Seorang mafia kejam yang ingin memiliki keturunan. Namun sang istri hanya memiliki sedikit kemungkinan agar dia dapat mengandung. Begitu tipis kesabaran yang di miliki oleh pria tersebut pada akhirnya dia mengambil jalan tengah untuk memiliki keturunan dari wanita lain. Apakah nantinya sang Istri dapat menerima dengan senang hati merawat anak dari wanita lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceritasaya22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ISTAL
"Selamat siang, Nona. Tuan berpesan, agar Nona makan terlebih dahulu, sebelum melakukan hal yang lain," ujar seorang pelayan yang telah menunggu sedari tadi. Ziya mengangguk.
"Mohon Nona menunggu sebentar, makanan akan segera disajikan," lanjut pelayan itu. Kembali Ziya mengangguk.
Saat pelayan itu keluar untuk mengambil makanan, Ziya langsung turun dari ranjang dan berlari ke arah kamar mandi. la mencuci wajah dan menggosok gigi.Rasa pria itu masih tertinggal pada mulutnya.
Setelah itu, Ziya mengambil jubah mandi dan mengenakan, untuk menutupi tubuh telanjangnya. Setelah Ziya kembali ke kamar.
"Selamat makan, Nona." Lalu, si pelayan kembali meninggalkan kamar. Ziya menatap ke arah meja yang ada di dalam kamar. Begitu banyak makanan dan daging, serta buah. Semua terlihat mahal dan lezat.
Seketika, perut Ziya kembali berbunyi. Tidak lagi menunggu, Ziya menarik kursi, duduk dan mulai makan. Makan begitu banyak.
......
Kediaman Ryzadrd
Naraya berjalan mondar-mandir di dalam kamar. Kedua tangannya saling bertautan dan terkepal erat. la sangat marah dan ingin murka tepatnya.
Baru saja ia mendapat informasi, bahwa Darren menghabiskan malam di mansion pribadi nya. Naraya memiliki mata-mata yang merupakan salah satu tangan kanan suaminya itu.
Jadi, pria itu benar-benar melakukan rencana bejat itu. Membuat dirinya seperti wanita mandul, yang tidak dapat hamil. Namun, tidak ada yang dapat dilakukan oleh Naraya .
Jika ia pergi ke mansion dan membuat keributan, hasil akhirnya sudah dapat ditebak. Yaitu perceraian. Itu tidak boleh terjadi, sebab perusahaan keluarganya masih bergantung pada perusahaan sang suami.
Di tengah amarah dan rasa benci, Naraya bersumpah akan membuat hidup anak itu menderita dan berharap tidak pernah dilahirkan di dunia ini.
" Anak haram! Bagaimana Darren dapat tega memintaku mengasuh anak haram?" Umpat Naraya .
Namun, setidaknya ia memiliki wadah untuk melampiaskan kebenciannya di masa mendatang.
.....
Setelah selesai makan, Ziya pun duduk di sisi ranjang dan tidak melakukan apapun. la duduk menunggu pria itu datang mencarinya kembali. Ziya mulai merindukan pria itu dan ia tahu jelas, perasaannya itu salah.
Tok Tok Tok!
Pintu kamar kembali terbuka dan beberapa orang pelayan melangkah masuk, dengan membawa beberapa koper serta gantungan pakaian beroda, di mana begitu banyak gaun-gaun indah tergantung di sana.
"Selamat siang, Nona," sapa salah seorang pelayan. Ziya langsung turun dari ranjang dan mengangguk, sebagai balasan dari sapaan pelayan tersebut. Ia bingung, akan apa yang terjadi.
"Nona, Tuan berpesan mulai hari ini kamar ini adalah kamar Nona. Selain itu, Tuan juga telah menyiapkan beberapa keperluan yang dapat Nona gunakan, selama tinggal di tempat ini," jelas si pelayan.
Lalu, dengan gerakan tangan si pelayan memberikan instruksi kepada pelayan lain, untuk mulai menyusun semua barang-barang itu. Hanya mengangguk dan melihat kesibukan para pelayan, yang mulai menata semua barang-barang yang dikeluarkan dari koper.
Ziya tidak tahu apa kegunaan dari semua produk yang disusun rapi di atas meja rias dan semua itu terlihat mahal. Begitu juga dengan pakaian terlihat terlalu mewah, untuk dikenakannya.
Setengah jam kemudian, semua orang keluar meninggalkan kamar dan meninggalkan Ziya bersama kepala pelayan.
"Nona dapat menggunakan semua barang yang ada di sini dan itu harus. Itulah pesan dari Tuan " jelas si kepala pelayan.
Gadis itu kembali mengangguk, karena ia masih bingung dengan apa yang terjadi.
"Dan Nona dapat berjalan-jalan di sekitar mansion, jika merasa bosan. Serta ada ruang baca di dalam Mansion ini. Jika Nona ingin pergi ke sana, maka cukup memberi tahu diriku. Aku akan selalu berada di sekitar kamar ini" jelas si kepala pelayan yang ditugaskan untuk menjaga Ziya.
"Satu lagi, Nona. Mansion ini berada di tengah-tengah hutan dan butuh waktu dua jam dengan berkendara, untuk mencapai kota terdekat. Jadi, Nona tidak boleh meninggalkan Mansion sendirian," lanjut si pelayan kembali.
" Apakah mereka mengira, aku akan melarikan diri? " batin Ziya . Tidak, ia tidak akan melakukan hal tersebut. Sebab, ia berada di sini sebagai ganti dari nyawa sang ayah .
