IG : Srt_tika92
Giska, gadis yatim piatu yang tinggal dengan keluarga mantan majikan kedua orang tuanya.
Aurel adalah salah satu anak dari keluarga dimana Giska tinggal.
Aurel dan Giska selalu bersekolah di tempat yang sama, karena memang usia mereka sebaya.
Mereka pun terjebak mencintai pria yang sama. Hingga Giska merelakan pria itu untuk menikah dengan Aurel.
Hingga suatu saat, Aurel datang tiba tiba menemui Giska untuk menikah dengan suaminya.
Ikuti kisah cinta mere hanya disini..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon susi sartika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 12
" Gis, lo di dalem kan.. "
Giska segera memakai pakaian yang berceceran akibat ulah Davon. " Ya Allah, kenapa gue kaya kepergok selingkuh sama suami orang. "
Giska membuka pintu dengan perlahan, terlihat jelas kegugupan di wajannya.
" Rel.. " lirihnya.
" Gis, Davon mana? " tanya Aurel.
" Emm, Davon lagi mandi Rel. " ucap Giska.
Aurel mengernyitkan keningnya. " Kok bisa mandi disini? "
Giska mulai gugup menanggapi pertanyaan Aurel. " Emm.. itu.. itu tadi Davon ketumpahan minum pas lagi ngobrol jadi langsung mandi deh. "
" Oh.. " Aurel mengangguk mengerti, meski dalam hati yang terdalam menaruh kecurigaan. " Gue ambilin baju ganti buat Davon.
Aurel berlalu menuju ke kamar nya untuk mengambil baju Davon. " Tapi kenapa tadi di kunci pintunya, apa jangan - jangan mereka.... ah tapi gak mungkin Davon begitu, dia kan orang nya kaku! "
Malam harinya mereka semua menghabiskan waktu di halaman vila itu, mengadakan pesta barbeque.
Suasana menjadi riuh saat Juno sudah mulai dengan kenarsisannya. Nyonya Jenny sangat antusias menanggapi cerita keponakannya itu dan sesekali meledeknya.
Giska dan Aurel pun mengikuti candaan itu, tapi tidak dengan Davon, dia lebih fokus ke layar ponselnya.
" Kak Davon, kok diem aja! " seru Juno yang melihat Davon hanya diam sembari memainkan ponselnya.
Davon mengalihkan pandangannya kearah Juno. " Terus harus ngapain? "
" Ah gak seru! ikut ngobrol kek, nyanyi kek atau apalah... " Juno.
" Lagi gak mood! " serunya lalu kembali lagi ke layar ponselnya.
" Ck, punya istri dua kok di anggurin semua... aduh parah! kalau aku pasti udah ku sikat semuanya! " seru Juno yang mendapat tepokan di jidat oleh Nyonya Jenny.
" Kalo ngomong tuh di saring dulu! masih kecil udah mesum! "
" Heheee.. sorry tan, " Juno menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Malam semakin larut udara pun semakin dingin menusuk hingga ke tulang, membuat satu persatu undur diri ke kamar mereka masing - masing menyisakan Davon dan kedua istrinya.
" Rel, Von, gue masuk dulu ya.. " Giska akhirnya berpamitan pada Aurel dan Davon untuk pergi ke kamarnya karena merasakan suasana canggung di antara mereka.
" Iya Gis, " Aurel.
Kepergian Giska tak luput dari pandangan Davon yang selalu mengikutinya.
" Von, aku juga udah ngantuk tidur yuk. " Aurel.
Sungguh Davon ingin sekali mengikuti kemana Giska pergi, tidur bersamanya, memeluknya. Namun di sisi lain ada Aurel di sampingnya yang tak mungkin ia abaikan hanya untuk bersama Giska.
" Duluan aja! " Davon.
" Aku mau nya sama kamu, yaudah kalo kamu gak mau masuk, aku tungguin kamu sampe bosan disini. " kekeh Aurel.
Davon menarik nafasnya. " Yaudah ayo masuk. " Davon berdiri dari duduknya diikuti Aurel.
Sebelum memasuki kamar mereka, Davon melirik ke arah kamar yang ada di sebelahnya, ingin rasanya Davon masuk ke kamar itu saja menghabiskan malam bersama gadis yang di cintainya.
Setelah masuk ke kamar, Aurel memeluk Davon dari belakang membuat empunya terkesiap.
" Von, aku kangen nih. " Aurel.
" Rel, aku capek! " elaknya.
" Von, udah lama loh kita gak berhubungan. apa kamu gak kangen sama aku. " Aurel membalikan tubuh Davon untuk menghadapnya, suara Aurel terdengar sangat menggoda.
