Aku tidak pernah menyangka jika kisah cintaku bisa serumit ini. Berawal dari perkenalan yang tidak kusengaja dengan seorang pria yang mengaku masih singel, ternyata dia adalah seorang pria beristri.
Disaat aku mencoba untuk move on, ternyata Allah kembali menguji ku dengan seorang duda beranak satu. Lalu sanggupkah aku lepas dari jerat sang duda?
jangan lupa baca dan suscribe aku ya.. Terima kasih 😊🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terjerat Cinta Duda 12
Aku izin masuk kekamar yang sudah disiapkan oleh tante Lidya.
Kamar yang nyaman walau hanya ditemani kipas angin. Sayup- sayup-sayup terdengar suara jangkrik bernyanyi. Apakah aku bisa betah tinggal di tempat ini dalam waktu yang lama?
Aku belum mengantuk, mataku belum mau terpejam. Aku hanya menatap langit-langit kamar ini. Ada rasa rindu pada kamarku yang selalu tertata rapi, dingin juga berbagai bentuk boneka yang menemani tidurku.
Aku memainkan ponselku. Membuka aplikasi berlogo biru. Ada beberapa teman yang meminta pertemanan. Salah satunya adalah Erik Subagio. Aku mengklik foto profilnya sebuah mobil sport hitam.
Apakah ini lelaki brengsek itu? Untuk apa ia mengirim permintaan pertemanan padaku? Bukankah ia sudah menggali luka di hatiku.
Laki-laki beristri!
Aku menggelengkan kepalaku, " kamu tidak pantas untukku." Gumamku sambil memblokir akun bernama Erik subagio.
Karena kamu, sekarang aku ada di desa ini. Karena aku harus bejuang move on. Karena kamu... Semua karena kamu mas!
Bagaimana pun mas Erik, beberapa bulan mengenalnya, beberapa bulan sering menghabiskan waktu bersama. Tidak mudah bagiku untuk melupakannya begitu saja.
Ah, mengapa aku terjerat cinta pria beristri? Batinku berontak dan menolak. Aku memukul kasur dengan sekuat tenagaku untuk melepaskan rasa kesal yang menjalar di hatiku
" Zah sedang apa?" Tanya mama mengagetkan ku.
" Eh mama, uda lama di situ?" Aku balik bertanya untuk menutupi rasa malu ku .
" Mama masuk ya?" Tanpa menunggu jawabanku mama masuk dan duduk di samping ranjang ini.
" Kasurnya gak salah sayang.. jangan di pukul, nanti kasurnya nangis." Canda mama.
" Apaan sih ma?" Aku pura-pura tidak paham dengan maksud perkataan mama.
" Mama tahu kamu jenuhkan? Mama tahu kamu tidak siap tinggal disini? Mama tahu kamu juga tidak segampang itu move on dari pria beristri itu?"
Aku terplongo heran. Mengapa mama bisa membaca pikiranku? Apa mama sekarang sudah punya indara ke enam?
Aku tersenyum kecil Membayangkan mama bisa punya Indra ke enam.
" Hei.. malah senyum-senyum gak jelas." Lagi-lagi mama mengagetkan ku.
Aku hanya meringis menatap mama.
" Betulkan tebakan mama? Mama bukan punya Indra ke enam, tapi karena mama adalah orang yang pertama merasakan kamu tumbuh di dalam perut mama, mama adalah orang yang pertama menyayangimu sejak kamu tumbuh didalam perut mama. Mama adalah..." Mama tak melanjutkan kata-katanya. Mama mengusap matanya yang berair.
" Mama adalah mama terbaik untuk Zahra." Sambungku.
Kami berpelukan bersama. Entah mengapa suasana menjadi sedih.
" Zah, mama dan papa menyuruh kamu tinggal disini supaya kamu bisa lepas dari pria beristri yang sudah buat kamu dan keluarga kita malu. Kamu tahu, betapa berat mama melepasmu disini. Tapi mama yakin tempat ini adalah tempat terbaik untukmu."
" Mama gak perlu khawatir, Insya Allah zahra bisa menjadi wanita yang seperti mama harapkan. Temani Zahra tidur malam ini ya!" Pintaku manja.
Dan malam ini adalah malam yang membuat tidurku nyenyak karena pelukan dari seorang ibu yang mempunyai cinta tulus seperti mama ku.
***
Ini adalah hari kedua aku tinggal dirumah nenek. Hari ini mama dan papa akan pulang kembali ke Jakarta.
Mama dan papa sudah bersiap. Om iwan akan mengantar papa dan mama ke bandara.
Ini adalah moment tersedih untukku, karena ini kali pertama aku berpisah dengan mama dan papa.
Papa memelukku, mengusap rambutku dan mencium keningku penuh cinta, kemudian berbisik " baik-baik tinggal disini ya..! Jangan salah lagi kalau kamu mau jatuh cinta. Ingat pesan papa."
Aku merengut kesal karena papa kembali meledekku.
