NovelToon NovelToon
Bound To The CEO

Bound To The CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Playboy / Diam-Diam Cinta / Kaya Raya / Romansa
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Priska

⚠️Mature Content (Harap bijak memilih bacaan)

“Dia hanya bosku… sampai aku terbangun di pelukannya."

Aku mencintainya apapun yang mereka katakan, seburuk apapun masa lalunya. Bahkan saat dia mengatakan tidak menginginkan ku lagi, aku masih percaya bahwa dia mencintaiku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Priska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Acara Khusus Perusahaan

Sejak Malam itu.

Anna tidak pernah membicarakan lagi apa yang terjadi di malam itu. Ia kembali menjalankan pekerjaannya dengan tenang, hadir di ruang Jonathan setiap pagi, menyiapkan agenda rapat, menulis laporan, bahkan mengingatkan jadwal dengan nada profesional seperti biasa.

Jonathan memperhatikan perubahan itu. Tidak ada lagi penolakan dingin atau sikap menjauh. Anna tetap ada—rapi, disiplin, seolah tidak pernah ada pertengkaran yang membekas. Namun justru itulah yang membuat Jonathan terdiam lebih lama dari biasanya. Karena Anna hanya melakukanya sesuai permintaan Jonathan, bukan benar-benar dari hatinya.

Di antara rutinitas itu, ada hal lain yang mulai mengusik. Daniel. Pria itu sering hadir di momen-momen kecil—membantu Anna membawa dokumen, berjalan bersamanya menuju ruang rapat, atau sekadar menyapa saat menunggu lift. Anna menanggapinya wajar, tidak lebih dari sekadar rekan kerja.

"Hai Anna."

"Hai Tuan Daniel."

"Acara malam nanti kau akan datang kan?."

"Ya tentu saja."

"Sampai bertemu nona Anna." Ucap Daniel bersemangat.

Begitulah Daniel selalu datang menyapa Anna di setiap kesempatan yang ada.

Jonathan tidak pernah berkomentar. Wajahnya tetap dingin, suaranya tetap terkontrol. Namun sesekali, saat pandangannya tanpa sengaja tertuju pada interaksi itu, gerakannya terhenti sepersekian detik—sebelum kembali seperti biasa, seakan tak ada apa-apa.

...****************...

Malam Hari

Malam itu lounge lantai atas gedung Amstel Core tampak berbeda. Perusahaan mengadakan pesta kecil khusus untuk karyawan—tidak formal, hanya minum-minum ringan, musik santai, dan gelak tawa yang mengisi ruangan.

Anna datang dengan dress sederhana berwarna navy, rambutnya ditata rapi dan terurai tidak seperti biasanya, namun tidak berlebihan. Ia masuk kerumunan karyawan lainnya, menyapa beberapa rekan kerja dengan senyum sopan.

Daniel segera menghampirinya, menawarkan segelas minuman. Percakapan mereka ringan, diiringi musik yang mengalun pelan. Sesekali Anna tersenyum kecil menanggapi, cukup untuk membuat Daniel betah berdiri di sisinya.

Di sisi lain, Jonathan berdiri dengan gelas di tangan, wajahnya tetap tenang. Tidak ada ekspresi yang bisa dibaca, tidak ada kata yang keluar. Namun matanya sesekali singgah ke arah Anna, sekilas, cepat, lalu kembali ke arah lain.

Daniel masih berbincang ringan, matanya fokus pada Anna. “Kau jarang ikut acara seperti ini, bukan? Menyenangkan juga melihat sisi berbeda dirimu.”

Anna menunduk sedikit, menjawab sopan. “Hanya kebetulan waktunya pas, Tuan Daniel.”

"Tapi kau selalu cantik nona Anna." Puji Daniel. Menatap dalam wajah Anna.

Tak.....

Tak.....

Tak.....

Saat langkah Jonathan akhirnya bergerak mendekat, suasana sekitarnya berubah perlahan. Musik tetap mengalun, orang-orang tetap bercengkerama, tapi udara di sekitar Anna dan Daniel terasa lebih berat. Sebelum percakapan itu berlanjut, langkah Jonathan terdengar mendekat. Suaranya tenang, namun nadanya tidak memberi ruang penolakan.

