Kisah gadis bernama Li Mei adalah putri raja dari Zheng-mi goo yang dikutuk memiliki umur panjang karena dituduh membakar istana selir ayahnya, dia melintasi waktu dari kejaran pengawal istana yang ingin menangkapnya sehingga Li Mei mengalami amnesia karena kecelakaan yang tak terduga. Dan bertemu Shaiming yang menjadi tunangannya.
Mampukah Shaiming membantu Li Mei mengingat semuanya, akankah ingatan Li Mei kembali ? Dan apakah mereka akan bersama dan bahagia ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12 WAKTU SENGGANG LI MEI
Li Mei tampak bersandar di bahu sofa panjang dekat jendela rumah sambil meminum sekotak soda ringan rasa jeruk mandarin favoritnya.
Termenung diam seraya memandang langit-langit rumah.
Dibiarkannya rambut hitamnya yang panjang tergerai lurus, tertiup angin yang berasal dari arah luar jendela ruangan.
"Fuih... !?", hela nafas Li Mei.
Li Mei beranjak duduk lalu meletakkan kotak minumannya ke atas meja seraya mengangkat kedua lengannya naik ke atas.
"Rasanya lelah juga setelah seharian berlatih tarian Bian Lian...", kata Li Mei.
Pagi ini, Li Mei berniat hendak melanjutkan lagi latihannya menari tarian Bian Lian dengan teknik menghembus.
Kemarin saat dia mencobanya, Li Mei gagal melakukannya dengan benar, wadah berisi bedak penuh warna jatuh berserakan saat dia menari.
Shaiming tertawa ringan saat itu tetapi bagi Li Mei hal tersebut sangatlah memalukan baginya.
Bukan lantaran dia tidak mahir melakukan teknis berhembus dalam mengubah wajah dengan alat perantara bedak. Namun, yang membuatnya malu karena wadah bedak yang dia pegang sempat mengenai wajah Shaiming sebelum kemudian jatuh ke lantai.
"Aaakhhh !!!", pekiknya malu.
Li Mei menutup wajahnya dengan kedua tangannya seraya menundukkan wajahnya.
Merasa malu ketika dia mengingat kejadian di ruangan latihan opera bersama Shaiming, karena ulahnya yang menyebabkan wajah Shaiming penuh dengan taburan bedak sehingga menutupi topeng di wajahnya setelah terkena wadah semacam mangkuk yang terlempar saat Li Mei menari tarian Bian Lian.
"Apa yang telah aku lakukan !?", ucap Li Mei.
Li Mei masih tersipu malu saat membayangkan wajah Shaiming yang terkena lemparan wadah mangkuk sehingga dahinya memar.
"Aku benar-benar ceroboh sekali...", keluh Li Mei dengan termenung.
"Apa yang ceroboh ?", terdengar suara dari arah pintu masuk ke dalam rumah.
"AAAAAKHHH... !!!", jerit Li Mei dengan ekspresi serta emosi keterkejutan.
Terlihat Shaiming berjalan masuk ke dalam ruangan rumahnya sambil menenteng bungkusan besar.
"Kenapa berteriak, Li Mei ???", ucap Shaiming terlihat tidak mengerti dengan sikap Li Mei barusan.
Gadis amnesia itu bergumam seorang diri kemudian menjerit panik saat dirinya masuk ke rumah.
"Apa yang kau rasakan kini, Li Mei ?", tanya Shaiming.
Shaiming menoleh sambil menatap lurus ke arah Li Mei yang duduk di sofa.
"Tidak ada, aku merasa bahwa diriku dalam keadaan baik-baik saja sekarang", kata Li Mei menyahut pertanyaan Shaiming.
"Benarkah !?", ucap Shaiming dengan kening berkerut.
"Mmm..., iya !", sahut Li Mei.
Wajah Li Mei tersenyum cerah berusaha meyakinkan Shaiming jika dirinya baik-baik saja saat ini.
Shaiming menghela nafas panjang sembari memasukkan bungkusan besar yang dia bawa ke dalam lemari kayu berukir antik.
"Syukurlah, kalau kau dalam keadaan baik-baik saja", kata Shaiming.
Shaiming membalikkan badannya menghadap ke arah Li Mei lalu melagkah mendekat.
Tap... Tap...Tap...
Laki-laki berparas tampan itu kemudian duduk berjongkok tepat di hadapan Li Mei seraya berkata.
"Aku rasa kepala mu mulai kuat setelah berlatih tarian Bian Lian...", ucap Shaiming.
Shaiming meraba kening Li Mei dengan lembutnya.
Sontak perhatian Shaiming membuat Li Mei menjadi sangat malu karena dia tidak pernah mengenal Shaiming sebelumnya.
Li Mei semakin menundukkan wajahnya dari pandangan Shaiming sedangkan kedua tangannya gemetaran.
Senyum membias di wajah Shaiming saat dia melihat kecanggungan yang dialami oleh Li Mei ketika mereka berdua saling berdekatan.
"Hanya saja kita masih perlu pergi ke dokter untuk kontrol rutin, sekedar memeriksakan kondisi kesehatan mu, Li Mei", sambung Shaiming.
