NovelToon NovelToon
DIBELI TAKDIR (Pemuja Rahasia)

DIBELI TAKDIR (Pemuja Rahasia)

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Cintapertama / One Night Stand / Beda Usia / Identitas Tersembunyi / Dark Romance
Popularitas:80.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Kevia tak pernah membayangkan hidupnya berubah jadi neraka setelah ayahnya menikah lagi demi biaya pengobatan ibunya yang sakit. Diperlakukan bak pembantu, diinjak bak debu oleh ibu dan saudara tiri, ia terjebak dalam pusaran gelap yang kian menyesakkan. Saat hampir dijual, seseorang muncul dan menyelamatkannya. Namun, Kevia bahkan tak sempat mengenal siapa penolong itu.

Ketika keputusasaan membuatnya rela menjual diri, malam kelam kembali menghadirkan sosok asing yang membeli sekaligus mengambil sesuatu yang tak pernah ia rela berikan. Wajah pria itu tak pernah ia lihat, hanya bayangan samar yang tertinggal dalam ingatan. Anehnya, sejak malam itu, ia selalu merasa ada sosok yang diam-diam melindungi, mengusir bahaya yang datang tanpa jejak.

Siapa pria misterius yang terus mengikuti langkahnya? Apakah ia pelindung dalam senyap… atau takdir baru yang akan membelenggu selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11. Bagaimana Bisa?

Kevia terpejam, terseret deras arus yang tak mampu ia lawan. Air matanya jatuh, bercampur dengan erangan yang tak bisa ia bendung. Malam itu, di ruang yang hanya diterangi remang samar, Kevia hanyut dalam gelombang hasrat bersama pria misterius itu. Pria yang bahkan wajahnya pun tak ia lihat.

Dan batinnya, lirih berbisik, "Tuhan… apa yang sudah kulakukan?"

Kevia terbaring lemas, dadanya naik turun cepat. Air mata masih menetes, entah karena sakit atau perasaan hampa yang tiba-tiba menyeruak. Pria itu menunduk, jemarinya menyapu lembut pipi Kevia, berbeda dengan sikapnya yang barusan.

“Sekarang kau bukan hanya menjual kesucianmu, Kevia. Kau sudah menyerahkan dirimu sepenuhnya padaku,” suaranya rendah, dalam, mengalun seperti mantra kepemilikan.

Kevia menoleh, menatap gelap. Hanya siluet samar yang menutupi wajah pria itu, seakan malam bersekongkol menyembunyikan identitasnya.

“Kau salah…” suaranya pecah, getir. “Aku hanya menjual sesuatu yang tak bisa kembali. Tapi hatiku… tidak akan pernah jadi milikmu.”

Keheningan menggantung. Pria itu tak membantah. Senyum tipis saja yang terbit di sudut bibirnya, samar terlihat di antara remang.

“Kita lihat nanti,” bisiknya, sebelum bibirnya singgah di kening Kevia, meninggalkan jejak hangat yang terasa lebih menusuk daripada luka manapun.

Kevia menjerit dalam hati. Ia merasa terperangkap, antara harga diri yang telah runtuh, misteri tentang siapa pria ini, dan perasaan asing yang muncul saat disentuhnya. Namun, dekapan pria itu, hangat dan berat, membuat tubuhnya yang nyaris kehilangan tenaga akhirnya menyerah, larut dalam tidur.

***

Cahaya mentari pagi menyelinap dari celah gorden, menusuk kelopak mata Kevia. Ia menggeliat pelan, namun seketika meringis, tubuhnya perih, seolah habis dihajar kenyataan.

“Ssshh… perih sekali…” desisnya, meraba pinggangnya, setiap otot terasa ngilu.

Pelan, ia membuka mata. Kamar itu sepi. Sunyi. Hanya dirinya sendiri yang terbaring di ranjang kusut.

“Di mana dia?” gumamnya, berusaha bangkit meski tubuhnya seakan memberontak.

