Kelahiran bayi hasil pengkhianatan tunangan dan adiknya, membuat Nara merasakan puncak kehancuran. Rasa frustrasi dan kecewa yang dalam membuat Nara tanpa sengaja menghabiskan malam dengan seorang pria asing.
“Aku akan bertanggung jawab dan menikahimu.” -Daniel Devandra Salim
“Menikah dengan pria asing? Apakah aku bisa bahagia?”
“Seluruh kekayaanku, akan kugunakan untuk membahagiakanmu.”
Dalam pernikahan yang dikira menjadi jalan bahagia, Nara justru menemukan sebuah fakta yang mengejutkan tentang Devan yang tidak pernah dia sangka. Di saat yang sama, ipar alias mantan tunangannya mencoba meyakinkan Nara bahwa dia hanya mencintai wanita itu dan menyesal telah mengkhianatinya.
Akankah Nara berhasil mendapatkan kebahagiaan dalam pernikahannya dengan Devan?
Ataukah dia mengalami kegagalan dan kembali pada mantannya?
*
*
Follow IG @ittaharuka untuk informasi update novel ini ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Suara mesin mobil mewah itu mereda, bersamaan dengan berhentinya tangisan bayi di gendongan Renata. Dari balik pagar rumah, ia melihat seorang pria keluar dari mobil. Tinggi, berpenampilan rapi, dengan senyum yang ramah.
Itulah Devan, calon suami kakaknya, yang baru pertama kali Renata lihat secara langsung. Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan betapa tampannya Devan. Aura percaya diri terpancar darinya, berbeda jauh dari bayangan yang pernah terlintas di pikiran Renata.
Devan membukakan pintu mobil untuk Nara, gerakannya halus dan penuh perhatian. Suara tawa mereka terdengar samar, mesra dan hangat. Renata merasakan sesuatu yang berbeda, sebuah kehangatan yang tak terduga.
“Renata,” sapa Nara yang tidak menyadari adiknya sudah berdiri di dekat pintu, entah sejak kapan. “Oh, Dev, ini adikku,” kata Nara, mendekati Renata yang masih tertegun. Suara bayinya masih merengek pelan di gendongan.
Devan tersenyum, menyapa Renata dengan ramah. “Hai, Renata. Senang bertemu denganmu.” Suaranya lembut dan menenangkan, berbeda dari bayangan Renata sebelumnya.
Renata hanya bisa mengangguk, sedikit tersipu. Jujur, ia tak menyangka. Devan jauh lebih tampan dan berkarisma daripada yang pernah ia bayangkan. Bahkan dibandingkan dengan Endra, suaminya, Devan tampak lebih menawan. Kesan pertama ini begitu kuat, membuat Renata merasa pernikahan kakaknya akan berjalan dengan baik.
Nara lalu mengajak Devan masuk. Dia sengaja merangkul lengan Devan di hadapan Renata untuk menunjukkan kemesraan mereka.
Sinar matahari sore menyinari ruang tamu, menciptakan suasana hangat di rumah Nara. Aroma masakan Mama memenuhi ruangan, tetapi Nara tetap merasa gelisah karena besok adalah hari pernikahannya.
Percakapan serius antara Devan dan Papanya di teras membuat hatinya berdebar. Nara takut, masa lalunya akan terulang.
Renata menghampiri Nara yang tengah duduk tegang di ruang tengah, bayinya telah tertidur pulas di gendongannya. “Kak, Kak Devan ganteng banget, ya,” katanya, suara penuh kekaguman. “Kok baru dikenalin keluarga sekarang? Aku baru ketemu hari ini, besok udah jadi kakak iparku aja!" seru Renata, berniat mengcairkan ketegangan dengan kakaknya.
Nara tersenyum tipis, mencoba meredakan kegelisahannya. “Aku nggak mau kejadian kayak sama Endra terulang lagi, Ren,” ujarnya, suara sedikit pelan. “Aku belajar dari pengalaman. Kali ini aku lebih berhati-hati.”
Renata mengerutkan dahi, tidak mengerti maksud perkataan kakaknya barusan. “Maksudnya?”
Nara menghela napas, menatap Renata dengan senyum yang dipaksakan. “Rumput tetangga memang selalu kelihatan lebih hijau, ‘kan? Aku nggak mau kejadian yang sama terulang.”
Renata tampak tersinggung, meski yang dikatakan Nara adalah sebuah kebenaran. “Kak, aku udah minta maaf. Aku nggak akan pernah macam-macam sama Kak Devan. Aku udah punya suami.” Suaranya terdengar sedikit defensif.
Nara mengusap lengan Renata. “Kita nggak pernah tahu, Ren. Bahkan aku nggak tahu kalau kamu dan Endra berselingkuh lama di belakangku. Makanya, tolong hargai aku yang mau belajar dari kesalahan masa lalu.”
Renata hendak membalas perkataan Nara, tetapi tiba-tiba Mama muncul sebelum pertikaian terjadi. “Udah-udah, jangan bertengkar. Malu sama Devan! Renata, bawa anak kamu ke kamar!”