Sorot mata Shaiming berubah teduh ketika dia memperhatikan wajah cantik Li Mei yang berada di hadapannya.
"Amnesia mu masih perlu disembuhkan dengan terapi rutin meski akan membutuhkan waktu lama serta menguras tenaga tapi ku harap kamu sabar menjalaninya", kata Shaiming.
"Bisakah kita tidak kembali lagi ke dokter, Shaiming ?", sahut Li Mei.
"Tidak mungkin, Li Mei...", kata Shaiming seraya menggeleng pelan.
"Kenapa ?", tanya Li Mei.
"Aku tahu kegiatan rutin pergi ke dokter sangat membosankan mu tetapi kita harus tetap memeriksakan kondisi mu disana sampai dokter yakin kau telah sembuh", sahut Shaiming.
"Bukan karena aku bosan...", ucap Li Mei.
"Lalu ?", tanya Shaiming sembari menatap tajam ke arah Li Mei dengan kedua mata elangnya.
Li Mei memalingkan wajahnya ke arah lain kemudian menarik nafas dalam-dalam.
"Aku merasa lelah saja setiap kali melihat jalan saat pergi ke tempat dokter", ucapnya dengan raut wajah sendu.
"Yah... !? Hal yang sangat wajar jika kau merasa lelah tetapi kita tetap kesana, Li Mei !", sahut Shaiming.
"Tapi Shaiming... Kita memerlukan banyak biaya untuk periksa ke dokter...", ucap Li Mei.
"Kamu tidak perlu memikirkan hal itu, Li Mei", sahut Shaiming.
TOK... ! TOK... ! TOK... !
Terdengar suara pintu rumah diketuk dari luar ruangan.
Shaiming langsung menolehkan kepalanya ke arah suara itu, seorang pria berpakaian changsan merah sedang berdiri di dekat pintu.
"Leyu !?", ucap Shaiming.
Laki-laki yang dipanggil dengan nama Leyu menganggukkan kepalanya seraya berjalan masuk.
"Ada apa Leyu ?", tanya Shaiming.
"Boleh kita bicara sebentar, Shaiming", sahut Leyu sambil melirik ke arah Li Mei.
"Oh, baiklah, kita bicara di luar saja karena Li Mei hendak beristirahat sekarang", ucap Shaiming dengan senyuman.
"Baik, kita bicara di luar saja", sahut Leyu.
Leyu terdiam sedangkan Shaiming kembali menoleh ke arah Li Mei sembari berujar pada gadis cantik itu.
"Li Mei...", panggil Shaiming.
"Ya, Shaiming", sahut Li Mei.
"Aku akan pergi sebentar bersama Leyu keluar rumah, dan pergilah istirahat sekarang, hari ini aku membebaskan mu untuk tidak latihan", kata Shaiming.
"Baiklah..., aku akan menuruti perintah mu, Shaiming...", sahut Li Mei sambil mengangguk pelan.
Shaiming tersenyum sekilas lalu dia pergi keluar rumah bersama dengan Leyu.
Tinggal Li Mei sendirian di dalam ruangan rumah tanpa melakukan apa-apa saat ini, dia hanya mampu mendesah pelan.
"Siapa aku sebenarnya ?", gumam Li Mei dengan sorot mata meredup.
Li Mei teringat pada bungkusan besar yang terbawa olehnya, waktu itu Shaiming memberikannya kepada Li Mei setelah dia siuman dari pingsannya.
Gadis berparas menawan itu lalu berlari dari ruangan tempatnya duduk bersandar menuju ke kamarnya yang terletak di luar bangunan utama rumah.
Tap... Tap... Tap...
Tampak Li Mei berlarian cepat melewati jalan di luar rumah.
BRAK... !
Li Mei segera berhambur menghampiri lemari di kamarnya lalu membukanya, tanpa ragu-ragu lagi, Li Mei mengeluarkan bungkusan besar dari dalam lemari.
SREK... ! SREK... ! SREK... !
Li Mei membuka bungkusan yang melekat pada benda di dalam kain dengan tidak sabaran.
Sebuah pedang emas terpampang jelas di hadapan Li Mei setelah bungkusan yang menutupinya terbuka.
"Pedang emas... !?", gumam Li Mei terpana kagum.
Diraihnya pedang emas dari atas kain pembungkusnya tiba-tiba pedang emas itu memancar kuat saat Li Mei menggenggamnya.
BLAR... !!!
Cahaya terang berwarna emas memancar ke arah Li Mei hingga mengejutkan gadis itu.
"Ahk !? Panas !!!", jerit Li Mei saat pedang emas berada di pegangan tangannya.
Namun, Li Mei tidak mampu melepaskan pedang emas itu dari tangannya seolah-olah pedang itu menyatu kuat pada dirinya.
"Kenapa pedang emas ini tidak dapat aku lepaskan ???", ucap Li Mei terhenyak kaget.
Li Mei terus berusaha melepaskan genggaman tangannya pada pedang emas meski demikian usahanya tetap tidak membuahkan hasil.
Semakin Li Mei mencoba untuk melepaskan pedang emas dari genggaman tangannya, pedang dari emas berukir namanya itu terasa bertambah kuat memancarkan cahaya terang yang sangat menyilaukan mata.