Ia kembali terpejam sejenak. Ingatan semalam menyerbu. Suara berat pria itu yang memanggil namanya di sela erangan, sentuhan lembut yang anehnya membuatnya menggigil, dan gelombang hasrat yang menyeretnya berulang kali hingga tubuhnya remuk tak berdaya.

Kevia menghela napas kasar, getir.

“Jangankan namanya… wajahnya pun aku tak tahu,” gumamnya dengan bibir bergetar.

Pandangan matanya lalu jatuh pada sebuah paper bag di meja samping ranjang. Di atasnya, selembar kertas putih ditindih sebuah kartu ATM berkilat.

Dengan jemari gemetar, Kevia meraih kertas itu. Tulisan tangan rapi terbaca jelas:

> Gunakan kartu ini sesukamu. PIN-nya adalah tanggal lahirmu. Jika ada apa-apa, hubungi aku di nomor ini.

Di bawahnya, tertera deretan angka. Nomor ponsel.

Kevia membeku. Napasnya tercekat.

“Dia tahu… tanggal lahirku?” bisiknya lirih, bulu kuduknya meremang.

Matanya menatap kosong ke arah secarik kertas itu, antara kengerian dan rasa penasaran yang kian menjerat.

“Siapa sebenarnya… dia?”

Kevia kembali menggeliat pelan sebelum akhirnya beranjak dari ranjang. Tubuh polosnya buru-buru ia lilit dengan selimut, namun langkahnya terhenti saat pandangannya jatuh pada bercak merah di atas seprei. Dadanya sesak, tanda kesuciannya telah hilang.

Bayangan semalam segera menyeruak. Ia teringat bagaimana pria itu menyentuhnya dengan kelembutan yang tak terduga, seolah memuja tubuhnya, meski gairahnya membuncah. Bahkan di tengah derasnya hasrat, pria itu seperti takut menyakitinya.

Kevia buru-buru menggeleng kuat, menepuk pipinya agar kesadaran kembali. "Aku harus segera ke rumah sakit."

Tangannya meraih paper bag berisi pakaian yang tertata rapi di atas nakas. Dengan langkah tertatih, ia melangkah ke kamar mandi. Namun saat menatap bayangannya di cermin, Kevia tercekat. Bekas-bekas yang ditinggalkan pria itu masih nyata di kulitnya.

“Dia... arghh!” Kevia mengacak rambutnya frustrasi. Tubuhnya bergetar di antara malu dan marah.

Usai membersihkan diri, ia kembali berdiri di depan cermin. Lehernya tetap memamerkan jejak samar yang mustahil bisa disembunyikan hanya dengan pakaian. Dan di saat itu pandangannya jatuh pada peralatan makeup yang tersusun lengkap di meja, masih tersegel seolah baru dibeli.

Kevia terpaku. Meski tak akrab dengan dunia makeup, ia sering mendengar teman-temannya membicarakan foundation yang mampu menutupi bekas jerawat atau bopeng. Ia bahkan menemukan benda itu di antara perlengkapan tersebut.

“Dia... menyiapkan semua ini? Pakaian... makeup...” Kevia menelan ludah kasar, dadanya terasa sesak. Jantungnya berdegup kencang. Perlahan, potongan memori semalam berkelebat. Suara berat pria itu… desahannya… panggilannya.

Namanya.

Kevia baru tersadar, di tengah gelombang hasrat yang menenggelamkannya, ia sama sekali tak sempat memikirkan hal itu. Tapi kini, saat kepalanya jernih, ia merinding.

“Dia... semalaman mendesahkan namaku. Dari mana... dia tahu namaku?”

Tenggorokannya tercekat. Dada Kevia naik-turun tak beraturan, semakin sesak oleh rasa panik yang merayap.

“Namaku... dan PIN ATM itu katanya tanggal lahirku. Bagaimana dia bisa tahu? Siapa sebenarnya dia?”