Davon memang sudah lama tidak menyentuh Aurel, satu bulan lebih. Karena memilih sibuk menggeluti pekerjaannya untuk mengalihkan hasratnya.
" Rel -- " belum sempat mengucapkan, bibir Davon sudah menyatu dengan bibir Aurel. Tidak lupa tangannya merabba tubuh tegap Davon yang sangat sempurna di mata kaum hawa.
Davon lelaki normal yang jika mendapatkan belaian akan tergugah hasratnya, apalagi di sekitar daerah sensitif nya.
Pergumulan hangat pun terjadi di antara mereka. Suara desahan Aurel mengisi penuh ruangan itu. Sedangkan Davon berusaha tidak mengeluarkan suara laknat itu, menyadari jika kamar yang mereka tempati tidak kedap suara. Davon tidak ingin Giska mendengarnya.
Tapi entah kenapa Aurel justru mengeraskan desahannya, tidak seperti biasa bahkan terlihat berlebihan. Davon dengan secepat kilat membungkam mulut Aurel dan memberikan ciumannya, dia takut Giska yang ada di ruang sebelah mendengarnya.
Sedangkan Giska yang berada di kamar sebelah sudah memasang earphone dan memutar musik dengan sangat kencang, agar tidak mendengar lebih lanjut suara sepasang suami istri yang sedang memadu kasih.
Giska tidur meringkuk di atas ranjangnya, hatinya terasa sakit bagi tersayat sebilah pisau yang sangat tajam, sungguh dia tidak rela pria yang di cintainya bersama wanita lain, meski wanita itu istri sahnya.
Salahkan?
Egoiskah dirinya cemburu dengan istri pertama suaminya?
Walau bagaimana pun, Giska hanya seorang wanita yang memiliki kerapuhan dalam hatinya.
Hal inilah yang Giska takutkan dan dia hindari, keputusan yang tidak mau tinggal di rumah Davon karena Giska tidak mau melihat kemesraan Davon dengan wanita lain yang akan membuat hatinya sakit.
Davon segera membersihkan tubuhnya setelah kegiatannya bersama Aurel selesai.
Davon keluar dari kamar mandi dan mendapati Aurel sudah tertidur pulas, hal ini menjadi kesempatan Davon untuk menemui Giska.
Ceklek... terdengar suara pintu kamar terbuka.
Davon melihat Giska meringkuk dengan earphone menempel di telinganya, membuat Davon mengerti jika Giska telah mendengar semuanya.
Ada rasa bersalah di hati Davon yang sudah menyakiti hati Giska. Perlahan Davon menaiki ranjang dan memeluk Giska dari belakang.
Giska yang merasakan sebuah pelukan dan sudah di pastikan dari pria yang sangat ia cintai semakin terisak, terlihat jelas kedua bahunya yang bergetar.
Davon mengecup puncak kepala Giska dan memindahkan earphone dari telinganya.
Giska membalikan tubuhnya dan langsung memeluk erat tubuh kekar Davon, seakan tak mau kehilangannya.
" Maaf.. " ucap Davon sembari mengecup berkali kali kening Giska.
Giska hanya mengangguk dan menenggelamkan Kepalanya semakin dalam di dada bidang Davon.
Marah? Giska tidak bisa, karena Aurel berhak atas itu.
Kecewa? Giska tidak bisa, karena itu kewajiban Davon.
Sakit? yah hanya itulah yang Giska dapatkan.
Pagi harinya Davon bangun terlebih dahulu, dia tidak mampu melihat wajah Giska yang telah ia sakiti.
Pagi itu juga Davon memutuskan untuk pulang lebih awal, tanpa menunggu mereka menyelesaikan liburannya yang tinggal satu hari.
Davon beralasan ada pekerjaan penting yang harus segera di selesaikan.
Giska mulai membuka matanya karena terusik oleh sinar matahari yang menerobos di sela jendela kamarnya.
Giska mencari keberadaan Davon yang semalam menemaninya tidur.
" Dimana Davon? apa dia sudah kembali ke kamar Aurel? " gumam Giska.
Saat ingin beranjak dari tempat tidur, Giska menemukan sebuah secarik kertas lengkap dengan sarapan paginya.
...Sayang, aku pulang lebih dulu. Ada pekerjaan penting yang harus ku selesaikan. Maafkan aku yang telah melukai hati mu. Sungguh aku hanya mencintai mu....
...I love you......
Giska tersenyum membaca memo dari Davon. Sedikit melupakan rasa sakit hati yang di rasakannya saat ini. " I love you to. "
*
*
*
Bye.. bye..
👍👍👍💪💪💪🙏🏻🙏🏻🙏🏻