Ketegangan mereda seketika. Nara merasa lega, walaupun rasa cemas masih sedikit menghantuinya. Ia hanya ingin memastikan kebahagiaannya kali ini berjalan dengan semestinya.
**
**
Cahaya matahari sore menerobos jendela kamar pengantin, menyinari gaun pengantin Nara yang berkilauan. Namun, kilauan itu tak mampu menutupi kegugupan yang membayangi wajahnya.
Nara berdiri menatap pantulan dirinya di depan cermin, seakan tak percaya hari ini adalah hari pernikahannya. Hari yang dinanti, tetapi juga dibayangi keraguan. Aroma bunga melati memenuhi ruangan, mencoba menenangkan hatinya yang berdebar.
Anya masuk, senyumnya yang ceria mampu sedikit mencairkan ketegangan. “Cantik banget, Nara! Pak Devan bakal melongo nanti. Dia nggak akan menyesal karena punya istri secantik kamu,” ujarnya, mencoba menghibur.
Nara tersenyum tipis, tetapi keraguan masih terpancar dari matanya. “Anya … aku beneran layak dapat semua ini? Rasanya terlalu cepat … dan Devan … aku masih ragu.” Suaranya bergetar, mengungkapkan kerisauan hatinya yang terpendam.
Anya merangkul bahu Nara, mencoba memberikan kekuatan dengan mengusap punggungnya. "Ragu itu wajar, Sayang. Tapi jangan biarkan rasa ragu itu menghancurkan kebahagiaanmu. Singkirkan keraguanmu, dan nikmati hari bahagiamu!”
Nara mengangguk, mencoba menenangkan diri. “Anya, apa semuanya sudah siap?”
Anya lalu pergi, meninggalkan Nara sejenak. Namun, keheningan tak berlangsung lama.
Endra muncul, wajahnya tegang, berpura-pura mengambil botol susu anaknya yang memang tertinggal. Aroma parfumnya yang tajam seakan menambah ketegangan suasana.
“Nara, kenapa harus Daniel Devandra?” Endra langsung bertanya, suaranya menusuk. “Kamu sengaja cari tahu tentang dia, deketin dia, terus balas dendam sama aku? Iya, ‘kan?”
Nara mengernyit, kebingungan bercampur amarah menghampirinya. “Aku nggak ngerti maksud kamu, Endra. Aku udah nggak mau urusan sama kamu. Aku bahkan mau lepas dari bayang-bayang keluarga kita gara-gara kamu!” Suaranya meninggi, menunjukkan emosinya yang mulai tersulut.
“Munafik!” Endra menyela, suaranya terdengar keras. “Kamu pasti sengaja pakai Devan buat alat balas dendam!”
Suara langkah kaki Anya terdengar dari luar. Ia datang tepat waktu, menghentikan pertengkaran yang hampir meledak. “Endra, keluar! Lo nggak pantas ada di sini!” Anya mengusir Endra dengan tegas, suaranya bergetar menahan amarah.
Endra pergi, meninggalkan Nara dan Anya. Anya lalu menggandeng tangan Nara, mencoba menenangkannya. “Udah, abaikan dia. Pak Devan udah nunggu. Sudah waktunya kalian menikah.”
Nara masih gelisah, bayangan kata-kata Endra masih menghantuinya. Bahkan, napasnya tampak tersengal-sengal karena emosi.
Dengan dukungan Anya, Nara melangkah tegap, menghampiri papanya yang menunggu di luar. Lalu, Nara berjalan menuju pelaminan, diiringi Papanya yang tersenyum bangga.
Langkahnya mantap, meski hatinya masih dipenuhi keraguan yang belum terselesaikan. Aroma melati dan cahaya matahari sore seakan tak mampu sepenuhnya menghapus bayang-bayang masa lalu yang masih menghantuinya.
Devan berdiri di pelaminan, senyumnya merekah menyambut kedatangan Nara. Ia tampak terpesona. Nara hari ini berbeda, lebih cantik dari biasanya, dan aura kecantikannya memancar lebih terang dari cahaya yang menyinari pelaminan.
Begitu Nara berada di sisinya, Devan mendekatkan bibirnya ke telinga Nara, suaranya berbisik lembut, “Kamu gugup, ya?”
Nara menatap Devan, pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Namun, di balik kebahagiaan yang seharusnya ia rasakan, banyak pertanyaan besar menghantuinya.
Apa sebenarnya hubungan Devan dengan Endra? Kenapa Endra bisa berpikir Nara menikahi Devan untuk balas dendam?
Pikirannya melayang, mencoba mencari jawaban yang tak kunjung ia temukan. Senyumnya terlihat tegang, menutupi keraguan yang menggerogoti hatinya. Pernikahan yang seharusnya menjadi hari paling bahagia, tiba-tiba dibayangi misteri yang belum terpecahkan.
***
Ada yang tau jawabannya? Nanti kalau komennya rame aku tambah lagi updatenya 🤭🤭
kak semangat up nya,,klo bisa yg banyak up nya😁
udah dilarang bejerja di oerusahaan suami tapi tetap dilanggar