Anisa gadis yatim piatu bekerja sebagai pelayan. Demi keselamatan Sang Majikan dan di tengah rasa putus asa dengan hidupnya, dia terpaksa menikah dengan Pangeran Jin, yang tampan namun menyerupai monyet.
Akan tetapi siapa sangka setelah menikah dengan Pangeran Jin Monyet, dia justru bisa balas dendam pada orang orang yang telah menyengsarakan dirinya di masa lalu.
Bagaimana kisah Anisa yang menjadi istri jin dan ada misteri apa di masa lalu Anisa? Yukkk guys ikuti kisahnya...
ini lanjutan novel Digondol Jin ya guys ♥️♥️♥️♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 11.
Pungki hanya tersenyum tipis. “Aku tahu, Ning. Tapi waktu tidak berpihak pada mereka. Kadang satu menit saja bisa menentukan hidup dan mati.”
Ia kemudian meraih jaket yang tergantung di kursi, mengenakannya perlahan. Angin dari jendela membawa aroma pagi yang lembap dan aneh, seolah ada sesuatu yang menunggu di luar sana.
Ningrum menatap ke arah Windy yang masih dalam gendongan Pungki. Sosok Windy hanya samar di pandangan mata Ningrum, “Windy ikut?” tanyanya.
Bocah itu mengangguk sambil menyandarkan kepalanya di bahu Pungki. “Aku harus bantu Kakak Mbak Fatima… dan adik bayi di perutnya.”
Matanya berkilauan , seperti pantulan cahaya lilin di dalam kegelapan.
Ningrum terdiam. Entah kenapa, bulu kuduknya meremang. Di rumah kost pagi itu udara terasa lebih dingin, bukan dingin biasa, tapi dingin yang menusuk tulang.
Ia menelan ludah, lalu berbisik lirih, “Hati-hati, Pung… Aku doakan kamu selamat.”
Pungki mengangguk, menatap Ningrum dengan tatapan yang dalam. “Terima kasih, Ning. Jaga Andien, ya. Jangan biarkan dia bangun sebelum benar-benar pulih.”
Lalu ia melangkah menuju pintu. Udara pagi menyambut mereka berdua Pungki dengan langkah mantap, Windy dengan kepala yang kedua mata sudah terpejam di bahu.
Dari kejauhan, suara ayam berkokok terdengar samar. Langit gelap, angin pagi membawa aroma tanah basah.
Lampu jalan berkedip satu per satu, seolah memberi salam pada mereka yang berangkat membawa harapan terakhir.
Akan tetapi sudah berkali kali Pungki menyalakan mesin motornya, namun tetap saja mesin tidak mau menyala..
Ningrum yang masih berdiri di ambang pintu, menatap penuh iba dan khawatir, “ Pung, biar Mas Syahrul yang ke rumah sakit, siapa tahu dia juga bisa menyembuhkan. Tadi aku mau menelepon Mas Syahrul, Andien malu katanya. Aku mau menelpon kamu saja juga tidak boleh katanya malu..” Ucap Ningrum lalu cepat cepat melangkah untuk mengambil hand phone akan menghubungi Syahrul.
“Hmmm benar juga siapa tahu Mas Syahrul juga bisa menyembuhkan. Kenapa motor pakai macet segala...” Gumam Pungki di dalam hati.. dan masih berusaha menyalakan mesin motornya.
Sesaat kemudian Ningrum datang sambil membawa hand phone yang masih terhubung dengan Syahrul..
“Pung, Mas Syahrul mau bicara langsung sama kamu.” Ucap Ningrum sambil mengulurkan hand phone miliknya pada Pungki.
Pungki pun cepat cepat menerima hand phone milik Ningrum..
“Pung, apa yang sudah terjadi?” Suara Syahrul di balik hand phone milik Ningrum yang dipegang oleh Pungki.
