"Aku mau seperti Bibi tidak menikah saja," ucap ku yang pasti akan membuat bibi nya marah
"Kau ini jangan bicara sembarangan! bagaimana kalau di dengar oleh mama mu!"
"Aku tidak secantik Bibi dan tidak punya tubuh sebagus tubuh Bibi yang seorang model, mana ada cowok yang tertarik dengan orang sejelek aku ini, gadis pendek dan berkacamata tebal."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon waini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teman?
"Pulang? Hujan deras begini?” Val langsung menatap tajam ke arah Ian.
“Kenapa sih kau terus menanyakan gadis jelek itu?” lirik Ian lewat kaca spion.
“Kasihan kan kalau dia kehujanan” ucap Val sambil menatap keluar jendela.
“Jangan khawatirkan gadis jelek itu, aku liat dia tadi bawa payung kok” ucap Ian.
“Val, bukankah itu Agatha?” tunjuk Mike.
“Mana?” tanya Ian dan Val pun mengklakson mobilnya.
Agatha tidak menghiraukan suara klakson mobil dari belakangnya dan tetap berjalan.
“Coba panggil dia” ucap Mike pada Val.
“Biar aku saja” ucap Ian segera menurunkan kaca mobil. “Hey jelek! Kau tuli ya? Apa kau tidak dengar suara klakson” teriak Ian keras. Agatha tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Ian sekarang, bukankah dia sendiri yang tidak mau orang lain tahu kalau mereka saling mengenal? Tapi kenapa dia harus berteriak sekeras itu di depan umum.
“Agatha, ayo masuk ke mobil” teriak Val padanya.
Agatha menghentikan langkahnya dan berdiri diam sejenak, Val keluar dari mobilnya lalu menarik tangan Agatha.
“Ayo cepat masuk, kenapa diam saja?” Val melihat Agatha menangis.
“Agatha, kau kenapa?” tanya Val heran dan bingung.
“Tinggalkan aku sendiri!” teriak Agatha.
“Ayo masuk” Val menarik Agatha untuk segera masuk ke mobil namun kaki gadis itu sudah lemas seperti tak mau berjalan.
“Kenapa kau menangis?” tanya Val lagi tapi Agatha tak mau menjawabnya. Agatha merasa Val tidak perlu tahu alasannya. Val yang terus melihat Agatha menangis akhirnya ia pun segera memeluk dan menghiburnya.
“Apa ada yang menyakitimu?” Val tampak khawatir
“Kenapa aku harus bertemu dengan mereka?” hanya ini kata yang keluar dari mulut Agatha.
...***...
Bi Nora datang menemui Agatha di kamar sambil membawa segelas minuman hangat untuknya.
“Apa kau baik-baik saja Agatha?”
“Iya” Agatha mengangguk pelan. “Ada apa Agatha? Ayo cerita sama Bibi”
“Aku bertemu dengan mereka Bi” ucapnya lirih.
Bibi menaikkan kedua alisnya dengan heran. “Siapa?”
“Elan dan Mia, kami satu kampus” beritahunya.
“Lalu kenapa kau bersedih? Apa kau masih tidak bisa melupakannya?”
“Melihat mereka aku jadi teringat kembali, aku tidak bisa menahannya, mereka telah membohongiku Bi” isak Agatha.
“Bukankah kau sudah berjanji tidak akan mengingatnya lagi dan memulainya dari awal" ucap Bibi sambil mengusap lembut kepala Agatha.
“Maaf Bi, aku janji hanya untuk hari ini saja aku menangis untuknya, untuk besok dan seterusnya tidak akan lagi”
“Janji”
“Janji” Agatha mengangguk lalu Bibi nya segera memeluknya.
“Baguslah, karena cowok seperti dia tidak pantas untuk kau tangisi” Bi Nora melepaskan pelukannya lalu menatap Agatha.
“Agatha, kenapa kau tidak mau sedikit saja memperhatikan penampilanmu, contohnya sedikit berdandan atau ikut Bibi pergi ke salon untuk facial, pedicure dan manicure gitu seperti Bibi” bujuknya.
“Untuk apa Bi?”
“Kalau kau tidak berusaha untuk tampil cantik mana bisa tahu hasilnya”
Bibi terus membujuk Agatha, tapi itu percuma saja karena Agatha sama sekali tidak mau mendengar apalagi menuruti perkataan Bibinya itu.
Agatha sudah tidak percaya lagi dengan pria semenjak disakiti oleh Elan.
...***...
“Sebenarnya apa yang terjadi dengannya? Kenapa dia tiba-tiba seperti itu?” tanya Mike yang merasa heran ketika mereka sedang berkumpul di ruang tamu.
“Kulihat di kampus sebelum pulang dia baik-baik saja dan masih ngobrol dengan temannya” ucap Ian.
“Teman?” Val tiba-tiba teringat ucapan Agatha, “Kenapa aku harus bertemu dengan mereka lagi”.
Bi Nora turun ke bawah dan mereka langsung bertanya padanya.
“Bagaimana keadaannya?” tanya Mike duluan.