Aqila gadis cantik berusia delapan belas tahun yang baru saja menyelesaikan pendidikan nya di negara Finlandia.
Malam itu untuk merayakan kelulusan nya, Aqila berhasil kabur dari penjagaan ketat para bodyguard milik kakak nya.
Tetapi siapa yang menyangka gadis itu malah kabur ke sebuah night club terkenal di kota tempat ia tinggal dan terjebak oleh sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan?
Lalu bagaimana kisah selanjutnya? Sesuatu seperti apa yang akan menimpah dirinya? Atau mungkin sebuah jebakan?
Note:- Agar mengerti jalan cerita sebelumnya, disarankan membaca karya "Terjebak Cinta Om Mafia Possesive"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riri_923, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-12- Keterpurukan Aqila
Tokk.. Tokk.. Tokk..
Pintu kamar Aqila di ketuk begitu terburu-buru dan sangat tidak sabaran, tetapi sang pemilik kamar tidak juga membuka kan pintu nya.
"Nty ini Lia sama Lio, bukain dong pintu nya" Teriak si manis Adelia yang baru saja selesai makan malam bersama keluarga.
Tokk.. Tokk.. Tokk..
Lia terus mengetuk pintu sang aunty, meminta untuk di buka karena aunty kesayangan nya tidak mau keluar dari kamar sejak ia pulang bermain sore tadi.
"Aneh.. Ada apa dengan Nty?"
"Tadi siang Nty meninggalkan kita di arena ice skating dan pergi bersama om Bram" Gumam si galak Adelio.
Memang benar, saat pertengkaran hebat tadi siang, baik Lio atau pun Lia tidak ada di sana karena mereka masih bermain dan digantikan oleh para bodyguard yang menemani mereka bermain.
"Nty baik-baik saja 'kan? Lia mau liat Nty" Ujar Lia yang mulai sedih karena tidak kunjung dibuka kan pintu.
Ceklek~
Pintu terbuka dan menampilkan sosok Aqila yang berdiri lalu tersenyum kearah keponakan kembar nya itu.
"Halo" Sapa Aqila.
"Nty!! Lia kangen" Secepat kilat Lia langsung memeluk kaki gadis itu, dan Aqila pun sejenak terdiam hingga akhirnya ia berjongkok menyamakan tingginya dengan sang keponakan.
"Sayang, gimana main nya? Seru?" Tanya Aqila mengusap pipi chubby Lia.
Lia mengangguk antusias dengan mata berbinar. "Sangat seru, tapi kenapa Nty pulang duluan? Padahal kan harusnya kita main nya bersama" Sahut riang Lia di awal kemudian lesu di akhir.
"Ututu maafkan Nty 'ya sayang. Tadi ada teman Nty yang berkunjung kesini tanpa memberitahu dulu" Jelas bohong Aqila.
Tentu Lia mengangguk-angguk percaya, tetapi tidak dengan Lio yang memang sedari tadi sudah memperhatikan wajah aunty-nya.
Mengetahui Aqila berbohong, Lio mendengus kesal tetapi ia tidak akan bertanya di depan kembaran nya ini.
"Nty sudah makan?" Tanya Lio yang kini memasuki kamar Aqila dan menutup pintu nya.
"Sudah kok"
"Kapan? Kami baru saja selesai makan malam, tapi Nty gak ikut makan" Celoteh kesal Lio.
Aqila tersenyum melihat kepedulian Lio yang terkesan ketus dan galak, tetapi aslinya pria kecil itu sangat amat peduli pada keluarganya apalagi dengan kembaran nya.
"Nty hanya makan buah, soalnya lagi diet" Jawab Aqila dengan kekehan kecil nya.
Lio menatap jengah Aqila, ia tahu bahkan sangat tahu apa yang sedang di rasakan oleh aunty-nya, berbeda dengan Lia yang sangat lemot dan mudah di bohongi.
*
*
*
Sudah tiga hari berlalu semenjak kejadian itu, Aqila masih enggan menampakkan dirinya. Saat ini pintu kamar Aqila terbuka lantas sang pemilik kamar menoleh kearah pintu.
Dan ternyata yang membuka pintu kamarnya adalah Arazey, sosok kakak terbaik yang semenjak menikah Arazey meninggalkan rumah ini, dan hanya sesekali menginap ke sini.
"Kak Ara.." Panggil lirih Aqila merentangkan tangan nya meminta di peluk.
Dengan senang hati Arazey pun memeluk tubuh adik bungsu nya yang terlihat semakin kurus.
"Makan yuk?" Ajak Arazey yang langsung mendapat gelengan dari Aqila.
"Kata Mama sudah tiga hari ini kamu gak mau makan, nanti kalo sakit gimana hmm?" Lembut Arazey mencoba membujuk.
"Aku memalukan 'ya kak?" Tanya balik Aqila mulai melepaskan pelukan kedua nya.
Arazey mendelik, menatap tidak suka Aqila karena ucapan nya barusan. "Kamu bicara apa sih?"
"Qila memalukan keluarga dan--"
"Tidak sayang, cantik. Kamu tidak pernah mempermalukan kami" Potong Arazey memegang kedua pipi sang adik.
Tetapi Aqila menggeleng menanggapi ucapan Arazey barusan.
"Papa marah sama Qila, kak Grey juga marah sama Qila"
"Kata siapa?" Suara bariton berat itu berhasil mengalihkan perhatian kedua nya.
Kini di pintu sana Grey sedang berdiri bersedekap dada, lalu berjalan menghampiri kedua nya.
"Kata siapa kak Grey marah?" Ulang Grey menatap galak Aqila.
Tetapi yang ditatap langsung menundukkan kepalanya takut.
"Kak Grey gak pernah marah sama kamu sayang," Lembut Aqila. "Kemarin cuma kebawa emosi aja, tapi kak Grey gak marah kok" Sambung nya.
"Cuma kecewa" Tambah Grey yang langsung mendapat tatapan tajam dari istrinya.
"Maaf, Qila mengecewakan kalian" Lirih Aqila.
"Mau membuat kekecewaan kakak pada mu berkurang?" Tanya Grey.
Aqila pun langsung mengangkat pandangan nya dan mengangguk-anggukan cepat kepalanya. "Mau kak"
"Baiklah, kamu cukup keluar dari kamar ini dan kembali menjadi Aqila seperti sebelum nya"
Kepala Aqila kembali menunduk teringat larangan sang Papa.
"Gak bisa, Papa gak ngasih izin buat keluar. Papa nyuruh aku untuk tetap dikamar"
"Masalah Papa biar nanti kakak yang tangani"
"Tapi--"
"Ayolah sayang, apa kamu tidak mau shopping bersama kakak?" Potong Arazey dengan nada sedih.
Aqila hanya terdiam, Arazey pun tak menyerah ia terus mengeluarkan rayuan nya hingga akhirnya gadis itu mengangguk dan memberikan senyum tipisnya.
.
.
...****************...
*Kira-kira bagaimana dengan Bram ya?
.
*Ayo berikan dukungan nya supaya author semangat😍