Semua orang di sekolah mengenal Jenny: cantik, modis, dan selalu jadi pusat perhatian tiap kali ia muncul.
Semua orang juga tahu siapa George: pintar, pendiam, dan lebih sering bersembunyi di balik buku-buku tebal.
Dunia mereka seolah tidak pernah bersinggungan—hingga suatu hari, sebuah tugas sekolah mempertemukan mereka dalam satu tim.
Jenny yang ceria dan penuh percaya diri mulai menemukan sisi lain dari George yang selama ini tersembunyi. Sedangkan George, tanpa sadar, mulai belajar bahwa hidup tak melulu soal nilai dan buku.
Namun, ketika rasa nyaman berubah menjadi sesuatu yang lebih, mereka harus menghadapi kenyataan: apakah cinta di antara dua dunia yang berbeda benar-benar mungkin?
Spin off dari novel Jevan dan Para Perempuan. Dapat di baca secara terpisah 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sitting Down Here, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Rahasia Kecil
“Sebenarnya saya masih bingung harus memutuskan apa, Pak”
Connie kemudian mencoba untuk membujuk Jenny.
“Kumohon Jenny, tolong jangan sampai aku di keluarkan dari sekolah. Aku kan tadi sudah minta maaf. Kedua orang tuaku akan kecewa dan marah besar jika tahu tentang ini”
“Kalau kamu tidak mau dikeluarkan dari sekolah seharusnya kamu tak mencelakai Jenny, Connie!” ucap George yang sedari tadi sudah kesal dengan kelakuan Trio Cheerleader jadi menyela pembicaraan antara Jenny dan Connie.
“Aku tahu kalau aku salah, George. Dan aku menyesal sekarang. Sebenarnya aku cukup lega ketika mengetahui lukamu tidak terlalu parah. Aku benar-benar ketakutan ketika melihatmu pingsan setelah ledakan itu” Wajah pucat Connie sepertinya menunjukkan penyesalan yang tidak di buat-buat dan Jennie percaya itu.
“Baiklah Connie, aku memaafkanmu. Mr. Right, aku tak ingin Anda mengeluarkan Connie, Andrea, dan Amanda dari sekolah. Sebagai gantinya, mungkin mereka bisa di skors atau melakukan pekerjaan sosial yang berguna bagi masyarakat”
“Idemu bagus sekali, Jenny. Baiklah kalau begitu, Amanda dan Connie akan di skors tidak boleh ke sekolah selama satu minggu. Sedangkan untuk Andrea saya skors selama dua hari sesuai dengan kesalahannya. Selama di skors, kalian tidak akan diam di rumah tetapi melakukan pekerjaan sosial di panti wredha atau yang biasa kalian kenal sebagai panti jompo. Kalian akan membacakan buku cerita kepada para sepuh di sana. Menyenangkan, bukan?” Mr. Right menyeringai senang karena ia tahu kalau Amanda, Connie, dan Andrea tidak akan menyukai hukuman yang harus mereka jalani. Dan seperti yang Mr. Right duga, Amanda lalu protes.
“Mr. Right, apakah tidak ada hukuman lain yang tidak membosankan seperti ini? Para orang tua itu kan pasti rewel dan menyebalkan!”
“Justru di situlah letak kesenangannya, Amanda. Kamu akan belajar untuk bersabar dan lebih menghargai orang tua. Kelak kan kamu juga akan seperti mereka, begitu juga dengan saya”
“Tapi Mr. Right …”
“Sudah, saya tak ingin ada bantahan lagi. Sekarang kalian kembali ke kelas masing-masing untuk melanjutkan pelajaran. Khusus untuk kamu, Jenny, saya akan izinkan kamu untuk pulang lebih cepat karena saya pikir kamu masih belum terlalu sehat. Besok baru kamu bisa sekolah lagi. Setuju?”
“Iya setuju, Pak. Terima kasih”
Jenny yang kurang suka belajar merasa senang di perbolehkan untuk pulang dan beristirahat. Sesampainya di rumah nanti ia akan mengurung dirinya sendiri di kamar agar Pixie tidak dapat mengganggunya. Tetapi tanpa Jenny duga, ketika ia keluar dari kelasnya, George sudah menunggunya. Kebetulan di hari itu mereka memang sedang tidak ada jadwal pelajaran sekelas.
“George, kamu ngapain di sini?”
“Nungguin kamu”
“Kamu seharusnya lagi belajar di kelasmu, George”
“Iya, aku tahu. Tapi Mr. Braise sedang tidak datang, jadi aku bebas mau kemana saja”
“Tapi setelah jam pelajaran Mr. Braise kan masih ada pelajaran lain, George”
“Iya memang. Tapi aku mau bolos hari ini karena aku mau bayara hutangku padamu”
“Hutang apa, George?”
“Waktu itu kan aku janji kalau aku akan traktir kamu es krim”
“Iya, tapi kan itu setelah demonstrasi eksperimen selesai. Nyatanya aku malah mengalami kecelakaan”
“Makanya aku mau penuhi janjiku sekalian antar kamu pulang. Ayo, jangan protes. Ikut aku aja!”
George lalu menggandeng lengan Jenny yang tidak di perban menuju gerbang sekolah. Ia lalu memesan taksi online.
