Alma Seravina, seorang ibu tunggal yang bekerja sebagai Hostess di sebuah klub malam, harus menghadapi pandangan merendahkan dari masyarakat sekitarnya. Pekerjaannya yang unik, yang memerlukan dia untuk bekerja di malam hari, sering kali disalahpahami sebagai pekerjaan yang tidak pantas. Namun, Alma tetap mempertahankan pekerjaannya untuk membesarkan anak satu-satunya. Meskipun pandangan masyarakat membebani dirinya, Alma tidak pernah menyerah sedikitpun apalagi setelah mengetahui kondisi anaknya yang sedang sakit parah.
Di tengah kebingungan, tiba-tiba saja seorang pemuda yang usianya jauh di bawah Alma memasuki kehidupannya untuk balas dendam atas kematian tunangannya yang berkaitan dengannya. Namun, bukannya berhasil membalaskan dendam, Gevan justru malah terjebak nikah dengan Alma.
"Ayo menikah dan tandatangani kontrak ini!"
Alma tersenyum remeh, "Apa kamu bercanda? Aku tidak pantas jadi istri kamu, aku lebih pantas jadi kakak atau Tante kamu!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wulan_Author, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembawa sial.
Alma larut dalam lamunannya, hingga tak sadar suster sudah memanggilnya tiga kali tanpa dia sadari.
"Nyonya ... Nyonya Alma,"
Alma terkesiap. "Oh iya nurse, maaf saya melamun," ucapnya.
Perawat tersenyum ringan, "Ada yang bisa saya bantu, nyonya?" tanya perawat dengan sopan.
Alma menghela nafasnya, lalu memberikan map yang dia pegang ke perawat di hadapannya.
"Maaf nurse saya mau membayar tagihan atas nama Rose Anabelle," ucap Alma sembari mengeluarkan ATM miliknya.
Perawat mengangguk mengerti, "Baik, tunggu sebentar nyonya."
Sambil menunggu Alma kembali melamun memikirkan bagaimana dia bisa membayar tagihan-tagihan yang terus bertambah, juga biaya operasi Rose saja belum dia dapatkan sepeserpun.
Derd.
Ponsel Alma bergetar, dengan cepat Alma membuka pesan itu.
"Bagaimana, apa tawaranku sudah kamu pikirkan?"
Alma mengerutkan keningnya, tidak ada salahnya jika kali ini Alma memberi kesempatan kepada Tuan Cemal. Alma kembali menutup ponselnya, dia akan pikirkan tawaran Tuan Cemal kali ini dan semoga ini adalah pilihan yang tepat.
"Silakan nyonya, pembayarannya sudah berhasil," ucap perawat sambil kembali memberikan card milik Alma.
Alma berjalan menuju kursi tunggu, hari ini dia sangat lelah, bukan hanya badannya saja tapi pikirannya pun juga.
Brak.
"Oh my God!" gerutu Alma sambil mengibaskan lengannya yang terkena minuman.
"Maaf aku nggak sengaja," ucap seorang gadis yang tidak sengaja menumpahkan kopi ke badan Alma.
Ingin sekali rasanya Alma mengamuk, tapi setelah melihat gadis kecil yang sedang duduk di kursi roda, akhirnya dia memutuskan untuk tidak berdebat.
"Tidak apa-apa, kamu juga tidak sengaja," ucapnya sambil berjalan menuju kamar mandi.
Alma memejamkan matanya, "Baiklah aku akan menerima tawarannya." Alma bergegas membersihkan kotoran dari bajunya dan segera menghampiri ibu Julia untuk berpamitan.
"Alma, dari mana saja kamu? Kenapa penampilan kamu berantakan sekali?" tanya ibu Julia.
Alma merapikan pakaian dan rambutnya, "Alma tidak apa-apa Bu, tadi di jalan tidak sengaja di tabrak orang dan minumannya tumpah," jelas Alma.
Wajah ibu Julia kembali berubah ketus. "Terus bagaimana? Tadi kamu bayar biaya Rose kan?" tanyanya.
Alma mengangguk, "Iya Bu," jawab Alma singkat.
"Terus kamu udah dapat uangnya belum? Biaya rumah sakit saja tiap hari bertambah, berapa tagihan yang harus kamu bayar tadi?" tanya ibu Julia dengan nada datar.
"Itu urusan Alma Bu, ibu tidak usah pikirkan biaya Rose, Alma hanya minta tolong, tolong jaga Rose dan juga jaga kesehatan ibu," ucap Alma.
Ibu Julia berdecak, "Kamu jangan sok perhatian sama ibu deh, bukannya kamu masih menyalahkan ibu atas kondisi Rose saat ini!" sentak ibu Julia.
Alma sudah capek dengan ini semua, tapi dia sadar melawan ibunya dalam kondisi seperti ini hanya akan memperkeruh keadaan.
"Iya Bu, Alma minta maaf atas ucapan Alma sebelumnya. Alma hanya terkejut dengan kondisi Rose, Bu."
"Sudah lah, ibu hanya ingin tahu berapa tagihan Rose tadi!" kembali ibu Julia bertanya tentang tagihan.
"Kurang lebih 80, Bu," ucap Alma dengan suara pelan.
"Apa!"
Ibu Julia terkejut mendengar nominal uang yang sangat besar itu.
"Sebesar itu, Al? Ini baru mau tiga hari! Apa kamu tidak salah?"
