NovelToon NovelToon
Lama-lama Jatuh Cinta

Lama-lama Jatuh Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:315
Nilai: 5
Nama Author: Nur Yani

Prolog :
Nama ku Anjani Tirtania Ganendra biasa di panggil Jani oleh keluarga dan teman-temanku. Sosok ku seperti tidak terlihat oleh orang lain, aku penyendiri dan pemalu. Merasa selalu membebani banyak orang dalam menjalani kehidupan ku selama ini.
Jangan tanya alasannya, semua terjadi begitu saja karena kehidupan nahas yang harus aku jalani sebagai takdir ku.
Bukan tidak berusaha keluar dari kubangan penuh penderitaan ini, segala cara yang aku lakukan rasanya tidak pernah menemukan titik terang untuk aku jadikan pijakan hidup yang lebih baik. Semua mengarah pada hal mengerikan lain yang sungguh aku tidak ingin menjalaninya.
Selamat menikmati perjalanan kisah ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pahit

“Mas rindu Jan.”

“Kamu apa kabar Jan?”

Jani buru-buru mencuci tangannya yang kotor karena saus tomat dan mayonnaise yang menempel di jari-jarinya.

“Pelan Jani, kau bisa terluka.” Suara Calvin mencoba mengingatkan Jani yang grusukan.

“Jani buru-buru Kak.” Calvin hanya menggeleng.

Matanya kembali fokus menatap layar laptop nya yang masih bersinar terang. Meski Jani berisik, Calvin merasa senang karena hidupnya jadi berwarna.

“Jani kabar baik Mas, Mas dan Quin apa kabar? Mbak Gina apa kabar juga Mas?” Balas Jani penuh semangat. Matanya berbinar menatap kata demi kata yang menyentuh perasaannya.

“Mas juga kabarnya baik, Mbak Gina sehat, Quin sudah pulih juga Jan. berkat bantuan Jani.” Jani memanyunkan bibirnya sedih.

“Berkat perjuangan Mas yang tidak pernah lelah melindungi kami semua. Jani hanya membantu sedikit Mas.” Balas Jani ingin menguatkan Mas Angga yang sepertinya sedang sedih.

“Apa Calvin baik pada Mu jan?”

“Baik Mas, kami masih mencoba membiasakan diri karena masih sedikit canggung.”

“Wajar Jan, kalian kan baru kenal. Tapi dia tidak kasar kan Jan?”

“Tidak Mas, Kak Calvin baik dan perhatian.”

“Syukur kalau Calvin baik, Mas takut kau terluka Jan.”

Jani tersenyum, Mas nya yang jarang bicara mendadak berubah jadi manis seperti gula jawa. “Jani loh sekuat baja ini Mas. Jani tidak akan terluka apapun yang terjadi.”

“Janji ya Jan, Mas sangat merasa bersalah dengan semua ini Jan.”

Jani menghela nafasnya, lagi-lagi Mas Angga masih belum bisa melepaskan rasa bersalahnya.

“Berkat keputusan kita ini, Jani hidup mewah Mas. Jani tidak pernah membayangkan bisa hidup serba berkemewahan seperti sekarang Mas. Jani bahagia sekali Mas.” Balas Jani yang ingin Mas nya tidak lagi terbebani dengan rasa bersalah.

“Mas tidak bisa di bohongi yah Jan. Maaf sudah merusak masa depan mu. Sudah jangan balas lagi, istirahat sana Jan.”

Jani menatap ponselnya lemas, tapi tidak apa. Nanti rasa bersalahnya lama kelamaan akan memudar. Jani akan buktikan pada Mas angga jika keputusan mereka tidak salah.

“Awwww…..” Suara Calvin berhasil menyadarkan Jani. “Sialan….” Sambil mengibaskan tangannya kuat.

“Kenapa Kak?” Jani meraih tangan Calvin yang memerah jemarinya. “Sampe merah gini Kak, sini Jani olesi salep Kak.”

Jani menarik Calvin ke ruang tengah. Dengan cepat Jani meraih kotak p3k yang berada di laci.