“Sang Ratu mengamuk, menyebar penyakit gatal pada bagian vital Ndaru, Fatima dan Andien tujuannya agar mereka mandul tidak punya anak. Karena sakit hati tidak bisa mantu dua kali. Aku sudah menyembuhkan tetapi Ndaru dan Fatima sakit lagi. Tolong Mas Syahrul ke rumah sakit ya. Aku istirahat sebentar, Windy juga tidur. Motor macet. Popok dia dirampas Sang Ratu.”
“Ya sudah Pung aku ke rumah sakit sekarang. Kamu tunggu saja di situ, siapa tahu Andien juga kambuh macam Ndaru dan Fatima.” Suara bijak Syahrul di balik hand phone.
“Mas tolong tanya Kakek Mas Syahrul ya, mungkin tahu bagaimana cara mengalahkan Sang Ratu, di sini kan bukan daerah kekuasaannya.. Aku capek juga Mas kalau sudah disembuhkan di serang lagi sama dia. Mana aku sudah tidak punya popok lagi.” Ucap Pungki dengan nada sedih.
“Iya iya Pung, nanti aku temui kamu di kost Ningrum apa di kampus. Nanti kabar kabar lagi.” Ucap Syahrul lalu sambungan telepon pun berakhir.
🚞🚞🚞🚞
Sementara itu Pak Hasto di rumah mewahnya tampak masih bingung.. Dia yang baru selesai sarapan dan minum obat terburu buru bangkit berdiri.
“Aku mau ke rumah sakit lagi.” Ucap Pak Hasto pada Bu Lastri, Ibu kepala pelayan yang sedang membereskan meja makan.
“Tapi Bapak kan sedang sakit, pesan Dokter habis minum obat Bapak harus istirahat.”
“Anak, menantu dan calon cucuku sakit.” Ucap Pak Hasto sambil mulai melangkah.
“Kurang ajar itu Ratu Jin itu. Apa sebenarnya maunya..” gumam Pak Hasto dengan geram..
Akan tetapi tiba tiba Pak Hasto memegang kepalanya yang kembali terasa sakit..
“Aduuuuhhhh.”
“Pak!” teriak ibu kepala pelayan sambil mendekati dan memegang tubuh Pak Hasto karena tampak Pak Hasto akan terjatuh.
“Toloongggg.” Teriak Bu Lastri karena tubuh Pak Hasto terasa berat. Beberapa pelayan pun segera datang membantu.
“Pak duduk saja dulu, jangan pergi pergi, bahaya kalau jatuh.” Ucap Ibu kepala pelayan. Pelayan yang datang membantu pun semakin bertambah karena mereka juga ingin tahu apa yang sedang terjadi.
Sedangkan Anisa yang tadi sudah diantar pulang dan disuruh istirahat, dia bangkit dari berbaring nya karena mendengar teman temannya ribut ribut. Anisa pun sejak tadi juga tidak bisa tidur.
“Ada apa kok sepertinya ada masalah di luar, tidak enak kalau aku di kamar saja.” Gumam Anisa sambil melangkah keluar dari kamar..
“Mbak ada apa?” tanya Anisa pada sesama pelayan yang sedang lewat.
“Pak Hasto mau jatuh, sakit lagi kepala nya pusing karena Mas Ndaru dan Mbak Fatima sakit lagi.” Jawab teman Anisa sesama pelayan.
“Ya Allah baru saja sembuh kok bisa sakit lagi.” Gumam Anisa sambil mempercepat langkah kakinya.
“Kamu itu gimana, tadi kan kamu yang melayani mereka. Jangan jangan kamu pakaikan lagi baju kotor mereka. Jadi kena infeksi lagi!” Ucap pelayan teman Anisa itu dengan ketus. Semua penghuni rumah itu tahu jika Ndaru dan Fatima sakit gatal gatal karena terinfeksi mikro organisme asing.
“Tidak Mbak aku berikan pada mereka baju baju bersih, baju kotor mereka sudah langsung aku bungkus plastik aku sendiri kan dan tadi sudah langsung aku cuci secara terpisah dengan antiseptik dan air hangat.” Ucap Anisa takut jika dia disalahkan dalam bekerja.