“Supir kamu kemana, George? Memangnya kamu ga di jemput?”
“Dia biasanya jemput aku pas pulang sekolah. Tapi karena ini tindakan spontan, jadi nanti aku akan memintanya untuk jemput aku di toko es krim aja”
“Emangnya daddy kamu ga akan marah kalau tahu kamu bolos, George?”
“Karena dia tak tahu jadi dia takkan marah. Anggap aja ini rahasia kecil kita, oke?”
Jenny lalu tersenyum lebar karena senang mendengar perkataan George.
“Ternyata kamu bisa nakal juga ya. Oke, aku janji ga akan bocorkan rahasia kecil kita asal aku boleh pesan es krim yang aku suka dalam jumlah banyak”
“Setuju. Pesan aja yang kamu suka nanti, aku janji tak akan protes”
Jenny lalu tertawa mendengar perkataan George yang tak lagi bersikap kaku dan dingin kepadanya.
***
“Aku kenyang”
Jenny memegangi perutnya yang terlihat membuncit padahal itu hanya perasaannya saja.
“Padahal kamu cuma makan es krim kenapa bisa kenyang?” George menggelengkan kepalanya karena heran dengan ucapan Jenny.
“Bisa aja kalau yang di pesan hampir semua menu yang ada di sini”
George baru saja akan menanggapi perkataan Jenny, tetapi nada dering dari pesan chat di ponselnya berbunyi.
“Eddie sudah sampai di depan, sebaiknya kita pulang sekarang yuk”
“Ayuk”
Setelah menghabiskan waktu di toko es krim selama satu jam sambil mengobrol, akhirnya Eddie datang untuk menjemput George dan Jenny. George merasa nyaman bicara dengan Jenny. Ternyata Jenny tak sebodoh yang ia kira. Selama berlatih melakukan eksperimen bersama George pun Jenny tak terlalu banyak bertanya karena ia langsung paham dengan instruksi-instruksi yang George berikan. Selama di perjalanan menuju rumah Jenny, mereka masih saling bicara. Selama di mobil, George duduk di bangku belakang bersama Jenny.
“Jadi nanti kita akan melakukan eksperimen yang sama seperti sebelumnya atau baru lagi, George?”
“Yang baru saja, Jen. Aku tak mau kejadian sebelumnya yang melukaimu terjadi lagi jadi nanti aku akan cari eksperimen baru yang lebih aman”
“Terima kasih, George. Kamu perhatian sekali, tapi kamu tak perlu melakukan itu untukku. Aku ga akan keberatan kalau kamu mau melakukan yang sama lagi karena kali ini akan aman, kan pelakunya sudah ketahuan. Amanda, Connie, dan Andrea pasti sudah jera dan takkan melakukan itu lagi”
“Tetap saja aku jadi trauma soal itu”
“Kamu lucu, George. Yang seharusnya trauma kan aku, bukan kamu”
“Iya juga ya. Jenny, aku salut padamu. Kamu adalah gadis paling kuat dan pemberani yang aku kenal”
“Terima kasih, George. Tapi sebenarnya aku tak sekuat dan sepemberani yang kamu kira”
“Kenapa begitu?”
“Tidak apa-apa. Sudah ya, jangan di bahas lagi”
“Baiklah, kalau itu maumu”
Setelah beberapa waktu kemudian, akhirnya mereka sampai juga di depan gang menuju rumah Jenny, seperti waktu pertama kali George mengantarnya waktu Jenny baru pulang dari rumah sakit. Setelah turun dari mobil, Jenny mengucapkan sesuatu kepada George dan Eddie.
“Terima kasih George dan Eddie! Sampai ketemu lagi besok ya, George!”
“Iya, Jen. Sama-sama”
George baru meminta Eddie untuk menjalankan mobilnya setelah memastikan Jenny sudah masuk ke dalam rumahnya dengan aman.
“Dia gadis yang bersemangat ya, George?” ucap Eddie.
“Iya memang”
“Sayang sekali dia tinggal di sini yang sepertinya tidak cocok untuk dirinya”
“Apa maksudmu, Eddie?”
“Aku belum bisa memastikan, George. Nanti kalau sudah yakin aku akan beritahu kamu”
George tak mengerti maksud ucapan Eddie dan sebenarnya penasaran ingin tahu jawabannya. Tapi ia akan menunggu sampai Eddie siap menceritakannya.
***
Jenny yang lelah akhirnya tertidur di kamarnya tanpa membuka baju seragamnya dan ia juga lupa untuk mengunci pintu kamarnya. Setelah beberapa jam kemudian, Pixie pulang ke rumah dan langsung mencari Jenny.
“Jennyyy! Di mana kau, anak bandel!”
Pixie kemudian membuka pintu kamar Jenny tanpa mengetuk pintu dulu, seperti yang biasa ia lakukan.
“Ternyata kau di sini sedang enak-enak tidur ya! Awas kau!”
Pixie baru saja akan mengambil seember air di kamar mandi untuk membangunkan Jenny, tapi kemudian terdengar seseorang mengetuk pintu.
“Aduh, siapa sih yang datang jam segini! Mengganggu saja!”
Pixie lalu membukakan pintu untuk orang yang mengetuk pintu tersebut. Ternyata yang datang adalah Louisa.
“Mau apa kau ke sini?”