Kini tiba giliranku bersalaman dengan mama. Pecah sudah tangis yang kutahan sejak tadi.
" Baik-baik ya sayang... Mama pasti rindu kamu." Ucap mama menahan air matanya agar tidak tumpah.
Aku seperti berat melepas mama. Ingin rasanya aku ikut mereka pulang ke Jakarta.
Mama dan papa masuk kedalam mobil. Aku melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan.
Allah.. tolong jaga mama dan papaku doa ku dalam hati.
Mobil yang di kendarai papa dan mama sudah menghilang. Aku masuk kedalam rumah bersama nenek. Kami bercengkrama dan sesekali tertawa mengenang masa lalu.
****
( Ma, kalau sudah sampai jangan lupa kabari Zahra ya!)
Aku mengirim pesan singkat pada mama.
Tring..!
Satu pesan balasan dari mama masuk.
( Iya sayang, ini mama sedang bersiap-siap mau naik pesawat. Jaga diri baik-baik ya anak mama.. mama menyayangimu selamanya. )
Aku kembali mengirim pesan pada mama.
( Zahra juga sayang sama mama dan papa. Kirimin foto terbaru dong ma! Foto bareng papa!)
Tring..! Kembali pesan balasan dari mama.
Foto mama dan papa ,tangan papa merangkul pundak mama tersenyum berdua kearahku.
( Handphone mama matiin ya)
Hati-hati mama....
***
Hari ini aku sedang bermain handphone di kamar. Beberapa postingan berseliweran di berandaku mengucapkan turut berduka cita atas pesawat tujuan Jakarta yang meledak karena gagal mendarat.
Dug! Jantungku seperti berhenti berdenyut.
Seketika aku teringat mama dan papa yang belum memberi kabar padaku.
Aku berlari keluar kamar sambil berteriak,
" Nenek.... Tante.....!" Aku sudah seperti kesetanan.
Nenek dan tante yang sedang mengobrol sontak terkejut, " ada apa Zah?" Kompak nenek dan tante berbarengan.
" Lihat berita deh!" Aku berlari kedepan tv diikuti oleh nenek dan tante Lidya.
Dan benar saja, di tv sudah ramai mengabarkan pesawat jurusan Pekanbaru- Jakarta baru saja meledak karena gagal mendarat.
Kakaiku terasa lemas tak mampu berdiri untuk sekedar menopang badanku.
Aku sudah merosot dilantai, " mama..! Papa...!" Panggilku berulangkali.
Tante Lidya segera menelpon nomor mama dan papa tapi semua di luar jangkauan.
Aku dan nenek sudah histeris. Tetangga nenek mulai berdatangan menanyakan apa yang terjadi.
Lidahku terasa suda kelu. Hanya air mataku saja yang menetes tiada berhenti.
Tiba-tiba handphone tante Lidya berbunyi, sayup-sayup masih kudengar tante Lidya menyebut nama om Iwan. Tante Lidya berjalan menjauh kearah belakang untuk menerima telepon.
Aku masih duduk di depan tv bersama beberapa tetangga nenek. Mereka juga mengucapkan agar aku turut sabar dan tak henti-hentinya berdoa agar mama dan papa selamat dan tidak ikut berada di dalam pesawat tersebut.
Tante Lidya datang dan menghampiri ku, " Zah, om Iwan akan terbang ke Jakarta untuk memastikan mama dan papa dalam keadaan baik-baik saja. Banyak berdoa ya untuk keselamatan mereka." Ucap tante Lidya bergetar.
Aku memeluk tante Lidya, adik papa satu-satunya. Tangis ku pecah. Aku menangis sesenggukan di dada tante Lidya.
Malam semakin dingin, tetangga juga sudah pada pulang. Tinggal kami bertiga dirumah ini. Aku tidur di temani nenek. Kulihat nenek sudah tertidur lelap. Sedangkan aku masih tetap terjaga. Pikiranku hanya tertuju pada mama dan papa. Sedang apa ma.. pa? Zahra kangen! Sudah banyak pesan yang kukirim, namun tiada satu balasan yang ku terima. Semua pesanku masih bercentang satu yang artinya belum terkirim karena nomor handphone mama dan papa belum aktif.
Sudah pukul tiga dini hari tapi aku masih belum bisa tidur. Aku bangkit dari ranjang untuk mengambil air wudhu. Aku melaksanakan shalat tahajud. Meminta pada sang khalik agar mama dan papa masih hidup dan selalu dalam keadaan sehat.
***
Hari sudah pagi, matahari masih bersembunyi di balik awan hitam. Sepertinya cuaca mendung dan akan turun hujan.
Aku menghidupkan televisi memantau berita di tv bersama nenek dan tante Lidya.
Kudengar pembawa acara akan menyebutkan nama-nama yang terdaftar dalam korban pesawat terbang. Hati dag dig dug tak menentu. Doa-doa kurapalkan dalam hati berharap nama mama dan papa tidak ada.
Dan ternyata....?
pelajaran Manis Untuk Suamiku
kshan zahra
yuk ah baca....