“Anna, ikut aku sebentar.”

Anna menoleh cepat. “Mr. Jonathan?”

Jonathan tidak menjawab panjang. Ia hanya mengulurkan tangannya sedikit, bukan untuk menggenggam, tapi cukup memberi tanda bahwa ia menginginkan Anna bergerak bersamanya.

Daniel mengangkat alis, tersenyum samar. “Ada hal penting bahkan di malam seperti ini, Mr. Jonathan?”

Tatapan Jonathan singgah padanya, datar, nyaris tanpa emosi. “Bisa dibilang begitu.” Hanya itu, tapi cukup untuk meruntuhkan keberanian lawan bicaranya.

Anna ragu sejenak, menatap Jonathan, lalu Daniel. Situasi membuatnya sulit menolak. Akhirnya, ia melangkah perlahan mengikuti Jonathan.

"Tuan Daniel, maaf aku pergi sebentar." Ucap Anna.

Jonathan berjalan dengan tempo tenang, tidak terburu-buru, namun setiap langkahnya tegas. Anna berjalan di belakangnya beberapa langkah, dan tanpa sadar jaraknya dengan Daniel semakin jauh. Suara musik dan tawa rekan kerja perlahan meredup, berganti dengan kesenyapan sudut lounge yang lebih sepi.

Jonathan berhenti di dekat jendela besar yang menghadap gemerlap kota Amsterdam malam hari. Tangannya masih memegang gelas setengah penuh, matanya menatap keluar, seolah berbicara pada refleksi di kaca.

“Kau sepertinya sangat menikmati acara ini nona Anna?” suaranya rendah, nyaris seperti gumaman.

Anna menatapnya dari samping. “Tentu. Ini adalah acara santai, tidak ada berkas dan tidak ada kesibukan. Semua orang pasti menikmatinya Mr. Jonathan.”

Jonathan menoleh pelan, tatapannya menusuk, dingin, tapi ada sesuatu yang tidak bisa ia sembunyikan di baliknya.

"Benarkah? Bukan ada yang membuatmu sangat menikmati malam ini?!." Tanyanya.

"Mr.Jonathan. Jika kau bertanya. Semua orang akan menjawab menikmati acara ini. Tapi jika kau tidak suka, aku menikmati acara ini. Aku tidak keberatan pergi." Balas Anna tegas.

“Kau akan kecewa jika kau pergi sekarang, pria itu masih menunggu mu !.” Seru Jonathan.

Anna terdiam, menahan napas. Kata-kata itu tidak keras, tapi mengandung beban yang lebih berat daripada sekedar omong kosong yang justru terkesan merendahkan Anna.

Anna mendongak, menatap Jonathan dengan mata bergetar namun tegas.

“Mr. Jonathan, aku memang bekerja di sini. Tapi kita tahu ini hanya sebuah pekerjaan. Jadi jangan bertingkah seolah bisa menentukan dengan siapa aku berbicara.”

Keheningan menggantung. Musik pesta di belakang mereka terdengar riuh, tapi di antara keduanya hanya ada sunyi yang menekan.

Jonathan menatapnya lama, nyaris tanpa berkedip. Rahangnya mengeras, napasnya berat namun teratur. Ada sesuatu yang seolah ingin ia ucapkan, tapi ditahan di ujung lidahnya.

Perlahan, ia menunduk sedikit, matanya menelusuri wajah Anna yang bersinar oleh pantulan lampu lounge.

" Baik pergilah nikmati acara mu Nona Anna."

“Aku kembali dulu ke meja. Selamat menikmati pestanya, Mr. Jonathan.”

Jonathan tidak menahan. Ia hanya berdiri diam, membiarkan Anna berjalan menjauh dan kembali ke keramaian. Namun matanya terus mengikuti, seolah tidak mampu melepaskan sosok itu meski sudah tertelan oleh cahaya pesta dan kerumunan.

...****************...

1
HAI ❤️
Hai para readers jangan lupa like dan bintang ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!