Kevia baru saja selesai menutupi jejak samar di lehernya dengan foundation saat suara ketukan pintu membuatnya tersentak. Ia menahan napas, lalu perlahan mendekat dan mengintip lewat lubang kecil di pintu. Seorang petugas hotel berdiri di sana, membawa nampan berisi sarapan.

Adegan itu langsung menyeret ingatannya pada malam tempo hari, saat ia nyaris kehilangan kendali karena obat bius, dan pria misterius itu menyelamatkannya. Sama. Persis seperti ini. Pakaian dan sarapan telah disiapkan.

Usai menyantap sarapan seadanya, Kevia memberanikan diri keluar dari kamar. Namun langkahnya langsung terhenti. Dua pria bertubuh kekar berdiri menunggu di koridor. Bukan pria yang mengantarnya ke kamar semalam, tapi wajah mereka tidak asing.

Kevia memicingkan mata, mencoba mengingat.

“Kalian… yang waktu itu, bukan?” tanyanya ragu.

Dua pria itu saling melirik, lalu mengangguk sopan.

“Tuan meminta kami mengantar Nona pulang dengan selamat,” jawab salah satu dengan nada datar.

Kevia menatap mereka lebih lama. Ada satu pertanyaan yang sejak tadi mengganjal.

“Siapa Tuan kalian itu?”

Namun jawaban mereka tetap sama, tenang dan mengunci rasa ingin tahu Kevia.

“Nona bisa tanyakan langsung pada Tuan.”

Wajah Kevia mengeras. Jawaban itu mengecewakannya, dingin sekaligus menambah rasa penasaran. Ia merapatkan tasnya ke bahu.

“Tak perlu mengantar aku,” ucapnya cepat, mencoba terdengar tegas meski tubuhnya masih nyeri.

Ia melangkah pergi dengan dagu terangkat, berusaha terlihat normal. Namun, di balik setiap langkahnya, jantung Kevia berdegup tak karuan. Bayangan pria misterius itu terus menghantui pikirannya.

Kevia melangkah cepat menuju mesin ATM di sudut jalan. Card holder kecil itu terasa berat di genggamannya, seolah menyimpan rahasia yang siap meledakkan jantungnya kapan saja. Sesekali ia menoleh ke kiri dan kanan. Bayangan dua pria kekar tadi masih membekas di matanya.

Benarkah mereka sudah pergi? Atau masih ada mata lain yang mengawasinya dari jauh?

Tangannya bergetar saat memasukkan kartu ke mesin. Jantungnya berdentum keras, seperti hendak menembus rongga dada. Ia menekan tombol-tombol angka dengan pelan, takut salah, namun entah mengapa keyakinan bahwa pria misterius itu tidak berbohong justru terasa begitu kuat.

Saat angka terakhir PIN tertekan, layar ATM menampilkan jumlah saldo.

Kevia tertegun. Bibirnya bergetar. Matanya membesar, tubuhnya refleks terhuyung, hampir kehilangan keseimbangan.

“Li… lima ratus juta?” bisiknya tercekat.

Tangannya spontan menutup mulut, menahan suara terkejut yang nyaris pecah. Ia memejamkan mata, mencoba mencerna kenyataan itu.

"Semalam… bukankah hanya menawar tiga ratus juta? Dari mana sisa dua ratus juta itu?"

Napasnya terasa berat, dada sesak, seolah ruang ATM menyempit menekannya. Dengan gerakan gugup, Kevia menekan tombol transfer, memindahkan tiga ratus juta ke rekening pribadinya. Rekening yang selama ini hanya menampung beasiswa. Ia butuh kepastian bahwa uang itu benar-benar ada dalam genggamannya, bukan hanya selembar kartu asing yang bisa ditarik kembali kapan saja.

Baru setelahnya ia menarik secukupnya. Hanya beberapa juta, cukup untuk menebus obat ibunya dan keperluan mendesak lain.

Kertas-kertas uang itu berpindah ke tangannya. Kevia meremasnya erat, seakan takut semua itu hanya mimpi yang bisa menguap bila ia lepaskan. Namun kali ini, ia tahu persis langkahnya.