"B-Baik," jawab Ziya , tergagap. Lalu, si kepala pelayan pun pamit dan meninggalkan kamar. Ziya berjalan ke arah lemari pakaian dan memilih pakaian yang akan dikenakannya. Semua pakaian dari satu merek ternama.
Ziya tahu merek itu semua. Tangannya yang kurus menyentuh bahan pakaian yang begitu halus dan lembut. Jahitan begitu rapi dengan model elegan.
Ziya tersenyum, ini kali pertama ia memiliki kesempatan untuk mengenakan pakaian bagus. la memilih gaun katun berwarna kuning lemon dengan potongan sederhana.
Lalu, membuka laci dan mengambil pakaian dalam. Beruntung ada bra yang disediakan. Ziya mengenakan semua itu dan baru merasa tenang.
Inilah kali pertama ia berpakaian lengkap, setelah masuk ke dalam Mansion ini. Mengintip keluar jendela, Ziya baru tahu halaman belakang Mansion begitu luas.
Hamparan rumput hijau yang tertata rapi dan rumpun bunga warna-warni. Pepohonan lebat, tertanam rapi mengelilingi halaman itu. Bahkan ada istal di ujung dekat aliran sungai kecil.
Ziya menarik napas dan udara terasa begitu segar, bersih. Memejamkan mata, Ziya memutuskan untuk menikmati saat-saat ia berada di tempat ini. Mau tidak mau, ia harus melalui semuanya.
Daripada melalui dengan perasaan tidak nyaman , Ziya lebih memilih melalui dengan gembira.Mengikat rambut panjangnya dengan cara Cepol , 1 lalu berjalan ke arah pintu kamar dan memutar kenop. Tidak terkunci dan pintu langsung terbuka lebar.
"Selamat siang, Nona," sapa kepala pelayan yang ternyata berjaga di depan pintu.
"Selamat siang. Ehem, bolehkah aku pergi ke halaman yang ada istal itu?" tanya Ziya sopan.
"Tentu, Nona. Nona dapat pergi ke mana saja, di sekitar Mansion ini. Mari saya antar, Nona," jawab si kepala pelayan.
"Terima kasih," jawab Ziya dengan senyuman terukir dibibirnya. Mengikuti si kepala pelayan, Ziya menyusuri koridor panjang dalam Mansion .
Begitu banyak ruang dan koridor, membuat Lyra tidak tahu jalan kembali ke kamarnya. Mereka tiba di lantai bawah Mansion dan berhenti melangkah saat berada tepat di hadapan pintu ganda raksasa, yang terbuat dari kayu.
Dengan kedua tangan, si kepala pelayan mendorong daun pintu ganda hingga terbuka lebar. Angin sepoi-sepoi menerpa tubuh Ziya , seakan mengangkat semua kegelisahan yang ia rasakan selama ini.
"Apakah aku bisa keluar sekarang?" tanya Ziya yang berusaha menahan kedua kakinya agar tidak berlari keluar.
"Tentu, Nona. Aku akan menunggu di sini," jawab si pelayan sopan. Seulas senyum merekah di wajah cantiknya, sebelum berbalik dan berlari di tengah hamparan rumput yang luas.
Beruntung ia mengenakan sepatu bertumit rendah. Tertawa lepas, la berlari dengan kedua tangan terbentang dan tawa ceria di wajahnya. Angin menerpa rambut dan gaun kuningnya, tapi itu tidak menghentikan langkah kakinya.
Tiba di depan pagar yang mengelilingi istal, Ziya memperlambat langkah kakinya. Dengan napas memburu, Ziya melangkah masuk dan menuju ke dalam istal.
"Selamat siang, Nona," sapa seorang pria paruh baya bertubuh tambun.
"S-Selamat siang," balas Ziya , tergagap. Tatapannya tertuju pada kuda-kuda yang ada di dalam kandang.
"Mari aku perkenalkan mereka kepada Nona," ujar pria itu, sopan.
.....
Di sudut kota yang lain.
Tepatnya di gedung perusahaan Ryzadrd.
Darren tidak mampu memfokuskan pikiran pada rapat hari ini. Semua presentasi yang dilakukan oleh masing-masing kepala bagian, sama sekali tidak masuk dalam benaknya.
Yang ada dalam pikirannya, hanyalah rasa lidah mungil yang membelai pusat tubuhnya. Cara yang malu-malu itu, semakin membuat semuanya semakin seksi dan menggairahkan dan tidak dipungkiri, ia kembali menginginkan kehangatan itu.
Di tengah rapat yang masih berlangsung, Darren berdiri dari duduknya dan melangkah keluar, meninggalkan ruang rapat.
Sang sekretaris langsung mengambil alih rapat dan asisten mengejar Tuan mereka. Di depan ruang rapat, Darren Arshaq Ryzadrd melangkah cepat dan berkata,
"Siapkan helikopter!"
"Baik, Tuan. Nyonya, menunggu di ruang kerja " ujar sang asisten.
Langkah kaki Darren terhenti dan menatap ke arah sang asisten.
"Naraya?" tanya Dastan.
"Benar, Tuan. Nyonya baru saja tiba dan menunggu di ruang kerja," jelas sang asisten.
Darren menghembus napas kesal dan berbalik menuju ruang kerjanya. Asisten mengekor di belakang. Membukakan pintu ruang kerja dan mempersilakan Sang Tuan masuk ke dalam.
"Ada apa ?" tanya Darren ketus.