“Ah siapa tahu kamu iri pada Mas Ndaru dan Mbak Fatima, secara kan pacar kamu ketahuan membunuh Mas Dewa, karena hasil kerja Mas Ndaru dan Mbak Fatima.”
“Mbak aku tidak sejahat itu, andai aku dulu tahu kalau Mas Hananto jahat aku tidak mau didekati dia.”
“Halah alasan buktinya Mas Ndaru dan Mbak Fatima sakit lagi, dan sakit aneh bisa juga ulah kamu pakai dukun.”
“Sumpah Mbak.. Aku tidak melakukan.. Aku tidak berani hu.... hu.... hu....” Ucap Anisa sambil menangis. Ia menutup muka nya sesaat, lalu membalikkan tubuhnya berlari kembali masuk ke dalam kamarnya.
Ia yang bermaksud ingin membantu tidak jadi sebab hatinya kembali sedih sudah sedih harapan untuk hidup bahagia sirna begitu saja masih ditambah dituduh berbuat jahat mencelakakan majikannya.
“Kalau kabar bohong itu tersebar aku bisa dipecat hu...hu... hu... hu...” Ucap Anisa sambil menghapus air matanya yang terus meleleh.
🏥🏥🏥
Sedang kan di lain tempat di rumah sakit mewah tempat Ndaru dan Fatima di rawat. Bu Hasto pun juga pusing dan gelisah..
“Pungki kok belum datang datang ya..” gumam Bu Hasto yang duduk lemas di depan ruang ICU.
“Sabar Bu.” Ucap seorang pelayan yang menggantikan Anisa.
“Kurang sabar gimana aku...” gumam Bu Hasto dengan nada sedih. Wajah dia tampak begitu capek.
Dan tidak lama kemudian muncul sosok Syahrul melangkah mendekati Bu Hasto..
“Bu, bagaimana Ndaru dan Fatima, maaf Pungki sedang mengobati Andien yang juga terkena kiriman penyakit dari Sang Ratu.” Ucap Syahrul dengan santun.
“Haduh bagaimana ini, tadi Pungki yang bisa mengobati Ndaru dan Fatima. Aku takut kalau Dokter memberikan obat keras dan penyinaran membuat Ndaru dan Fatima menjadi mandul dan cucuku meninggal karena tidak kuat dengan efek pengobatan.” Ucap Bu Hasto tampak panik dan khawatir.
“Saya akan coba mengobati mereka Bu. Kita berdoa semoga Allah memberi izin..” Ucap Syahrul dengan santun.
“Silakan Rul, kamu masuk saja biar diantar Miranti ke suster penjaga.” Ucap Bu Hasto lalu menyuruh pelayan nya untuk mengantar Syahrul. Sebab tubuh Bu Hasto kembali lemes lagi.
Syahrul pun cepat cepat melangkah menuju ke pintu ruang ICU di belakang langkah Miranti, Miranti menyampaikan pada suster penjaga kalau Syahrul akan menjenguk Ndaru dan Fatima.
Setelah mendapat izin Syahrul cepat cepat masuk, selesai mengenakan baju pelindung Syahrul segera melangkah ke ruang tempat Ndaru di rawat.. Dan di saat masuk ke dalam ruang itu betapa kagetnya Syahrul bukan karena melihat tubuh Ndaru dipasang alat alat medis atau bagian vital Ndaru tampak sangat menonjol .
Akan tetapi dia sangat kaget karena melihat sosok yang pernah dia jumpai di kerajaan jin.. sosok kera putih besar dengan wajah menyeramkan..
Sosok itu menatap tajam ke arah Syahrul..
g di sana g di sini sama aja mbingumhi 🤣🤣🤣
tp nnti pennjelasan panheran yg masuk akal dpt meruntuhkan ego samg ibunda dan nnit mlh jd baik se lam jin jd muslim.🤣