...🌸❤️🌸...

Next chapter...

>Kalau kau blokir nomorku, aku akan menemui orang tuamu dan mengatakan kalau semalam kita sudah melakukan malam pertama. Dan kau yang berinisiatif menciumku duluan.

To be continued

1
tse
makanya jangan melihat orang dari luarnya aja...
jadi ketakutan sendiri kan... 🤣🤣🤣
hayo duo besti yang sudah berbuat akan dapat hukuman apa ya....
harusnya sih... di bikin malu juga iya ga sih.... 🤭🤭🤭
Anitha Ramto
Ayo pihak Kampus datanglah ke Kafe untuk melihat rekaman cctv itu,dan Kevia sudah terbukti tidak melakukan hal serendah itu...dan biar pihak Kampus tahu di situ terekam dua iblis betina...biar mereka di DO dari Kampus...good job Kevia.💪
phity
na tau rasa kamu popy dan riri smoga mereka berdua yg dikeluarkan dr kampus nanti...tp kok di part ini blum smpai pd dekan prodi dan kesiswaan liat rekaman cctv riri dan popy di cafe lgi merekam pke hp mereka ya...smoga part berikuttnya ada biar jls bg dekan dll siapa pelaku pemgeditan video tsb
asih
😄😄😄😄 kalaian mengambil keputusan yg tepat 👍🏻👍🏻👍🏻 kan dekan pasti bersyukur tuh Dari awal tidak menyinggung kevia tapi memberi waktu utk membuktikan
Fadillah Ahmad
Ayo Kevia,kamu pasti bisa... 😁😁😁 Lanjutkan kak Nana... 🙏🙏🙏😁
Fadillah Ahmad
Lanjutkan Lagi Kak Nana... 🙏🙏🙏😁
Fadillah Ahmad
Lanjutkan Kak Nana... 🙏🙏🙏😁
Hanipah Fitri
lanjutkan
Hanipah Fitri
kevia pasti ada jalan
Siti Jumiati
kevia kamu hebat... tunggu kedatangan yoga ya...
ntar dapat hadiah dari yoga jadi penasaran apa hadiahnya ya...
semangat lanjut kak Nana... sehat dan sukses selalu 🤲
Siti Jumiati
kevia kamu hebat... tunggu kedatangan yoga ya...
ntar dapat hadiah dari yoga jadi penasaran apa hadiahnya ya...
semangat lanjut kak Nana... sehat dan sukses selalu 🤲
anonim
Duo curut ini masih mau berbuat jahat terhadap Kevia - benar-benar payah ini duo curut tak ada takutnya kalau sampai berbalik mereka berdua yang dapat reputasi buruk di kampus ya.

Yoga keluar negeri ada tugas, semoga Kevia bisa mengatasi apa yang terjadi atas dirinya yang selalu dibikin marah dan malu oleh Popy dan Riri.

Ternyata ada orang suruhan Yoga yang selalu mengawasi Kevia dari jarak aman.
Terbukti Kevia terpantau ketika ada masalah foto, ada Nova dan Kevin yang membelanya.
Puji Hastuti
💪💪💪kevia kamu bisa
Kyky ANi
Pria misterius yang kirim paket,, kenapa ngak Yoga aza,, pengirimnya,,,
Upi Raswan
hebat kevia...bungkam 2 uler keket gak mutu .tunjukkan kalo kamu bisa.kamu benar dan kamu tidak seperti yg mereka kira..
septiana
ayo semangat Kevia...💪🥰
abimasta
kevia pasti bisa
abimasta
semangat via kamu pasti bisa
Kyky ANi
Rasain,kamu Rima sekarang tidur di sel tahanan,, Yoga, masih punya rencana yg tak terduga untuk Rima dan Riri,, tunggu saja,,,
Anitha Ramto
Semangat Via...untuk menyelesaikan masalahmu dan membersihkan nama baikmu,kamu pasti bisa mengatasinya sendiri tanpa bantuan Yoga...,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!