“Tahan ya Kak.” Calvin tersenyum. Tidak ada goresan, tanganya tidak akan merasakan sakit tapi Jani tetap berhati-hati. “Udah Kak, nanti akan membaik. Tunggu saja Kak.”

Jani meniup jemari Calvin yang lembab karena olesan salep yang cukup tebal.

“Sakit gak Kak?” Jani melihat Calvin menggeleng.

“Benarkah? Padahal biasanya perih tau Kak.”

“Kalau lukanya terbuka Jan. ini kan hanya luka jepitan mesin kopi jan. Jani mendongak, dia tidak terfikirkan karena hanya ingin mebantu Calvin mengobati lukanya. “Kau tidak kepikiran?”

Malu sekali rasanya, tapi Jani mengangguk mengakui kesalahannya. “Tidak apa, paling tidak kau sudah berani menyentuh tangan ku karena terluka.”

“Jani juga tidak bermaksud Kak, maaf.” Melepaskan tangannya pelan-pelan.

“Kau boleh menyentuh ku Jani. Aku ini suami mu.” Ucapnya penuh penekanan.

Jani beringsut turun dari sofa, langkahnya dengan cepat meninggalkan Calvin menuju kamarnya.

“Pelan Jan.” Jani mengurangi kecepatan larinya. “Kau ini suka sekali berlari.” Gumam Calvin heran.

"ihhhhh.....Kak Calvin kenapa sih jadi gitu. Jani kan takut...." Bicara sendiri setelah masuk kamar. Jani menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut tebal.

Merinding karena kata-kata Calvin seolah mengingatkan tugasnya sebagai istri.

Jani mendudukan tubuhnya yang sudah terbungkus selimut, berfikir jika tidak ada yang salah dengan kata-kata Kak Calvin barusan.

Apa salahnya, kan kami memang sudah menikah.

Bicara dalam hati lagi.

Tidak lama pintu kamar terbuka lebar, jantung Jani berdegub cukup cepat. Jani dan Calvin saling menatap, ada yang berbeda dengan tatapan nya kali ini. Calvin seperti sedang menginginkan Jani lebih jauh.

"Kenapa Jan? Apa ada kotoran di tubuh ku?" Jani tersadar dan menundukkan kepalanya. "Kau sedang memikirkan hal jorok yah?" Ledek Calvin membuat wajah Jani memerah.

"Enggak Kak." Jawab Jani cepat dan singkat.

"Di tunggu kok Jan, sampai kau dan aku benar-benar yakin untuk melakukan nya." Calvin mengusap kepala Jani dengan lembut.

“Terimakasih Kak, Jani janji tidak akan menyusahkan.” Calvin merebahkan tubuhnya di sisi Jani.

Calvin melawan rasa ingin menyentuh Jani sampai dia siap untuk benar-benar menyerahkan dirinya pada Calvin, suaminya.

Baru juga terlelap Calvin sudah di tarik tarik Jani yang entah kenapa belum juga tidur. “Kenapa Jani….Ya Tuhan, ini sudah tengah malam Jan.” Calvin melihat jam dinding menunjukkan pukul dua malam.

“Aku tidak bisa buka pintu Kak, Jani haus Kak.” Tunjuknya pada kulkas kecil berwarna hitam yang ada di dalam kamar mereka.

“Jangan minum air dingin sayang, nanti perut mu kram.” Jani tercengang, panggilan sayang nya lugas sekali seperti sudah terbiasa. “Maksud ku Jani.”

Calvin menyadari perubahan raut wajah Jani yang terlihat sangat tegang.

“Aku ingin meneguk air dingin Kak, ku mohon.” Jani tidak mau mengingat lagi kata-kata manis suaminya. Calvin segera turun dari kasurnya.

“Sini tangan mu Jan.” Jani menyodorkan tangan kanan nya. “Tekan sedikit lama, pintu nya akan terbuka otomatis.” Jani mengangguk angguk paham. “Ada lagi yang kau butuhkan?” Jani menggeleng.

