Pulang Ke Indonesia. Arcilla Armahira harus mendapatkan tugas dari Kakeknya seorang Pengusaha kaya raya yang dikenal sangat dermawan dan selalu membantu orang kecil. Tetapi siapa sangka pria 70 tahun itu sering mendapatkan ancaman.
Sampai pada akhirnya terjadi insiden besar yang membuat Mizwar diserang oleh musuh saat mengadakan konferensi pers. Kericuhan terjadi membuat banyak pertumpahan darah.
Mizwar dilarikan ke rumah sakit. Arcilla mendapat amanah untuk menjalankan tugas sang Kakek.
Keamanan Arcilla terancam karena banyak orang yang tidak menyukainya seperti kakeknya yang ingin menyingkirkannya. Pengawal pribadi Mizwar yang selalu menemaninya dan mengajarinya membuat Arcilla merasa risih karena pria itu bukan mahramnya.
Sampai akhirnya Arcilla meminta kakeknya untuk menikahkannya dengan pengawalnya dengan alasan menghindari dosa.
Bagaimana kehidupan rumah tangga mereka ditengah persaingan bisnis?
Apakah keduanya profesional meski sudah menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11 Berlebihan.
Cilla masih mengatur nafasnya, mata Cilla menoleh ke arah lengan yang masih melindunginya itu padahal sudah tidak ada kerumunan lagi. Rasyid menyadari bahwa sejak tadi dia masih bersentuhan dengan Cilla membuatnya langsung melepas.
Metta tiba-tiba datang dengan membawakan sebotol air mineral memberikan kepada Cilla. Tetapi langsung diambil Rasyid membuat Cilla mengerutkan dahi saat pria itu menuangkan sedikit ke telapak tangannya dan mencicipinya
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Cilla.
"Saya akan mencoba apapun terlebih dahulu sebelum kamu Nona," jawab Rasyid.
Cilla mengerutkan dahi mendengarnya.
"Apa ini tidak berlebihan dan apa selama ini kamu melakukan semua itu kepada Kakek?" tanya Cilla.
"Saya hanya ingin lebih waspada lagi," jawab Rasyid.
Cilla menghela nafas mengambil botol minum tersebut dari tangan Rasyid dan kemudian meneguknya. Tenggorokannya sudah kering dan juga tubuhnya kepanasan.
"Kita langsung saja masuk!" ucap Metta membuat Cilla menganggukkan kepala.
Akhirnya mereka berdua memasuki gedung putih tersebut dengan pengawasan sangat ketat dan sorot kamera juga langsung menerpa wajah Cilla yang berusaha untuk tenang.
Cilla dipertemukan dengan klien Amerika dengan mereka berdua yang sudah sama-sama berada di atas podium berdiri saling berhadapan. Cilla menyatukan kedua tangannya dengan sopan menyapa pria sekitar berusia 70 tahunan itu.
Cilla tidak mungkin bersalaman pada pria yang bukan mahramnya. Keduanya berbicara singkat menggunakan bahasa Inggris dan kemudian Metta dan juga sekretaris dari orang asing tersebut datang membawakan dokumen kontrak kemudian meletakkan di atas meja.
Keduanya sama-sama menganggukkan kepala dengan memegang pulpen dan sama-sama menandatangani kontrak tersebut.
Prok-prok-prok-prok.
Sambutan tepuk tangan yang hangat terdengar dari orang-orang yang hadir dalam acara tersebut.
"Alhamdulillah akhirnya berjalan dengan lancar pertukaran kontrak ini dan semoga ke depannya baik-baik saja. Aku pasti bisa menyelesaikan proyek ini," batin Cilla dengan harapan yang banyak.
Metta membisikkan sesuatu di telinga Cilla membuat Cilla menganggukkan kepala.
Setalah pertukaran kontrak dilaksanakan dengan lancar, akhirnya pria Amerika tersebut meninggalkan lokasi dengan keamanan yang sangat ketat dan dibantu juga dengan Bodyguard Cilla.
Sementara Cilla harus memberikan sambutan hangat dulu kepada para media atas kerjasama yang baru saja dimulai.
"Bismilah!" ucapnya.
"Saya sangat berterima kasih kehadiran kalian semua yang sudah meluangkan waktu untuk hadir di tempat ini. Mewakili Kakek saya saya meminta maaf atas yang terjadi dua minggu yang lalu di gedung ini. Hal tidak terduga terjadi dan untuk orang-orang yang terluka sudah menjadi tanggung jawab Perusahaan dan semoga secepatnya diberi kesembuhan," ucap Cilla.
"Bagaimana cara Anda akan menyelesaikan proyek ini dan sementara Anda tidak memiliki pengalaman apapun dalam bisnis?" tanya salah satu wartawan.
"Kakek saya masih hidup dan alhamdulillah kondisinya sehat, saya hanya sebagai perwakilan dan beliau tetap berada di belakang saya, memberi dukungan, masukkan dan pasti pelajaran untuk menyelesaikan proyek kerjasama ini dengan baik," jawab Cilla dengan tenang.
"Lalu bagaimana jika proyek ini tidak selesai dan bukankah ini akan menjadi bumerang untuk dua Negara, akan terjadi perselisihan dan kemungkinan kerjasama akan berantakan ke depannya, penurunan saham perusahaan?" tanya wartawan lagi.