"Bu, Alma kan sudah bilang, biar ini menjadi tanggung jawab Alma saja. ibu tidak udah ikut pusing."
Ibu Julia mengibaskan kedua tangannya seperti kepanasan sambil berjalan ke sana kemari.
Ibu Julia menarik lengan Alma dengan kasar, "Delapan puluh juta itu bukan uang sedikit, Alma! kamu yakin masih ingin melanjutkan pengobatan Rose di sini?" bisik ibu Julisa sambil melotot.
Alma mengerutkan keningnya, "Maksud ibu apa?"
"Kamu pikir saja sendiri, uang sebanyak itu bisa melunasi utang ibu. Ibu juga bisa mencicil mobil, kenapa kamu tidak pernah bilang jika kamu punya uang sebanyak itu, hah!"
Alma tersenyum pilu mendengar ucapan Ibu Julia yang semakin hari semakin tidak punya hati.
"Ibu serius?"
"Kenapa? kamu keberatan ibu berkata seperti itu?"
Alma kembali menghela nafasnya, "Bu, apa ibu punya rasa empati sedikit saja pada Rose? Kenapa harus tentang uang, uang dan uang lagi Bu!" ucap Alma dengan nada sedikit tinggi.
Beberapa hari ini sikap ibu Julia begitu kasar pada Alma, bukan hanya kasar tapi sangat keterlaluan. Bahkan ibu Julia selalu menyentak Alma dihadapan orang lain dengan kata-kata yang tidak sopan. Lalu sekarang, hanya karena uang ibu Julia tega berbicara seperti itu padahal uang itu bukan dipakai Alma foya-foya melainkan dipakai untuk pengobatan cucunya sendiri.
Ibu Julia berdecih, "Tidak punya empati kamu bilang! Kalau aku tidak punya simpati pada kalian, sudah dari dulu kamu tidak ibu anggap anak, dan Rose tidak akan aku anggap cucu! Tapi, aku masih punya hati, aku masih menerima kalian padahal kalian adalah aib di hidupku! Mau sampai kapan kalian akan terus menyusahkan ibu, Alma! ibu ini sudah tua tapi kamu selalu saja membuat hidup ibu sengsara! Bahkan punya uang saja kamu pelit!" oceh ibu Julia.
"Maksud ibu apa? Apa karena Al minta tolong sama Ibu untuk jaga Rose itu adalah kesengsaraan untuk ibu? Rose juga cucu ibu, apa ibu tidak merasa sedih melihat Rose yang saat ini sedang dalam keadaan lemah?"
"Ini semua salah kamu, Alma! Mungkin Tuhan saat ini sedang menghukum kamu karena kamu sudah melahirkan anak haram!" cela ibu Julia sambil melotot tajam.
Degh!
Jantung Alma terasa sakit mendengar ucapan sang ibu yang tak pantas dia ucapkan di depan umum walaupun kenyataannya Rose memang tidak memiliki seorag Ayah. Namun, apa harus ibu Julia mengatakan hal itu di tempat ini dengan keadaan Rose yang sedang kritis.
Alma hanya bisa menghela nafasnya sambil menghapus air mata yang sudah terlanjur jatuh terlebih dulu saat mendengar kata kasar dari mulut ibu kandungnya sendiri.
"Alma minta maaf Bu, Alma memang salah pada ibu dan bapak. Tapi tolong Bu, jangan ucapkan kata itu lagi apalagi jika ada Rose," pinta Alma.
"Kenapa? Kamu takut sama anak kamu! Aku juga mengerti Alma, makanya selama ini aku sangat menyayangi dia, tapi lihat kamu sendiri, apa yang kamu kasih sama ibu? Hanya aib saja!" lagi, ibu Julia kembali mencela Alma.
"Bu, apa selama ini semua yang Alma kasih sama ibu itu semua kurang? Alma hanya menyisihkan sedikit uang untuk masa depan Rose," jelas Alma.
Ibu Julia tersenyum remeh sambil berdecak, "Kurang kamu tanya! Jelas sangat kurang, Alma! Harusnya kamu mendahului ibu dulu sebelum Rose, dia masih anak kecil dia belum mengerti apa apa! Apa kamu tahu, dari pertama kamu lahir ke dunia ini kamu sudah membawa sial! Usaha ibu dan bapak bangkrut, rumah kebakaran, bahkan aset yang tersisa juga habis di sita bank dan itu semua karena kamu!" sentak ibu Julia.
Alma memejamkan matanya sambil meneteskan air mata. Harus sampai kapan Alma di perlakukan buruk di keluarganya sendiri? Padahal selama ini dia lah tulang punggung keluarga. Namun, ternyata usahanya selama ini tidak pernah dilihat sang ibu.
"Iya baik Bu, Alma minta maaf karena Alma salah. Alma janji Alma akan cari uang lebih banyak lagi agar ibu bisa membeli apapun yang ibu mau dan tidak lagi kekurangan. Maaf jika Alma selalu menyusahkan ibu."
"Oke ibu akan pulang dulu, tapi ingat, uang satu miliar yang ibu minta harus ada secepatnya, ibu tidak mau tahu uang itu tidak boleh lebih dulu dari uang operasi Rose!"
Alma mengangguk, "Alma mengerti," sahutnya dingin.
"Aku ingin lihat apa yang akan kamu lakukan sekarang, Al. Apa mungkin kamu akan kembali seperti dahulu? Awas saja jika kali ini Rose sampai punya adik hanya karena jalan buntu yang kamu pilih itu!"