Calvin kembali melangkah ke kasurnya. Matanya terasa berat sekali untuk tetap terjaga.

Jani melihat satu persatu isi kulkas yang penuh dengan makanan dan minuman mahal. Matanya menjelajah penuh rasa kagum dan bahagia, dirinya bisa menikmati semua yang ada di dalam kulkas tanpa harus menghitung pengeluaran dan uang yang dirinya miliki.

Bebas Jan, minum dan makan sepuas hatimu. Ini semua milik suamimu, artinya milik mu juga Jan. kau hebat sudah menahan diri selama ini, sekarang nikmati semua ini Jan.

Bicara dengan dirinya sendiri memberikan penghargaan atas kerja kerasnya selama ini. Jani menarik satu bungkus coklat berwarna biru dengan minuman kemasan berwarna kuning.

Jani menikmati coklatnya perlahan, rasanya lumer di mulutnya sampai Jani tidak terasa sudah menghabiskan satu baris berisi lima bulatan coklat.

“Berhenti Jani, kau bisa berubah jadi badak kalau makan berlebihan.” Berteriak pada dirinya sendiri.

Crekkkk…..

Terbuka tutup botol minuman yang dia bawa tadi.

“Ini bisa membantu melancarkan pencernaanku.”

Byurrrr……..

Akhhhhhh……

Teriak Jani merasa lidahnya seolah tersengat lebah. Calvin yang belum sepenuhnya terlelap langsung menghampiri Jani dengan wajah cukup panik.

“Jani….Kenapa? Ada apa Jan?” Jani masih memegangi mulutnya. “Kak Calvin lihat Jan….buka Jan please.” Jani melepaskan tangannya dari mulutnya. “Apa yang kau minum?”

Jani menunjukkan botol kuning yang teronggok di atas meja kecil kamar mereka.

Calvin mengusak rambutnya cukup kasar. “Sudah terminum?” Jani mengangguk. “Maaf Jan.”

Tangan kanan Calvin sibuk sekali menghubungi seseorang. Sedangkan tangan kirinya tidak melepaskan genggaman tanganya pada lengan Jani.

“Apa yang kau rasakan sekarang Jan?”

Jani bingung, rasanya tidak bisa di gambarkan dengan semua rasa yang pernah dirinya coba di muka bumi ini.

“Aneh Kak, Jani tidak suka. Pahit.” Ucapnya membuat Calvin lega Jani tidak keracunan.

Calvin sedikit tenang melihat Jani baik-baik saja, pasalnya minuman yang baru saja Jani teguk adalah sampel munuman kemasan yang baru saja bawahannya antarkan untuk dirinya uji coba.

Calvin meletakkannya di kulkas miliknya karena tempat itu paling aman sebelum dirinya bawa ke lab pengujian besok pagi.

“Apa rasanya seburuk itu?” Jani mengangguk. “Coba deskripsikan Jan.”

“Lidah Jani seperti tersengat listrik, rasanya terlalu asam dan terakhir meninggalkan rasa pahit. Jani tidak akan beli lagi Kak, kapok.” Ucapnya dengan polos.

“Batalkan prodak mu Josua, kau gagal. Rasanya bisa membunuh umat manusia di muka bumi ini.” Pesan Calvin yang di kirimkan pada bawahannya yang sudah bekerja keras.

“Mau kembali tidur?” Calvin tidak mau meninggalkan Jani lagi, dia ternyata cukup ceroboh.

“Iya Kak, Jani kenyang.” Mengusap perutnya yang rata.

“Tidur Jan, Kak Calvin di sisi mu.” Padahal Calvin yang sudah tidak tahan ingin segera tidur.

“Besok Jani sudah mulai kuliah ya Kak, di kampus lama Jani.” Calvin mengangguk tanpa membuka matanya. “Terimakasih banyak Kak, Jani janji akan berbuat baik selama sisa hidup Jani.”

“Good girl.” Ucap Calvin dengan sadar sambil mengusap lembut kepala Jani yang tertidur di sisinya. Perlakuannya lembut meski kedua matanya tertutup rapat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!