Mora mendapatkan tawaran menarik untuk menggoda pria beristri. Jika berhasil bayaran sejumlah 100 juta akan ia dapatkan.
Tapi ternyata tawaran itu sangat tidak mudah untuk Mora laksanakan. Pria yang harus ia goda memiliki sikap yang dingin dan juga sangat setia dengan sang istri.
Lalu apakah Mora akan berhasil merebut pria dari istrinya? atau bahkan justru hubungan mereka semakin dekat karna pria tertarik pada Mora?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKS 12
Adam menikmati aroma wangi yang berasal dari helaian rambut Mora. Angin seakan mendukungnya, sehingga setiap helai rambut Mora bertebangan menyerang wajahnya.
“Rambutmu, Mora,” ucapnya.
Seketika Mora baru sadar itu. Ia mengarahkan rambutnya ke sisi lain, karena itu leher jenjangnya dari arah samping dapat terlihat jelas oleh Adam.
Benar-benar menggoda. Bahkan Adam saja sampai tertegun, ia mengalihkan fokusnya pada hal lain. Yaitu pada email yang tidak dimengerti oleh Mora.
“Ya.. sadarlah, Adam. Leher jenjang itu terlihatmu karena wanita ini ingin bertanya soal pekerjaan. Sadarlah,” gumamnya didalam hati.
Sialnya sama sekali Adam tidak bisa mengalihkan pandangannya. Kedua mata tajam tersebut tetap saja melihat kearah bagian samping leher Mora.
Jenjang sempurna. Mata Adam menyusuri sampai area dada, ia tertegun sebentar sembari mengalihkan pandangan kearah laptop.
“Tuan berkeringat?”
Pertanyaan secara tiba-tiba dari Mora mengejutkan Adam. Sampai dengan gerakan spontan Adam menggelengkan kepala sebagai jawaban.
Meskipun sama sekali tidak mengerti dengan arti pertanyaan Mora.
“Tuan baik-baik saja?” tanyanya lagi.
Adam sedikit menjaga jarak yang sempat dekat sekali dengan Mora. Tentunya sembari berdehem membuang sisa-sisa rasa gugup yang ada.
“Baik, apa aku terlihat tidak baik sekarang?”
Mora hanya menaikkan bahu saja pertanda tidak tahu. Ia kembali memegang mouse, lalu membawa fokus Adam pada dokumen yang ada di laptopnya.
“Aku tidak mengerti dengan dokumen ini, Tuan. Rasanya… bahasa dari klien dalam email ini terlihat ribet.”
Ucapan Mora, lebih tepatnya suara lembut itu membuat Adam benar-benar tidak fokus. Kalau terus-terusan saja dalam posisi bahaya tersebut Adam tidak akan aman.
Dengan tanpa permisi langsung saja Adam merebut laptop Mora. Dan semua ulah Adam membuat Mora bingung.
“Begini saja… Bagian mana yang tidak kau mengerti pisahkan saja. Aku yang akan menyelesaikan semuanya nanti.”
“Benarkah?” Tentu saja Mora senang. Karena seolah-seolah Adam meringankan pekerjaannya yang menumpuk.
“Iya, pergilah kembali ke mejamu,” perintahnya bahkan tangan Adam terus saja mengibas agar Mora segera menjauh darinya.
Mora tersenyum lebar lalu mulai melangkah kembali menuju meja kerjanya. Saat sudah berbalik badan Mora tersenyum penuh arti pada dirinya sendiri.
“Aku tahu kelemahan Adam. Dia tidak bisa dekat dengan wanita, terlebih lagi wanita cantik sepertiku,” gumam Mora sembari sesekali melirik Adam yang tengah fokus pada dokumen miliknya tadi.
Hanya karena agar tidak berdekatan dengan Mora terus Adam dengan terpaksa menyelesaikan tugas yang sama sekali bukan urusannya.
“Semakin kau setia dengan istrimu itu, Tuan… maka aku akan semakin semangat merebut dirimu dari istri yang teramat kau sayangi itu.”
Merasa jika rencana mulai terlihat titik terangnya. Selama masih ada keseringan bertemu dan juga bersama maka Mora merasa kesempatan masih ada.
Hanya saja Mora tengah mengimbangkan. Jangan sampai hanya karena tugas merebut suami orang ini membahayakan Kuliahnya.
Mora harus lulus cepat. Saat rencananya berhasil maka ia akan segera pergi sejauh-jauhnya dari orang asing tersebut dan juga kehidupan Adam.
~~
“Jadi, saya ingin… semua klien harus puas dengan kinerja kita. Kepuasan klien juga sebagai penentu rating Perusahaan kita.”
“Kinerja kalian harus benar-benar total untuk saya. Terlebih lagi saya sangat tidak suka dengan seseorang yang ceroboh. Karena kecerobohan bisa saja membuat masalah di Perusahaan saya.”
Sore ini Adam mengadakan rapat penting dengan para karyawannya. Mora dengan setia berdiri disampingnya, tangannya membawa berbagai barang yang dibutuhkan Adam.
Sepanjang proses Adam menjelaskan semuanya tiada henti Mora menatapnya kagum. Terlihat jelas jika Adam adalah orang yang gigih dan juga bertanggung jawab.
Kini Adam mendapatkan laporan dari salah satu karyawan. Dengan seksama Adam mendengarkan segala keluhan, bahkan sembari menggulung lengan kemejanya.
Momen itu sangat dinikmati oleh Mora. Ia merasa jika Adam benar-benar mempesona, terlihat menggoda sekali saat lengan kemejanya digulung seperti itu.
“Damn! Kenapa dia menggoda sekali? Apa rasanya jika tangan kekar itu aku peluk ya?” Mora terus saja meracau tidak-tidak didalam hati.
Sesuai profesinya sebagai pelakor bayaran, kini Mora juga sudah mulai menjadi seseorang yang mesum.
“Aihhh, tapi aku sangat ingin memegang lengannya,” gumam Mora lagi.
“Hei,” Asher memegang lengan Mora. Tentunya wanita itu sampai tersentak kaget, bahkan menatap kearah Asher dengan pandangan penuh tanda tanya. “Tuan meminta dokumen penting itu darimu.”
Seketika Mora baru tersadar. Ia menoleh kearah Adam yang kini sudah berkacak pinggang menunggunya.
“Buruan, jangan sampai Tuan marah besar padamu,” Kembali Asher mengingatkan.
Tanpa babibu langsung saja Mora berjalan menuju Adam. Menyerahkan dokumen yang ada ditangannya, saat itu Adam sempat menatapnya tajam.
“Lain kali fokuslah. Jangan pikirkan kekasihmu disaat sedang bekerja, mengerti?” sindir Adam dengan berbisik tapi tetap saja terasa sinis.