"Insyallah semua akan berjalan dengan lancar jika kita sungguh-sungguh menyelesaikannya, saya tidak akan mengecewakan Kakek dan juga masyarakat yang menunggu saya," jawab Cilla.
"Untuk bantuan pada kabupaten Asahan, apakah bantuannya sudah disalurkan?" tanya wartawan lagi.
"Insyallah dalam Minggu ini saya akan turun langsung untuk melihat lokasi dan pasti datang bukan dengan tangan kosong, membawa saluran bantuan yang sudah diberikan oleh Kakek. Banyak target desa-desa yang akan kami datangi dan kami hanya berharap kesabaran para desa," jawab Cilla.
"Saya harap apapun yang kalian tanyakan sudah saya jawab dan saya mohon bantuan ke depannya untuk bisa menyelesaikan tugas ini dengan baik!" ucap Cilla menutup pidatonya dengan menundukkan kepala.
Rasyid langsung menaiki podium dengan mempersilahkan majikan yang sudah menjadi istrinya itu untuk berjalan terlebih dahulu dan pasti dilindungi oleh beberapa Bodyguard.
Seorang pria memakai penutup wajah yang hanya memperlihatkan matanya dan juga memakai topi ternyata berada di salah satu wartawan di sana.
"Hari ini berjalan dengan lancar, pengawalan sangat ketat sehingga target bisa lolos," ucap pria tersebut berbicara melalui earphone yang ada di telinganya.
"Tanda tangan kontrak bukan akhir dari segalanya. Jangan sampai target lolos, peluru harus sampai pada kepalanya untuk mengakhiri semua ini," titah suara serak dari pria melalui earphone tersebut dan entahlah siapa orang itu.
"Baiklah," sahut pria itu.
Nyawa Cilla sekarang menjadi sasaran setelah Kakeknya.
Setelah menyelesaikan agenda di gedung putih membuat Cilla merasa lega yang kembali berada di dalam mobil.
"Syukurlah tidak terjadi apapun hari ini," ucap Cilla.
"Nona ingin makan dulu?" tanya Metta.
"Saya akan makan di kantor," jawab Cilla.
"Kalau begitu saya akan memesan makanan," ucap Metta.
"Biar saya saja yang pesan," sahut Rasyid yang masih menyetir.
Cilla tidak berkomentar apapun dan memberi izin Rasyid melakukan hal itu.
Mereka sudah kembali tiba di kantor, Metta menghidangkan makanan yang baru saja dipesan Rasyid di atas meja dan sementara Cilla sudah duduk di sana.
"Kamu akan mencicipi makanan ini terlebih dahulu?" tanya Cilla melihat ke arah Rasyid yang berdiri.
"Benar!" jawab Rasyid mengambil sendok lain dan yang benar saja dia memang mencicipi semua makanan itu.
"Bukankah kamu mengatakan bahwa musuh yang menargetkanku akan mengeluarkan banyak uang untuk membayar pembunuh bayaran profesional yang menggunakan senjata dan bukankah menaruh sesuatu ke dalam makanan itu adalah pekerjaan murahan," ucap Cilla.
"Saya hanya mencegah sesuatu hal buruk terjadi," jawab Rasyid.
"Tetapi saya tidak suka dengan perlakuan seperti ini. Saya merasa makanan saya menjadi bekas ketika dicicipi terlebih dahulu," jawabnya dengan sangat menohok membuat Rasyid menoleh ke arahnya.
"Jika ada yang tidak saya suka, maka tidak harus dilakukan, kamu pengawal Kakek dan bukan pengawal saya, kamu bekerja berdasarkan perintah Kakek dan bukan keinginan saya. Kalau kamu bekerja dengan saya, maka kamu juga harus menuruti perintah saya!" tegas Cilla.
"Tetapi Nona juga akan menuruti perintah saya jika keadaannya terdesak dan membahayakan nyawa," sahut Rasyid membuat Cilla mengerutkan dahi.
"Posisi kita berdua akan berbeda ketika situasinya berbeda. Siapa yang menjadi majikan dan bawahan akan berbeda. Perintah akan saya laksanakan ketika tidak dalam kondisi berbahaya, tetapi sebaliknya jika kondisi berbahaya maka Nona yang harus menuruti perintah saya," jawabnya dengan sangat tegas dan bahkan sedikit lancang membuat Cilla sampai tidak berkutik.
Metta berada diantara mereka berdua hanya diam saja, sebenarnya dia juga takut-takut dengan perkataan Rasyid terlalu berlebihan.
Bagaimanapun seharusnya Rasyid menghargai majikannya. Karena sebelumnya Rasyid tidak pernah berbicara seperti itu kepada Mizwar.
"Makanlah!" titah Rasyid. Cilla tampak makan begitu terpaksa dengan aura wajahnya sudah mulai kesal.
"Kenapa jadi dia yang mengatur ku dan bukankah aku disini adalah bosnya, apa-apaan dia. Apa dia pikir setelah menikah maka semua aturan ada di tangannya," batin Cilla tiba-tiba saja kesal dengan Rasyid.
"Aku benar-benar tidak selera makan, belum pernah ada orang berbicara seperti itu kepadaku," Cilla tidak berhenti mengoceh di dalam hati dan sementara Rasyid sampai berdiri.
Bersambung...
penuh rahasia