tidak, Naura menyebut nama suaminya untuk hal meminta nafkah.
"Diam kamu ya, Ra! Omongan kamu itu sudah kelewatan! Kamu tidak usah bawa-bawa Mas Rio dalam masalah ini," ucap Rere tak terima.
"Justru yang jadi pertanyaan, kenapa Mbak Rere selalu ikut campur dalam urusan rumah tanggaku dan selalu mengatakan kalau aku hanya beban suami? Bukankah itu urusanku dengan Mas Azriel, bukan urusan Mbak. Selama uang yang aku pakai tidak merugikan Mbak dan keluarga, jangan pernah ikut campur dalam urusan rumah tanggaku. Mbak juga hanya menantu di rumah ini, dan posisi kita sama," tegas Naura tidak mau kalah.
"Stop! Diam kalian berdua, terutama kamu, Naura. Cukup ya ribut-ribut di rumah Mama, Mama lelah mendengar kalian ribut dari tadi," sentak Mama Sovi.
Merasa menantu kesayangannya sudah kalah telak Mama Sovi segera menengahi.
"Naura, dengar! Ada baiknya memang kamu mendengar saran yang kami ucapkan. Kamu itu hanya pengangguran, lebih baik kamu tidak banyak gaya. Beda dengan Ria dan Rere, mereka itu wanita karir. Jadi sudah sepantasnya kamu membantu mereka menjaga anak-anak, agar kamu ada pekerjaan!" ucap wanita itu lagi yang membuat kedua menantunya terdiam.
Sementara Rere terlihat semakin pongah karena merasa mertuanya lebih membelanya daripada Naura.
Naura yang kembali dibanding-bandingkan merasakan sakit yang semakin dalam. Wanita itu kini hanya bisa menundukkan pandangannya.
"Pengangguran tapi kenapa isi amplopnya lebih tebal ya dibandingkan dengan wanita karir?" seru Tante Gina yang tiba-tiba saja masuk ke dalam rumah.
Ucapan wanita itu sontak membuat tiga wanita yang berada di sana menoleh ke arah pintu.
Tante Gina datang dengan Dewi yang resepsi pernikahannya dihadiri oleh Naura beberapa hari yang lalu.
"Bahkan isi amplopnya Rere dan Ria tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan isi amplopnya Naura!" sambungnya lagi yang kini sudah berada di antara tiga wanita di sana.
Ucapan Tante Gina berhasil membuat Rere dan Mama Sovi merasa heran sekaligus syok.
"Apa maksud kamu barusan, Gina? Jangan buat aku penasaran, datang-datang malah ikut nimbrung saja kamu," tanya Mama Sovi saat melihat adiknya yang datang dan langsung duduk di sampingnya.
Bukannya langsung menjawab pertanyaan sang kakak, Tante Gina justru meminta Dewi untuk ikut duduk di sampingnya.
Barulah setelah itu Tante Gina tersenyum tipis dan melihat ke arah orang-orang di sana satu persatu.
"Seperti yang aku bilang tadi, Mbak. Menantumu yang dari kampung itu kemarin memberikan amplop yang lumayan tebal untuk seorang pengangguran dan Ibu rumah tangga seperti dia. Sedangkan menantumu yang lain malah memberikan amplop yang isinya hanya seperempatnya saja," jawab Tante Gina menjelaskan.
Wanita itu bukan hanya melirik ke arah Naura, ia juga melirik ke arah Rere yang terlihat tercengang dengan jawabannya barusan.
"Maksud kamu Naura memberikan isi amplop yang banyak saat pernikahan Dewi?" tanya Mama Sovi kembali memastikan.
Wanita itu merapatkan tubuhnya pada sang adik, sedangkan Naura masih berdiri di tempatnya.
Menunggu Azriel yang tidak kunjung kembali, meskipun mini market berada tak jauh dari rumah.
"Emangnya berapa sih uang yang diberikan Naura, Tante? Masa sih isinya banyak dan tebal, salah baca nama kali," Rere yang merasa tak terima ikut memastikan.
"Tidak mungkin, Mbak. Kami tidak buta huruf sampai bisa salah baca nama. Naura memang kasih uangnya banyak," imbuh Dewi yang sejak tadi hanya diam.
"Memangnya kamu kasih mereka berapa, Naura?" tanya Mama Sovi ketus.
**************
**************