Kedatangan sekretaris baru yang bernama Erina membuat Darren, pemimpin di sebuah perusahaan Adipati Gemilang jatuh hati dan tergoda pada sekretaris nya sendiri karena kemolekan tubuhnya.
Apa yang akan terjadi di antara keduanya?
Follow IG @wind.rahma
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wind Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hasrat Bara
Hari ini Erina ikut meeting bersama klien Darren dan itu menjadi pertama kali untuk dirinya. Awalnya ia gugup dan tidak percaya diri, namun begitu meeting sudah berlangsung ia mencoba untuk memberikan ide dan saran yang tanpa ia duga di Terima dengan sangat baik. Bahkan bos nya sendiri tidak menyangka jika dirinya memiliki ide-ide tersebut. Pria itu sangat berterima kasih padanya begitu meeting selesai.
"Sebagai bentuk rasa terima kasih ku padamu, aku akan mengajak mu pergi ke pusat perbelanjaan nanti sore. Aku rasa kau butuh pakaian yang harus kau pakai di meeting selanjutnya dengan klien besar."
"Aku bisa beli sendiri nanti, tuan. Jadi kau tidak perlu sampai mengapresiasi diriku sampai berlebihan. Aku hanya berusaha melakukan apa yang seharusnya aku lakukan," tolak Erina sopan.
"Tidak apa-apa. Aku yang berniat memberi, jadi kau jangan sampai menolaknya. Anggap saja itu sebagai hadiah karena kau telah membuat klien ku langsung memutuskan untuk bekerja sama dengan perusahaan ini."
Erina akhirnya mengangguk setuju dan mau menerima apapun pemberian bosnya itu.
"Iya, terima kasih sebelumnya, tuan. Kalau begitu aku kembali ke ruangan ku," pamit Erina namun segera di cegah oleh Darren.
"Kita ke ruangan ku saja."
Darren meraih pergelangan tangan Erina dan membawanya pergi menuju ruangannya. Sementara Erina menoleh ke sana kemari, keadaan memang cukup sepi tapi ia tetap khawatir ada orang lain melihat sikap bosnya yang memegang tangannya dan berjalan bersama menuju ruangan tersebut.
"Tuan, tolong jangan bersikap seperti tadi di luar ruangan mu. Aku khawatir ada seseorang yang melihat dan aku menjadi topik pembicaraan para karyawan mu yang lain," pinta Erina sedikit memohon begitu sudah sampai di ruangan pria itu.
Darren menyunggingkan sebelah sudut bibirnya.
"Lalu jika sudah di ruangan ku, aku bebas melakukan apapun padamu? Begitu, hm?"
Erina menelan saliva nya sendiri. "Bukan begitu maksudku, tuan. Hanya saja-"
"Hanya saja apa, Erina?" pangkas pria itu ketika Erina sedang berusaha meluruskan.
Dan yang membuat Erina langsung diam terbungkam, lagi-lagi Darren melingkarkan tangan pada pinggulnya. Sehingga tubuh mereka kembali dekat bahkan rapat.
"Aku tahu kau sangat menyukai perlakuanku terhadapmu seperti ini. Hanya saja kau tidak berani untuk mengakuinya. Kau bahkan sudah mulai pandai membalas serangan ciuman yang ku berikan."
Darren mengangkat alisnya dan itu membuat Erina semakin gugup. Terlebih saat pria itu membelai lembut rambutnya dan meletakan tangannya di antara telinga dan juga leher. Menambah sensasi geli yang menjalar di sekujur tubuh Erina.
Erina memejamkan kedua matanya. Sebab ia pikir pria itu akan mencium bibirnya. Namun, dugaannya salah. Dengan liarnya Darren menciumi bagian leher bawah telinga yang membuat bulu roma nya berdiri menahan geli yang mengumpul di bagian bawah perut.
"Ahhh ..." Satu dessahhan kecil lolos dari mulut wanita itu.
Darren tidak menyangka jika Erina akan bereaksi demikian. Dessahhan Erina barusan semakin menambah semangat yang membakar hasrat untuk melanjutkan aksinya. Bahkan tangan wanita itu kini sudah melingkar di tubuhnya, memeluknya.
Darren membasahi area sekitar leher bawah telinga Erina disertai dengan remmassan di bagian pinggul wanita itu. Lagi-lagi dessahhan kembali lolos namun sedikit lebih keras.
Kini Darren beralih mencium bibir, sementara tangannya sudah liar dan kini berhenti di bagian gundukan kenyal daging yang menyusup di balik rok sebatas lutut yang di kenakan oleh Erina.
Darren memainkan jemarinya di sana sehingga pemiliknya memekik geli.
"Aahhh ... Mmmhhh .."
Darren menyeret tubuh Erina pada meja kerjanya tanpa melepaskan tautan bibir. Napas pria itu terdengar memburu dan gejolak hasratnya semakin membara.
"Ahhh ... Hhhh ... Tuanhhh .."
Darren menaikan satu kaki Erina pada meja dan menempelkan benda pusaka nya yang sudah mengeras tepat pada **** ***** Erina. Ia sedikit menggesekkan nya di sana.
"Mmmhhh .. Ahhh ..."
Erina dapat merasakan sesuatu yang mengeras itu menempel pada organ area miliknya.
_Bersambung_